BELANGAN ini semakin ramai tajuk utama di media massa yang membingkai perkembangan politik di Indonesia seperti seolah menunjukkan gejala yang membahayakan. Gejala yang dinilai membahayakan itu disebut sebagai ‘politik identitas’ dan ‘segregasi ideologis’ akibat merebaknya ‘politisasi agama’, ‘fundamentalisme’, dan ‘radikalisme.’.
JAKARTA – Pernyataan Presiden Joko Widodo terkait Aksi Damai Bela Al Quran dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI di Istana Negara kembali mengundang berbagai interpretasi dari masyarakat. Kali ini Bendahara Pengurus Besar Al Washliyah menanyakan kenapa presiden mengeluarkan pernyataan seperti itu.
“Barangsiapa memimpin urusan manusia kemudian ia menutup pintunya bagi orang yang miskin atau bagi orang yang dizhalimi atau bagi orang yang mempunyai keperluan, maka Allah akan menutup pintu kasih sayangnya bagi orang tersebut”. (HR Ahmad)
JAKARTA – Tidak maunya Presiden Joko Widodo menemui perwakilan pengunjuk rasa Bela Al Quran dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI pada Jumat 4 November lalu di nilai tidak ksatria. Demonstrasi damai umat Islam yang menurunkan sejuta massa itu membuka dengan jelas bagaimana sikap orang nomor satu Indonesia tersebut.
JAKARTA – Aksi jutaan umat Islam di depan Istana Negara pada Jumat 4 November tidak berhasil bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Orang nomor satu di Indonesia itu lebih memilih meninggalkan istana dari pada menerima perwakilan pengunjuk rasa di kantornya. Namun setelah terjadi insiden penembakan gas air mata oleh aparat kepolisian pada malam harinya, dan massa aksi pindah ke Gedung DPR/MPR di Senayan, Jokowi pun pulang ke istana.
JAKARTA – Sekeretaris Jenderal PB Al Washliyah Masyhuril Khamis menyampaikan apresiasi atas unjuk rasa Bela Al Quran di Istana Negara, Jumat (4/11) yang berjalan baik. Meski menjelang akhir demontrasi terjadi insiden namun dia menganggapnya telah baik. Namun dia memprediksi akan ada kasus lain yang timbul setelah aksi yang diperkirakan dihadiri jutaan umat Islam.
JAKARTA – Tidak maunya Presiden Joko Widodo menemui perwakilan massa umat Islam yang berdemo di depan Istana berakibat massa bertahan hingga Jumat (4/11) malam di jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Demo yang awalnya berjalan damai hingga waktu sholat Isya masuk, tiba-tiba berubah setelah aparat menembakan gas air mata ke arah demonstran.
JAKARTA – Massa umat Islam yang berdemonstrasi membela Al Quran hingga malam hari masih berada di depan Istana Negara. Massa yang berjumlah ratusan ribu itu tetap bertahan menuntut penghina Al Quran diproses secara hukum. Bertahannya umat Islam hingga malam karena ingin menyampaikan langsung aspirasinya Presiden Joko Widodo.
JAKARTA – Perjuangan membela Al Quran jangan berhenti pada Jumat, 4 November. Sebagai umat Rasulullah Saw harus tetap menjaga kesucian firman Allah Swt tersebut. Demikian nasehat Sekretaris Jenderal PB Al Washliyah Masyhuril Khamis pada Jumat (4/11) di Jakarta.
JAKARTA – Al Quran bukan sekedar kitab suci bagi umat Islam. Al Quran juga merupakan pedoman hidup yang mengantarkan kebaikan di dunia hingga ke akhirat. Selain itu, Al Quran adalah firman Allah Swt, sehingga kesucian dan kehormatannya harus terus dijaga. Aksi umat Islam yang akan dilakukan hari ini Jumat 4 November di depan Istana Negara merupakan bentuk membela kehormatan Al Quran.
JAKARTA – Ormas Islam Al Washliyah telah menyerukan warganya untuk turut aksi membela Al Quran. Seruan itu telah disampaikan ke seluruh Indonesia melalui surat instruksi PB Al Washliyah beberapa hari lalu. Untuk itu kepada warga Al Washliyah yang turun berdemonstrasi pada Jumat 4 November besok diminta berkumpul di satu titik.
JAKARTA – Ormas Islam Al Washliyah menyerukan kepada seluruh pengurus, kader dan seluruh warganya turut dalam aksi membela Al Quran. Aksi recananya akan dipusatkan di depan Istana negara usai melaksanakan Sholat Jumat pada 4 November 2016. Seruan ini disampaikan Pengurus Besar Al Washliyah kepada seluruh warganya senusantara beberapa hari lalu.
