31.1 C
Jakarta
Kamis 18 September, 2025
Beranda blog Halaman 25

Indonesia Tolak Upaya Paksa Relokasi Warga Palestina

0

JAKARTA –Indonesia dengan tegas menolak segala upaya untuk secara paksa merelokasi warga Palestina atau mengubah komposisi demografis wilayah pendudukan Palestina.

Tindakan semacam itu akan menghambat terwujudnya Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat sebagaimana dicita-citakan oleh Solusi Dua Negara berdasarkan perbatasan 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Indonesia menyerukan kepada komunitas internasional untuk memastikan penghormatan terhadap hukum internasional, khususnya hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri serta hak mendasar untuk kembali ke tanah air mereka.

Indonesia kembali menegaskan bahwa satu-satunya jalan layak menuju perdamaian abadi di kawasan adalah dengan menyelesaikan akar penyebab konflik, pendudukan ilegal dan berkepanjangan oleh Israel atas wilayah Palestina. (kemlu/sir)

Washliyah: LGBT Kalau Dibiarkan di Indonesia, Tunggu Azab Allah

0
Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM

JAKARTA – Perilaku menyimpang homoseksual atau lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) jika dibiarkan berkembang di Indonesia, maka tunggu azab Allah SWT akan menimpa bangsa ini.

Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah, Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM menegaskan hal itu di Jakarta, Rabu 12 Februari 2025/13 Sya’ban 1446 H menanggapi tersiarnya kabar 56 pria pesta seks sesama jenis ditangkap petugas di Kawasan Jakarta Selatan, belum lama ini. Sebagai pimpinan Ormas Islam Al Washliyah, ia sungguh prihatin atas perilaku segelintir anak bangsa Indonesia seperti itu.

Masyhuril Khamis menerangkan bahwa perilaku menyimpang dari norma dan ajaran agama (Islam), tentulah mengundang datangnya murka Allah di atas bumi ini. Ia mengingatkan bahwa pada kaum Nabi Luth pada zaman dahulu mendapat azab Allah.

“Kaum Luth terkenal dengan perilaku menyimpang, yaitu hubungan sesama jenis. Akhirnya menyebabkan mereka mendapatkan azab dari Allah SWT,” kata Masyhuril Khamis, sambil mengutip ayat Al Qur’an Surah Al Hijr ayat 73-76.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Maka, mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur ketika matahari terbit. Maka, Kami menjungkirbalikkan (negeri itu) dan Kami menghujani mereka dengan tanah yang membatu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan (dengan saksama) tanda-tanda (itu). Sesungguhnya (negeri) itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia). (QS Al-Hijr Ayat 73-76).

Ayat itu, menurut Masyhuril Khamis, menjadi peringatan untuk umat manusia di permukaan bumi ini. Sudah ada contoh yang digambarkan dalam Al Qur`an, betapa dahsyatnya murka Allah kepada umat manusia yang membangkang dan membiarkan kemaksiatan merajalela.

Masyhuril Khamis, yang juga Ketua Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PDPAB) MUI Pusat ini mengemukakan bahwa azab Allah SWT berupa bencana akan menimpa semua umat manusia, tanpa kecuali. Orang baik dan orang jahat, beriman atau orang durhana, semua akan terkena dan merasakan azab. Selain itu, moral anak bangsa akan rusak total apabila perilaku menyimpang tersebut dibiarkan oleh masyarakat dan pemerintah.

Menurut dia, akan terjadi kerusakan moral dan akhlak. Perilaku menyimpang akan menjadi virus yang dapat merusak norma agama dan budaya ketimuran yang menjunjung tinggi pernikahan antara lelaki dengan wanita.

Sebagai Ketua umum Ormas Islam di Indonesia, Masyhuril Khamis mendesak aparat penegak hukum bertindak tegas terhadap pelaku menyimpang. Hukum sesuai aturan yang berlaku sehingga pelakunya jera, dan segera kembali ke jalan yang benar. (sir)

Salat Tarawih Cepat dan Terburu-buru, Ini Penjelasan Wakil Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah

0
Dr.H.Muhammad Nasir, Lc,MA, Wakil Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah.

TERLEPAS dari perbedaan pendapat ulama dalam menentukan jumlah rakaat tarawih, adalah suatu hal yang menarik membahas kajian salat tarawih yang dilaksanakan secara cepat dan terburu-buru.

Soalnya, tidak menjadi rahasia lagi bahwa kaum muslimin dan muslimat pada umumnya mencari mesjid yang lebih cepat imamnya dan cepat selesainya, dan pada gilirannya akan mencari jumlah salat tarawih yang lebih sedikit jumlah rakaatnya plus imamnya muda dan tangkas, sehingga salat tarawih yang seyogianya selesai satu jam, dapat diselesaikan dalam masa dua puluh menit saja.

Ironisnya, banyak masjid dan mushalla yang dahulunya bertahan 23 rakaat, sekarang sudah mulai luntur menjadi 11 rakaat dengan witir, alasan perobahan ini sangat sederhana yaitu “permintaan jamaah” tanpa mempertanyakan argumentasi-argumentasi yang melegakan hati.

Sebenarnya bukan soal jumlah rakaat 11 atau 23, akan tetapi kemauan atau ghirah (kecemburuan) ibadah semakin menurun volume-nya. Kuat dugaan bahwa peruba-han ini bukan karena pertimbangan normatif, akan tetapi lebih cenderung subjektif yaitu pingin supaya cepat selesai.

Tulisan ini akan mengkaji aspek hukum tentang salat tarawih cepat-cepat, apakah dan bagaimana ukuran cepat atau lambat.

Pada prinsipnya salat sunat di malam-malam Ramadan yaitu salat tarawih hukumnya sunat, dan salah satu faktor penyebab pembersih seseorang dari segala bentuk dosa dan kesalahan, asal dilaksanakan dengan penuh keimanan dan keikhlasan. Rasul Saw. bersabda : “Siapa-siapa mengerjakan salat (qiyâm Ramadan karena iman dan ikhlas, maka diampuni dosa yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan untuk mendapat kesucian diri lewat ibadah salat tarawih, harus memenuhi syarat, dan rukun serta adab-adab salat. Diantara rukun salat itu adalah thuma’ninah yaitu sikap tenang pada setiap rukun salat yang bersifat fi’ly (perbuatan). Seperti ruku’ i’tidal, sujud, duduk antara dua sujud. Antara ruku’ dan i’tidal misalnya mesti ada batas minimal untuk thuma’ninah yaitu sekedar membaca subhâna rabbiyal a’lâ paling tidak 1 kali, bahkan ada pendapat lain dari Syaikhul Islam Ibnu Thaimiyah yaitu paling kurang 3 kali dalam ruku’ dan sujud, demikian pula pada posisi duduk antara dua sujud mesti ada thuma’niah, tidak seperti ayam mematuk makanan tanpa ada jarak antara satu dan yang lain.

Oleh sebab itu Rasul Saw. pernah menyuruh seorang laki-laki yang salat di depan Nabi Saw. untuk mengulangi salatnya karena tidak ada thuma’ninahnya. Nabi Saw. berkata pada laki-laki itu : “Ulangilah salatmu, karena engkau belum melaksanakan salat, kemudian Nabi Saw. mengajari laki-laki tersebut. ruku’lah hingga engkau thuma’ninah ketika ruku’, beri’tidallah sehingga engkau thuma’ninah dengan berdiri sempurna, dan bersujudlah sehingga engkau thuma’ninah ketika bersujud dan duduklah antara dua sujud sehingga engkau thuma’ninah pada waktu duduk dan demikianlah seterusnya. (HR. Bukhari Muslim).

Dari hadis di atas dapat diambil pelajaran, bahwa salat yang tidak ada thuma’ninahnya dianggap tidak salat sama sekali, karena Nabi Saw. menyuruh untuk me-ngulangi kembali, dan mengajari untuk menyempurnakan dengan melakukan thuma’ninah pada setiap rukun.

Di riwayat lain menceritakan bahwa Nabi Saw. bersabda : “Seburuk-buruk pencuri adalah pencuri dalam salat, dan Rasul Saw. ditanya bagaimana orang bisa melakukan pencurian di dalam salat. Rasul Saw. menjawab yaitu orang yang tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.”

Bila dihubungkan hadis ini dengan ukuran minimal thuma’ninah yaitu paling tidak membaca tasbih subhâna rabbiyal a’lâ 1 kali, maka apabila tidak membaca seukuran 1 kali tasbih berarti tidak thuma’ninah alias pencuri dalam salat.

Kaitannya dengan salat tarawih pada malam Ramadhan, nampak terlalu dipaksanakan harus selesai jam 9.00 malam atau paling lambat 9.30, sehingga para imam kasak-kusuk untuk mencapai target tersebut. sebenarnya, yang memegang peranan penting dalam hal ini adalah imam sehingga imam tidak boleh menuruti kemauan jamaah, namun tetap memperhatikan kondisi jamaah yang terkadang tidak mampu berdiri terlalu lama.

Ada perbedaan tarawih di negeri ini dengan tarawih di Timur Tengah, salat tarawih di Timur Tengah betul-betul santai, dan tenang sesuai arti harfiah dari tarawih itu sendiri, yaitu istirahat atau santai, tidak terburu-buru. Penulis pernah mengikuti salat tarawih di negeri Mesir yaitu di tempat kediaman Imam Syafii ra. Salat tarawih dimulai jam 10 malam sampai selesai jam 4 pagi. Itu artinya betul-betul ingin menikmati dan merasakan khusu’nya salat, dan khusu’nya salat tersebut tidak akan tercapai dengan melaksanakan salat secara terburu-buru dan cepat-cepat. Karena khusu’ salat itu ada dua macam, pada badan dan pada hati. Dengan kata lain porsi untuk khusu’ hati lebih besar daripada khusu’ anggota tubuh, karena ada jaminan dari Nabi Saw.: “Kalau hati seorang khusu’ pasti khusu’ pula anggota tubuhnya”. (HR. Turmuzi).

Selain dari ghirah (kecemburuan) atau semangat ibadah pada saat ini semakin berkurang, masih ada lagi faktor orang-orang ingin cepat selesai salat tarawih yaitu faktor instan dan praktis. Suatu hal yang sangat fenomenal di saat ini orang ingin praktis dalam segala hal, mulai dari urusan makan, sampai kepada urusan politik praktis, dan akhirnya terbawa-bawa kepada urusan ibadah, sementara Allah Swt. mengingatkan agar urusan ibadah harus dilaksanakan dengan sabar dan tenang. Firman Allah Swt.: “Suruhlah keluargamu salat dan bersabarlah melaksanakannya. (QS. 20 : 132).

Demikian juga membaca Al Qur’an, Allah Swt. menganjurkan untuk Tadabbur (merenung)nya dan melarang gegabah ketika membacanya, oleh sebab itu Allah mengingatkan Nabi Saw. yang amat mulia itu agar tidak mendahului bacaan Jibril alaihissalam, Allah Swt. berfirman : “Jangan engkau menggerakkan lidahmu untuk tergesa-gesa. (QS. 75 : 16).

Karena alasan ingin serba instan dan praktis tersebut, kita melihat ada latihan praktis untuk mencapai salat khusu’ yang dilaksanakan di hotel-hotel dan mudah-mudahan saja hasilnya menggembirakan. Akan tetapi menurut hemat penulis, untuk mendapat kenikmatan ibadah mestilah dengan cara menghayati dan merenungkan hakikatnya, dan tidak akan ditemukan kenikmatan ibadah dengan cara gegabah, cepat-cepat, dan tergesa-gesa.

Di penghujung tulisan ini ada baiknya kita merenungkan pengalaman seorang ulama Salaf yang bernama Hatim Al Asham ketika ditanya bagaimana dia mengerjakan shalat : “Saya bertakbir dengan merenungkan hakikatnya, saya membaca Al Qur’an dengan sungguh dan tartil, saya sujud dengan khusu’, saya sujud dengan merasa rendah, saya merasa surga ada di sebelah kanan saya, dan neraka di sebelah kiri saya, titian ada di bawah kaki saya, ka’bah berada di kedua kening saya, malaikat maut ada di atas kepala saya, dosa-dosa sedang meliputi saya, pandangan Allah sedang tertuju kepada saya, saya anggap salat saya ini sebagai salat terakhir dalam hidup saya, dan saya sertai dengan keikhlasan semampu saya. Kemudian saya ucapkan salam. Saya tidak tau apakah Allah menerima salat saya ataukah justru Dia berkata : “Lemparkan salat itu ke wajah orang yang melakukannya.” Wallahua’lam.

Dr.H.Muhammad Nasir, Lc, MA

  • Wakil Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah
  • Pimpinan Pondok Pesantren Tahfiz Al Qur’an Al Mukhlisin Batu Bara, Sumut

Sidang Isbat Awal Ramadan 1446 H Digelar 28 Februari 2025

0
Foto-Istimewa

JAKARTA -Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar Sidang Isbat (penetapan) awal Ramadan 1446 Hijriah pada 28 Februari 2025. Sidang ini akan menentukan awal bulan puasa bagi umat Islam di Indonesia. Sidang dijadwalkan akan dipimpin Menteri Agama Nasaruddin Umar.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Abu Rokhmad menjelaskan, sidang isbat akan dilaksanakan di Auditorium H.M. Rasjidi, Kementerian Agama, Jakarta Pusat.

“Seperti tahun-tahun sebelumnya, sidang ini akan dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan ormas Islam, MUI, BMKG, ahli falak, serta perwakilan dari DPR dan Mahkamah Agung,” ujarnya di Jakarta, Senin (10/2/25).

Menurut Abu Rokhmad, ada tiga rangkaian yang akan dilakukan dalam sidang isbat. Pertama, pemaparan data posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi. Kedua, verifikasi hasil rukyatul hilal dari berbagai titik pemantauan di Indonesia.

“Ketiga, musyawarah dan pengambilan keputusan yang akan diumumkan kepada publik,” jelasnya.

Abu Rokhmad mengajak masyarakat menunggu hasil sidang isbat dan pengumuman pemerintah terkait awal Ramadan 1446 H. Ini sejalan dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.

“Kita berharap umat Islam di Indonesia bisa mengawali Ramadan tahun ini secara bersama-sama,” jelasnya.

Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah (Urais Binsyar) pada Ditjen Bimas Islam Kemenag, Arsad Hidayat, menambahkan, berdasarkan data hisab awal Ramadan 1446 H, ijtimak terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, sekitar pukul 07.44 WIB. Pada hari yang sama, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk antara 3° 5,91’ hingga 4° 40,96’, dengan sudut elongasi antara 4° 47,03’ hingga 6° 24,14’.

“Dengan kriteria ini, secara astronomi, ada indikasi kuat bahwa hilal akan terlihat. Namun, keputusan akhirnya kita tunggu berdasarkan hasil sidang isbat yang akan diumumkan Menteri Agama,” sebut Arsad.

Data hisab ini akan dikonfirmasi melalui proses pemantauan hilal atau rukyatul hilal. Kemenag bekerja sama dengan Kantor Wilayah Kemenag di berbagai daerah akan melakukan pemantauan hilal di berbagai titik di seluruh Indonesia. Hasil hisab dan rukyat akan dipaparkan pada sidang isbat yang dipimpin Menteri Agama. (kemenag/sir)

KSB PB Al Washliyah & Panitia Survei Lorin Sentul Hotel Tempat Rakernas dan Rapimnas

0

JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah, Dr.H.Masyhuril Khamis SH,MM beserta Sekretaris Jenderal PB Al Washliyah, Dr.Ir.H.Amran Arifin, MM,MBA dan Bendahara Umum PB Al Washliyah, Drs.H.Rijal Naibaho, MM melakukan survei ke hotel yang akan menjadi tempat penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II dan Rapimnas Al Washliyah tahun 2025-1446 H, di Lorin Sentul Hotel, Kawasan Sirkuit Sentul Internasional, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada hari Senin 10 Februari 2025/11 Sya’ban 1446 H.

Ketua Umum, Sekjen dan Bendum (KSB) PB Al Washliyah didampingi Ketua Panitia Rakernas II dan Rapimnas Al Washliyah, Prof.Dr, Deding Ishak, SH,MH, dan panitia pengarah, Kolonel Purn Drs.H.Muhammad Zaid, MM, Muhammad Razvi Lubis, S.Pd, M.Pd, Yayah Nahdiyah SH,MH, seksi konsumsi dan Sugeng Priyanto, seksi transportasi.

Survei diawali dari dua hotel berbeda di Kota Bogor, Jawa Barat. Panitia belum menemukan kecocokan lokasi untuk menampung sekitar 300-400 peserta Rakernas dan Rapimnas dari seluruh Indonesi. Menjelang waktu Ashar, tim survei meluncur ke Kawasan Sirkuit Sentul, yang berjarak beberapa kilometer dari hotel sebelumnya.

Di hotel Syariah Hotel Sentul ini, KSB dan panitia sepakat untuk menentukan sebagai tempat acara yang berlangsung 3 hari. Hanya tinggal teknisnya saja yang akan segera disampikan oleh pihak hotel. “Tempat ini lebih cocok, daripada sebelumnya,” ucap Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM yang memimpin survei dari ruangan ke ruangan, dipandu pihak marketing hotel.

Ketua Panitia Rakernas II dan Rapimnas Al Washliyah, Prof.Dr.H.Deding Ishak, SH,MH, yang juga Ketua PB Al Washliyah Bidang Hukum dan HAM, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut akan dilaksanakan selama 3 hari, yaitu hari Jumat, Sabtu dan Minggu, tanggal 25,26 dan 27 April 2025 mendatang. Sementara acara pembukaan diagendakan dibuka oeh Ketua MPR-RI, Ahmad Muzani di Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta Pusat, pada hari Jumat 25 April 2025 siang, pukul 14.00 Wib.

Sedangkan Rakernas II dan Rapimnas akan dilangsungkan di Lorin Sentul Hotel, yang lokasinya berdekatan dengan arena sirkuit Sentul Internasional, yang namanya telah tersohor ke mancanegara. Panitia, menurut Prof Deding, kini tengah mempersiapkan segala sesuatunya untuk kesuksesan dan kelancaran acara. Untuk itu, seluruh personel panitia OC dan SC diharap dapat bekerja optimal.

Peserta kegiatan, menurut Prof Deding, berasal dari PB Al Washliyah, majelis dan lembaga PB Al Washliyah, PW Al Washliyah se-Indonesia, PD Al Washliyah se-Indonesia, Pimpinan Pusat Organ Bagian Al Washliyah. Untuk rincinya, kata Prof, panitia segera mengeluarkan surat edaran kepada seluruh wilayah dan pimpinan organisasi, sehingga nama peserta sudah valid dan terverifikasi. Ia berharap, dalam tempo dua bulan ke depan seluruh persiapan sudah final, termasuk kepastian jumlah peserta daerah.

Ditanya mengenai dana? Prof Deding menjelaskan bahwa kegiatan tersebut tentu membutuhkan dana besar. Namun demikian, dia selaku panitia mengharap dukungan semua pihak, termasuk sponsor atau relasi jajaran pengurus. Sehingga, kata Prof, beban PB Al Washliyah agak berkurang. “Peserta daerah tidak dikenakan dana kontribusi. Tapi mereka tanggung sendiri tiket pulang pergi dari dan ke daerah asal,” ujar Prof Deding, putra tokoh Ulama Al Washliyah asal Sunda, Jawa Barat ini. (sir)

Sambut HPN 2025, Wartawan ‘Siluman’ Bikin Menggelitik

0

MENYAMBUT Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2025 pada 9 Februari ini, beberapa hari lalu muncul kabar ke permukaan mengenai pernyataan seorang Menteri Kabinet Merah Putih tentang wartawan bodrek dan LSM yang dituding mengganggu kinerja aparat pada tingkat bawah. Pernyataan ini makin meluas yang diwarnai dengan aksi protes sekelompok massa atas pernyataan itu.

Menyimak dan mengamati persoalan itu di media sosial, sebenarnya tudingan dan pernyataan itu untuk siapa? Kalau yang bersangkutan terikat dengan tugas jurnalistik, berpedoman kepada UU Pokok Pers dan kode etik wartawan, penulis berpikir kenapa harus heboh? Karena pernyataan seorang menteri tersebut akan menjadi bahan koreksi diri ke tubuh pribadi wartawan Indonesia.

Bagaimana tidak? Jika ditelisik tugas wartawan pada prinsif dasarnya adalah melaksanakan kontrol sosial. Yaitu mengingatkan publik agar taat aturan dan peraturan yang berlaku. Apabila telah melenceng dari peraturan, maka hal tersebut adalah suatu pelanggaran, dan dapat dipublikasikan sesuai dengan norma jurnalistik. Yakni berita tersebut tidak mengandung unsur fitnah, harus berimbang dan terkonfirmasi. Dan berita tersebut layak turun/tayang tidak? Tentulah melalui tahapan pada bagian redaksi/redaktur/pimpinan redaksi.

Penulis lebih cendrung menyebut wartawan ‘siluman’. Karena operasional kerjanya berbeda dengan wartawan resmi. Yang dimaksud resmi dalam konteks ini adalah wartawan yang memiliki kantor/perusahaan media, memiliki jam kerja dan memiliki masa tugas dan masa pensiun. Perusahaan media tempat kerjanya memiliki legalitas hukum dan memiliki kesejahteraan wartawan/karyawan.

Wartawan siluman berbanding terbalik dari sistem kerja wartawan resmi. Kalau wartawan resmi pastilah memiliki Lembaga resmi/perusahaan media. Wartawannya bergabung dengan wadah organisasi kewartawanan, maka berita yang disajikan pasti telah melalui standar. Dan terpenting lagi bahwa berita tersebut tidak semata-mata menyangkut kasus, tapi juga mengenai prestasi dan sebagainya.

Yang menggelitik hati penulis, kenapa disebut tugas wartawan mengganggu kinerja aparat desa? Bahkan yang membuat miris, dituding meminta sesuatu imbalan dari narasumber. Inilah yang terkadang mengusik hati. Seakan-akan tugas kontrol sosial hilang diterpa isu uang ‘non berkah’.

Menurut penulis, gaya-gaya yang terindikasi ‘pemerasan’ seperti ini, harus dilawan/atau dibasmi habis. Jangan sampai terjadi di tengah-tengah masyarakat, apalagi menjadi budaya negatif. Karena hal ini akan mencemari tugas jurnalistik/wartawan yang sebenarnya. Seorang wartawan, tentu sudah memiliki gaji tetap dari perusahaan tempat dia bekerja. Jadi tugas jurnalistiknya sudah fokus. Jika ada ulah oknum mengaku wartawan, yang berkelakuan macam-macam, baiknya diusir dari lokasi liputan atau jangan dilayani. Titik.

Apalagi ada seperti yang diutarakan seorang pejabat negara, maka hal ini adalah tugas pemimpin perusahaan media, pengurus organisasi wartawan untuk membina pasukan lapangan. Sebab seorang wartawan bukan kebal hukum, dan juga bukan seorang penyidik atau inspektorat. Tugasnya adalah chek and rechek atas info yang didapat.

Kalau narasumbernya yakin atas kinerja pada rule yang ditentukan, kenapa harus takut? Dan jangan sekali-kali menutupi kesalahan dengan memberi uang imbalan untuk tutup mulut? Jika hal ini terjadi, maka tercipta kedua belah pihak telah kongkalikong. Dianjurkan untuk melapor kepada aparat hukum terdekat.

Sebenarnya masalah, wartawan siluman, wartawan gadungan, wartawan bodrex, wartawan abal-abal, wartawan tanpa surat kabar, sudah muncul sejak era orde baru lalu sampai kini. Sekarang apakah mungkin lebih parah? Usul persyaratan akademik seorang wartawan perlu diperkuat, tidak hanya S1, tapi minimal S2, plus dibekali pendidikan agama atau etika, sehingga tercipta wartawan yang sehat dan berita yang sehat, dunia dan akhirat.

Selamat HPN 2025, semoga pers tetap menjadi kekuatan bangsa dan konsisten pada fungsinya. (syamsir/pensiunan wartawan).

Tingkatkan Rasa Syukur

0
Rizkan Abqa, S.M,MM, Ketua STIT Al-Washliyah Aceh Tengah

BANGSA Indonesia adalah negara yang mempunyai populasi umat muslim paling besar di dunia. Dengan banyaknya populasi muslim di Indonesia, agama Islam menjadi agama yang lekat dengan berbagai kegiatan yang dilakukan masyarakat sehari-hari.

Dalam ajaran agama Islam, manusia diajarkan untuk berbuat baik kepada sesama makhluk dan diri sendiri. Salah satu pembelajaran yang sering diajarkan oleh orang tua kita maupun guru adalah sikap syukur. Syukur merupakan bentuk rasa terimakasih kepada Allah SWT. Syukur juga dapat berarti menyatakan suatu perasaan lega, dan senang. Syukur merupakan sikap dan perbuatan positif yang harus dimiliki dan dilakukan oleh setiap manusia karena memiliki banyak manfaat positif yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup seseorang.

Bersyukur secara bahasa, bersyukur berasal dari kata “syakara” dalam bahasa Arab, yang berarti berterima kasih atau mengakui kebaikan. Secara istilah, bersyukur adalah pengakuan hamba atas nikmat yang diberikan oleh Allah, baik dengan hati, lisan, maupun perbuatan.

Dalam Islam, bersyukur dianggap sebagai salah satu bentuk ibadah yang paling mulia, karena menunjukkan rasa rendah hati. Allah SWT Berfirman: Artinya : (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (Q.S. Ibrahim: 7).

Dalam ayat ini Allah SWT kembali mengingatkan hamba-Nya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan Nya. Bila kita melaksanakannya, maka nikmat itu akan ditambah lagi oleh Allah SWT. Sebaliknya, Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat Nya, dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab Nya yang sangat pedih kepada mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita lihat bahwa orang-orang yang dermawan di sekeliling kita dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan menolong orang, pada umumnya tak pernah jatuh miskin ataupun sengsara. Bahkan, rezekinya senantiasa bertambah, kekayaannya makin meningkat, dan hidupnya bahagia, dicintai serta dihormati dalam bermasyarakat. Sebaliknya, orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka kekayaannya tidak bertambah, bahkan lekas menyusut. Di samping itu, ia senantiasa dibenci orang banyak, dan di akhirat kelak akan memperoleh hukuman yang berat.

Allah SWT sangat mencintai orang-orang yang bersyukur. Syukur merupakan hal sederhana yang dapat membawa kebahagiaan. Selain bahagia, syukur juga dapat membuat manusia lebih tangguh dalam menghadapi masalah, dan terhindar dari berpuas diri saat merasakan kebahagiaan dari suatu pencapaian. Oleh karena itu, syukur sangat penting dipupuk dalam diri manusia agar manusia dapat lebih baik dalam menjalani hidup, merasa dekat dengan penciptanya, dan orang yang bersyukur dicintai Allah SWT. Perumpamaan orang yang tidak bersyukur disebutkan dalam Firman Allah SWT:

Artinya : Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) suatu negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat. (Q.S An-Nahl : 112).

Dewasa ini bisa kita lihat, jika seseorang belum mampu bersyukur biasanya jika diberikan kenikmatan berupa hal yang kecil, dia akan langsung mengeluh. Namun jika diberikan hal yang lebih besar atau banyak pula tidak akan menjamin dia akan merasa puas karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan pernah merasa puas dan selalu berkeinginan untuk memenuhi segala kebutuhannya, tentunya hal ini bisa di minimalisir jika kita terus berpedoman kepada Al-Qur’an dan mengerti tentang apa itu syukur.

Karena orang yang belum mampu bersyukur biasanya tidak akan merasa puas dengan apa yang didapatkannya, jika kita merenungkan diri tentang kenikmatan yang tidak terlihat seperti nikmat Kesehatan contohnya Mata bisa melihat, Tangan, Kaki bisa berjalan dengan baik dan lain-lain lantas mengapa kita tidak merasa bersyukur atas nikmat yang diberikan. Dalam Al-Qur’an ada sebuah kisah tentang orang yang tidak bersyukur, dia tidak merasa puas dengan harta yang dimilikinya. Padahal hartanya begitu berlimpah, bahkan kunci tempat hartanya harus diangkat oleh beberapa orang yang memiliki kekuatan fisik yang luar biasa. Akibat ketamakannya itu, Allah SWT membenamkannya ke dalam perut bumi, orang tersebut adalah Qarun.

Agar karakter syukur dapat tertanam dengan baik, dan menjadi pembiasaan yang baik pula, maka perlunya karakter ini ditanamkan sejak usia dini, Di usia dini ada masa ketika informasi dan kemampuan menerima dan mengolah konsep diri lebih cepat dan baik. Masa ini dinamakan sebagai masa keemasan.

Dewasa ini perlu kita tingkatka rasa Syukur kita kepada Alla SWT atas segala nikmat yang telah diberikan, Adapun manfaat dari bersyukur ini yang dapat kita rasakan:

Pertama, Menyucikan jiwa dengan bersyukur dapat menjaga kesucian jiwa, sebab menjadikan orang dekat dan akan terhindar dari sifat buruk, seperti sombong atas apa yang telah dicapai.

Kedua, Mendorong jiwa untuk beramal shaleh, yaitu jiwa bergetar dan selalu terdorong untuk memanfaatkan apa yang diperolehnya untuk berbagai kebaikan. Semakin banyak kenikmatan yang diperoleh semakin banyak pula amal shaleh yang dilakukan.

Ketiga, Menjadikan orang lain Ridha dengan apa yang diperolehnya akan berguna bagi orang lain dan membuat orang lain ridha kepadanya. Karena menyadari bahwa nikmat yang diperoleh tidak harus dinikmati sendiri tapi juga harus dinikmati oleh orang lain artinya didalam rezeki kita ada hak orang lain, sehingga hubungan dengan orang lain pun menjadi baik.

Keempat, Memperbaiki dan memperlancar interaksi sosial, dalam kehidupan bermasyarakat, hubungan yang baik dan lancar merupakan hal yang amat penting. Hanya orang yang bersyukur yang bisa melakukan upaya memperbaiki dan memperlancar hubungan sosial karena tidak ingin menikmati sendiri apa yang telah diperolehnya.

Kelima, Menuntun hati untuk ikhlas Karena syukur menuntun kita untuk tetap berbaik sangka pada Allah SWT dalam segala hal yang terjadi dalam kehidupan ini, maka syukur mampu menggerakkan hati untuk ikhlas menerima ketetapan Allah SWT.

Keenam, Membentuk hubungan persahabatan yang lebih baik, orang-orang yang hatinya diselimuti oleh rasa syukur lebih mudah berempati dermawan, dan ringan tangan membantu sesama, sehingga mudah diterima dalam masyarakat karena pada dirinya tersimpan sifat-sifat yang disenangi orang lain, yaitu ringan berbagi, memiliki sifat materialistis yang rendah, tidak mendengki terhadap sifat orang lain, dan mampu mengesampingkan ego pribadi, Begitulah bahwa Syukur merupakan sifat mulia yang harus kita biasakan sehingga menjadi karakter kita semua.

Allah SWT berfirman: Artinya: Allah lah yang menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal dapat berlayar di atasnya dengan perintah-Nya, dan agar kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan agar kamu bersyukur. dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir. (Q.S.Al-Jatsiya: 12-13)

Hanya dengan Syukurkah manusia akan dihargai oleh Allah dan juga oleh orang lain, Karena itulah marilah kita tingkatkan rasa Syukur kepada Allah SWT atas semua nikmat yang telah diberikan kepada kita semua, semoga Allah selalu memberikan kekuatan dan Hidayahnya kepada kita semua sehingga kita menjadi hamba-hambanya yang pandai bersyukur. Wallahu a’lam bish shawabi.

Rizkan Abqa, S.M,MM
Ketua STIT Al-Washliyah Aceh Tengah

Kolaborasi Muslimat Adakan Peringatan Isra Mikraj di Pantai Sri Mersing

0

MEDAN – Pengurus Daerah Muslimat Al Washliyah Kota Medan berkolaborasi dengan PD Muslimat Al Washliyah Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Tebing Tinggi, Sumatera Utara, melaksanakan kegiatan peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW, sekaligus penyambutan bulan suci Ramadan pada Sabtu, 8 Februari 2025/9 Sya’ban 1446 H di Pantai Sri Mersing, Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Kegiatan ini dihadiri sekitar seribu orang jamaah warga Muslimat Al Washliyah. Selain itu juga dihadiri pejabat Pemkab Serdang Bedagai dan Ketua MUI Serdang Bedagai.

Dr. Hj. Hasnil Aida Nasution, MA, Ketua PD Muslimat Al Washliyah Kota Medan didampingi Ketua PD Muslimat Al Washliyah Deli Serdang, Masrah, Siti Hajar, S.Pd, Serdang Bedagai dan Dra. Nurasiah Hasibuan, Tebing Tinggi, menyampaikan bahwa tema kegiatan ini adalah “Jadilah Muslimah yang tangguh dalam menciptakan generasi cerdas dan berakhlak menuju Indonesia Emas tahun 2045.”

Berkaitan dengan tema tersebut, beliau juga mengatakan tak ada kata mengeluh bagi Muslimat Al Washliyah, apapun ATHG (Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan) yang dihadapi, kita punya Allah sebagai tempat mengadu, tempat curhat dan tempat meminta. Semua masalah pasti ada solusinya.

Kegiatan ini sangat diapresiasi dengan sangat baik oleh Ketua PW Muslimat Al Washliyah Sumatera Utara Dra. Hj. Zahro Baity yang hadir bersama rombongan PWMA Sumut lainnya.

Dr. H. Dedi Iskandar Batubara, Ketua PW Al Washliyah Sumatera Utara dan juga DPD RI utusan daerah Sumut, yang pada kegiatan itu memberikan taushiyah mengungkapkan bahwa ada 4 orang wanita tangguh, wanita pilihan yang telah ditetapkan Allah masuk ke dalam syurga.

Aisyah, dengan ketangguhannya menghadapi kekejaman Fira’un, Khadijah dengan ketangguhannya membantu perjuangan Rasul dengan harta dan jiwanya, Maryam dengan ketangguhannya melahirkan Nabi Isya, dan Fatimah binti Rasulullah.

Dan banyak lagi wanita wanita tangguh dalam Islam yang terus berjuang demi kemaslahatan. Ini bisa dijadikan teladan bagi warga Muslimat Al Washliyah
Kegiatan ini diakhiri dengan acara silaturrahim dan perlombaan buat Ibu-ibu Muslimat Al Washliyah yang hadir.

hastag, Setiap Saat Bermanfaat Buat Umat

Terhampar pasir di tepi pantai
Nelayan berlayar ke tengah lautan
Jamaah yang hadir sangatlah ramai
Semangat menyambut bulan Ramadan.
(rilis/sir)

Lagi, Dua Masjid Al Washliyah Dibangun di Manado dan Alor NTT

0

JAKARTA – Lagi, seorang dermawan akan membangun Masjid Al Washliyah di daerah minoritas umat Islam. Pada awal tahun 2025 ini berada di daerah Kota Manado, Sulawesi Utara dan di kampung terpencil Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam`iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM mengemukakan itu di Kantor PB Al Washliyah, Jalan Jenderal Ahmad Yani No 41 Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat, Jumat 7 Februari 2025/8 Sya’ban 1446 H.

Turut mendanpingi Ketua Umum PB Al Washliyah, antara lain Sekjen PB Al Washliyah, Dr.Ir.H.Amran Arifin, MM.MBA, Bendahara Umum PB Al Washliyah, Drs.H.Rijal Naibaho, MM, Ketua PB Al Washliyah Bidang Pendidikan, H.Ridwamn Tanjung, SH, M.Si, Ketua PB Al Washliyah Bidang Kader, Kolonel Purn Drs.Muhammad Zaid, MM, Sekretaris PB Al Washliyah Bidang Pendidikan, Muhammad Razvi Lubis, S.Pd, M.Pd.

Menurut Masyhuril Khamis, pembangunan sarana ibadah tersebut akan dilakukan hampir serentak di dua provinsi tersebut. Sementara lokasi pembangunannya di lahan wakaf umat Islam di daerah setempat.

“Dananya sudah siap dari dermawan muslim,” kata Masyhuril Khamis, yang minta identitas donator tersebut tidak disebutkan.

Uang pembangunan dua masjid tersebut, kata dia sudah siap. Sama halnya dengan pembangunan Masjid Al Washliyah di lima wilayah di Indonesia. Pemberi dana tidak mau disebutkan nama. Hanya permintaan donator bahwa lokasi pembangunan dua masjid terbaru tersebut berada di daerah minoritas umat Islam. Pemberi dana berharap masjid yang dibangun itu dapat bermanfaatkan untuk peningkatan dan pengamalan ibadah umat Islam sekitar masjid.

Masyhuril Khamis mengemukakan, pembangunan masjid di kota Manado, Sulawesi Utara dan Alor, NTT sudah pasti melibatkan pengurus Al Washliyah Sulawesi Utara dan NTT, termasuk melakukan survei lapangan dan mengurus proses dan kelengkapan berkas wakaf untuk pembangunan masjid.

“Di Kota Manado, lahan pembangunan masjid disiapkan sekitar seribu meter,” kata Masyhuril Khamis.

Mengenai lokasi di satu kampung terpencil di Alor NTT, menurut laporan Ketua PW Al Washliyah NTT, Arafah Laka SH, warga muslim di daerah tersebut telah ikhlas mewakafkan tanah seluas 30 x 30 meter untuk bangun masjid. Sarana ibadah ini sangat didambakan oleh sekitar 35 keluarga muslim. “Pembangunan masjid di sini akan menggerakkan potensi umat Islam setempat. Mereka akan mengerjakan senddiri. Mereka hanya minta semen dan besi,” ujarnya.

Umat Islam di NTT, menurut Masyhuril Khamis, selain disiapkan masjid untuk ibadah, mereka juga perlu pembinaan dan bimbingan ajaran Islam dari ustad dan dai Al Washliyah.

Website ini mencatat, Masjid dengan nama Masjid Al Washliyah telah dibangun antara lain di Bogor, Provinsi Jawa Barat, Pandeglang, Provinsi Banten, Padang, Sumatera Barat, Pangkep, Sulawesi Selatan. Nilai pembangunannya masing-masing menelan dana ratusan juta rupiah. Sumber dana pembangunan masjid tersebut, berasal dari donator yang sama. (sir).

Salat Nisfu Sya’ban, Sunnah yang Dibid’ahkan

0
Dr.H.Muhammad Nasir, Lc,MA, Wakil Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah.

HANYA dalam hitungan hari saja setelah tulisan ini diturunkan, kaum muslimin kembali menyambut suatu malam yang pernah dimuliakan oleh Rasulullah Saw dengan cara menghidupkan malamnya dengan berbagai ibadah. Hanya saja hadis-hadis yang menceritakan tentang kemuliaan malam tersebut sampai sekarang menjadi perdebatan di kalangan para ahli hadis dan para ulama yang berkompeten dalam hal ini.

Di antara hadis-hadis yang menceritakan kemuliaan dan keutamaan nisfu sya’ban adalah riwayat dari Ali bin Abi Thalib ra. bahwa Rasulullah Saw bersabda : Apabila sampai malam Nisfu Sya’ban maka salatlah pada malam harinya, karena sesungguhnya Allah Swt akan turun (rahmat-Nya) ke dunia pada malam tersebut sejak matahari terbenam. Allah Swt berfirman: Tidak ada yang meminta ampun kecuali Aku akan mengampuni segala dosanya, tidak ada yang meminta rezeki melainkan Aku akan memberinya rezeki, tidak ada yang terkena musibah atau bencana, kecuali Aku akan menghindarkannya sampai terbit fajar. (HR. Ibnu Majah dan hadis tersebut dinilai dhaif oleh Syekh Nashiruddin Al-Bany).

Riwayat lain yang senada dengan hadis di atas adalah dari Aisyah ra: Suatu malam saya kehilangan Rasulullah Saw, lalu aku mencarinya, ternyata beliau sedang berada di Baqi’ (perkuburan tua di samping mesjid Nabawi sekarang ini) sambil menengadahkan wajahnya ke langit, beliau bersabda: Apakah kamu (wahai Aisyah) khawatir Allah akan menyia-nyiakan kamu dan Rasul-Nya) aku menjawab: Wahai Rasulullah, saya pikir anda pergi mendatangi isteri-isterimu yang lain, Rasulullah Saw bersabda kembali: Sesungguhnya Allah Swt akan turun (rahmat-Nya) ke dunia pada malam Nisfu Sya’ban dan mengampuni umatku lebih dari jumlah bulu domba yang digembalakan. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Turmuzi dan Syekh Nashiruddin Al-Bani mendhaifkan hadis ini).

Riwayat berikutnya dari Abi Musa, Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah muncul (ke dunia) pada malam Nisfu Sya’ban dan mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang-orang musyrik dan orang-orang yang dengki dan iri hati kepada sesama muslim. (HR. Ibnu Majah dan Syekh Al-Bani menilainya sebagai hadis Hasan).

Riwayat yang memperkuat keshahihan hadis di atas adalah, dari Abdullah bin Amr, Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah akan menemui makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, dan Dia mengampuni dosa-dosa hamba-hamba-Nya, kecuali dua kelompok, yaitu orang yang menyimpan rasa dengki did alam hatinya kepada sesama muslim, dan orang melakukan bunuh diri. (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban di dalam kitab Shahihnya).

Adapun riwayat yang menceritakan bahwa Nabi Saw beramal pada malam Nisfu Sya’ban, adalah riwayat dari Aisyah ra: Suatu malam Rasulullah Saw salat kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil (wafat), karena curiga, maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat, beliau berkata: Hai Aisyah engkau tidak dapat bagian? Lalu aku menjawab: Tidak ya Rasulullah! Aku hanya berpikiran yang tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud terlalu lama, lalu beliau tanya: Tahukah engkau malam apa sekarang ini? Rasulullah yang lebih tau jawabku: Malam ini adalah malam Nisfu Sya’ban. Allah mengawasi hamba-Nya pada malam ini, maka ia memaafkan mereka yang meminta ampun, memberi kasih sayang, dan menyingkirkan orang-orang yang dengki. (HR. An-Nasai, AlBaihaqi, menurut Imam Al-Baihaqi hadis ini mursal, namun cukup kuat untuk diamalkan).

Dari kelima hadis di atas, nampak jelas bagi kita bahwa makam Nisfu Sya’ban mempunyai kelebihan dari malam yang lain, meskipun hadis riwayat pertama dan kedua yaitu dari jalur Ali bin Abi Thalib dan Aisyah, didhaifkan oleh Jumhur ahli hadis termasuk Syekh Al-Bani yang terkenal musyaddid (ketat) dalam menerima hadis, akan tetapi dengan tiga riwayat yang terakhir, yaitu riwayat melalui jalur Abi Musa, Abdillah bin Amar, dan dari Aisyah, yang mana ketiga hadis ini tidak diragukan keshahihannya oleh Imam Al-Bani dan Ibnu Hibban, serta Imam Al-Baihaqi. Hanya saja hadis yang terakhir yang diriwayatkan Aisyah berstatus mursal, yaitu ada seorang rawi yang tidak bersambung kepada sahabat Nabi Saw. namun Imam Baihaqi mengatakan, hadis ini cukup kuat untuk diamalkan.

Di dalam ilmu hadis apabila beberapa hadis dhaif didukung (syawahid) oleh hadis-hadis yang lain, maka kedhaifan hadis tersebut dapat terangkat menjadi hasan lighairi atau shahih lighairi. Apabila memang ada riwayat-riwayat yang shahih seperti tiga hadis yang terakhir, maka kesahihan hadis-hadis yang menerangkan kelebihan dan keutamaan malam Nisfu Sya’ban tidak perlu diragukan lagi untuk diamalkan dengan mengisi malamnya dengan berbagai ibadah.

Kendati demikian, yang menjadi persoalan, ibadah seperti apa yang diamalkan pada malam yang tidak diragukan lagi kemuliaannya, karena malam itu selain kemuliaannya, do’a diijabah (dikabulkan) oleh Allah Swt. Imam Syafii berkata : Ada 5 malam doa tidak ditolak oleh Allah Swt, malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Sya’ban, malam Jumat, malam Idul Fitri, dan malam Idul Adha.

Rasulullah Saw memanfaatkan kemuliaan malam Nisfu Sya’ban dan sekaligus menjadi contoh bagi umatnya dengan memperbanyak doa dan memanjangkan sujud, sehingga Aisyah menduga Rasulullah telah wafat di dalam sujud. Beliau (Rasulullah Saw) tidak menentukan berapa raka’at shalat yang harus dilakukan pada malam itu agar tidak memberatkan umatnya di kemudian hari.

Demikian pula Nabi Muhammad Saw tidak memberi nama salat tersebut dengan salat Nisfu Sya’ban, seperti halnya Salat Tarawih, Salat Tahiyyatul Mesjid, tidak pernah dijumpai riwayat yang menceritakan kepada kita bahwa Nabi yang memberi nama salat tersebut, Salat Tarawih, Salat Tahiyyatul Mesjid, hanya para ulamalah yang memberi nama Tarawih dan Tahiyyatul Mesjid dengan tujuan untuk memudahkan sebutan.

Sama halnya dengan Salat Nisfu Sya’ban, pada hakikatnya menurut hemat penulis Salat sunat Nisfu Sya’ban yang dibid’ahkan oleh sebagian ulama tersebut adalah salat sunat mutlak yang dapat dikerjakan di mana saja dan kapan saja, asal tidak pada waktu-waktu tahrim. Seandainya seseorang melaksanakan salat pada malam Nisfu Sya’ban dengan niat salat sunat mutlak saja, sampai 100 rakaat, 200 rakaat, atau lebih, apakah salat tersebut diberi pahala oleh Allah Swt atau orang tersebut akan dimasukkan ke dalam neraka karena telah dianggap mengada-ngada dan melakukan bid’ah?

Jawaban yang meyakinkan kita adalah jawaban Bilal ketika Rasulullah bertanya kepadanya: Wahai Bilal ceritakan kepadaku malam yang engkau kerjakan dalam Islam yang penuh dengan pengharapan? Aku mendengar suara sandalmu di depanku di dalam surga. Bilal menjawab: Tidak pernah aku melakukan suatu perbuatan yang aku harapkan kebaikannya, melainkan aku bersuci dahulu, baik saatnya siang hari atau malam hari, sesudah aku bersuci aku melakukan shalat sebanyak yang dapat aku lakukan. (HR. Bukhari dan Muslim). Artinya, salat sunat mutlak tidak dibatasi rakaatnya. Dan kebiasaan memperbanyak salat sunat tersebut diikuti oleh para ulama, Jabir bin Hayyan penemu pertama Ilmu Kimia sekaligus orang pertama memperoleh julukan Sufi, melakukan shalat sunat mutlak 400 (empat ratus) rakaat sebelum melakukan penelitian.

Pendek kata, malam Nisfu Sya’ban adalah malam mulia dan dimuliakan oleh Nabi Muhammad Saw. Kemuliaan malam Nisfu Sya’ban dan mengisinya dengan berbagai kegiatan ibadah tidak diragukan lagi keshahihan hadis-hadis yang mengajurkannya. Jika memberi nama-nama amalan tersebut, seperti salat Nisfu Sya’ban, Yasin Nisfu Sya’ban, doa Nisfu Sya’ban dan sebagainya, dianggap sebagai bid’ah sesat menyesatkan, maka abaikan saja nama-nama tersebut, laksanakan substansi ibadahnya, karena yang sampai kepada Allah bukan nama-namanya, akan tetapi ketaqwaan kepada Allah Swt. Wallahua’lam bil ash-shawab

Dr.H.Muhammad Nasir, Lc, MA

  • Wakil Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah
  • Pimpinan Ponpes Tahfiz Alquran Al Mukhlisin Batu Bara, Sumut.
  • Direktur PT Gadika, Umroh dan Haji Plus
  • Ketua Majelis Taklim & Zikir Ulul Albab Sumut

Nisfu Sya’ban & Bacaan Menjelang Azan (Kajian Hadis-hadis Keutamaan Nisfu Sya’ban & Wirid)

0

DIRIWAYATKAN dari Aisyah ra, dia berkata suatu malam Rasulullah Saw bangun dan melaksanakan shalat dan melamakan sujudnya hingga saya kira dia telah wafat (dalam sujudnya), manakala saya melihat keadaan demikian sayapun bangun, lalu saya gerakkan telunjuknya lalu bergerak dan kembali semula, maka manakala dia bangun dari sujudnya dan telah menyelesaikan shalatnya dia bersabda: Wahai Aisyah – wahai humaira’ – apakah kamu mengira bahwa Nabi Saw telah meninggalkan mu dan mengabaikan hak mu? Saya menjawab: Tidak, demi Allah ya Rasulullah. Akan tetapi saya mengira engkau telah wafat di dalam shalat karena terlalu lama sujudmu. Nabi Saw bersabda: Tahukan kamu – wahai Aisyah – malam apakah ini? Saya menjawab: Hanya Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui. Dia bersabda: Malam ini malam nisfu Sya’ban, sesungguhnya Allah Swt memperhatikan hamba-Nya pada malam nisfu Sya’ban, maka Dia memberi keampunan bagi orang-orang yang meminta ampun, dan menyayangi orang-orang yang minta dikasihani, dan ditangguhkan (keampunan) bagi orang-orang yang pendengki sebagaimana yang direncanakan-Nya. (Hadis Riwayat Al-Baihaqi – di dalam kitab Jami’ Turmuzi – Darul Hadis, 2001, Juz 3, hal.161).

Hadis di atas menurut Imam Baihaqi adalah Hadis Mursal Jayyid (sebuah hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari seorang syekh yang semasa dengannya atau bertemu dengannya, tetapi ia tidak pernah menerima satu hadis pun dari padanya namun ia meriwayatkan ada kemungkinan ia mendengar dari syekh itu. Imam Al-Baihaqi menduga bahwa Al-Wala’ menerima hadis tersebut dari Makhul, oleh sebab itu hadis ini digolongkan kepada Hadis Mursal Jayyid.

Memang para ulama hadis berbeda pendapat dalam mempedomani hadis mursal sebagai landasan (hujjah) untuk beramal. Imam Syafi’i di dalam kitab Ar-Risalah hal.258, menyatakan bahwa hadis mursal mempunyai tingkatan-tingkatan yang berbeda, jika mursal dilakukan oleh para tabi’in yang senior seperti Said bin Musayyib, maka hadisnya dapat dijadikan hujjah, sedangkan para yunior tabi’in mursalnya ditolak. Akan tetapi kebanyakan para ulama menerima hadis-hadis mursal sahabat tanpa membedakan apakah dilakukan oleh tabi’in senior ataupun yunior, karena para sahabat telah dijamin keadilannya, sebagaimana sabada Nabi Saw: Sahabat-sahabat ku semuanya adil. (lihat Ulumul Hadis DR. Subki Ashalih hal.166).

Senada dengan hadis-hadis di atas, yang menjelaskan tentang keutamaan malam nisfu sya’ban, ada beberapa hadis lain yang menguatkan tentang keutamaan malam nisfu sya’ban, antara lain diriwayatkan oleh Aisyah, bahwa suatu malam dia kehilangan Rasul Saw lalu dia keluar dari rumahnya, tiba-tiba dia melihat Nabi sedang berada di Baqi’ (kuburan dekat mesjid Nabawi sekarang). Lalu Nabi Saw bertanya: Apakah kamu khawatir aku meninggalkan mu? Saya menjawab: Ya Rasulullah! Saya kira engkau mendatangi isteri-isteri mu yang lain, maka Nabi Saw bersabda: Sesungguhnya Allah “turun” ke langit dunia (menurunkan rahmat-Nya) maka Dia mengampuni dosa-dosa lebih banyak dari bulu-bulu kambing suku Bani Kilab. (Jami’ Turmuzi hadis no.739).

Syekh El-Mubarak Fury pensyarah kitab Jami’ Turmuzi mencantumkan 7 buah hadis dengan jalur-jalur yang berbeda dengan kualitas hadis yang berbeda-beda pula. Pada intinya malam nisfu sya’ban adalah malam yang diprioritaskan oleh Nabi Saw untuk memperbanyak amal ibadah, shalat, berdo’a, membaca Al Qur’an dan lain-lain, karena beramal ibadah pada malam itu tidak sama kualitasnya dengan malam-malam lain, bahkan sebagian ulama menyatakan bahwa malam yang berkah yang disebut di dalam Al Qur’an surat Ad-Dukhan ayat 3: Sesungguhnya kami menurunkan Alquran pada malam yang “diberkahi” adalah malam nisfu sya’ban. Demikian dijelaskan oleh Syekh Al-Mubarak Fury dalam syarah Jami’ Turmuzi.

Terlepas dari perdebatan para ulama tentang kesahihan hadis-hadis di atas, yang jelas keutamaan malam nisfu sya’ban mempunyai dasar yang kuat untuk beramal di malam harinya dan berpuasa di siang harinya. Sedangkan amalan-amalan apa yang dibiasakan atau diwiridkan tidak dijelaskan oleh Nabi Muhammad Saw secara spesifik.

Oleh sebab itu, penulis mengaitkan bacaan-bacaan menjelang azan dengan nisfu sya’ban dari sisi amalan-amalan atau wirid-wirid yang dibaca, sekaligus menjawab persoalan yang sering dipertanyakan orang apa dasar atau dalil membaca ayat-ayat Alquran seperti innallāha wamalā ikatahū… (QS. al-Ahzab: 56) menjelang azan dikumandangkan, dan sebagian mesjid ada yang membaca akhir surat al-Isra’ ayat 111 sebelum azan dikumandangkan, bahkan ada pula membaca shalawat, tarhim dan sebagainya.

Menurut hemat penulis, bacaan-bacaan ayat-ayat Al Qur’an atau zikir, shalawat, pujian-pujian kepada Allah dapat dikategorikan kepada wirid, yang mana asal kata wirid adalah hizb (bukan warada) yang berarti mengelompokkan ayat-ayat Al Qur’an untuk dijadikan amalan, karena para sahabat Nabi Muhammad Saw telah melakukan itu, ada yang mengelompokkan ayat Alquran 1 juz untuk dibaca setiap hari, ada yang 5 juz, ada pula yang 1 khatam Al Qur’an satu hari. Dan kebiasaan ini dilakukan oleh mereka setiap malam tanpa menanyakan kepada Nabi ayat mana yang harus dibaca pada malam ini, juz berapa dibaca pada malam itu, dan dimana pula tempat membacanya, dan dalam kondisi apa pula ayat tersebut harus dibaca (dengan tetap mempedomani adab-adab membaca Al Qur’an), akan tetapi mereka punya wirid tertentu dari ayat-ayat Al Qur’an sesuai kapasitas kemampuan mereka membaca dan mewiridkannya, sehingga diduga kuat mereka-mereka para sahabat tidak ada yang tidak mewiridkan Al Qur’an setiap malam menjelang mereka berbaring di tempat tidur.

Terkadang – sebagaimana biasa -ada yang terlupa sampai bangun tidur dan masuk waktu subuh, mereka merasa rugi karena meninggalkan wirid-wirid mereka. Untuk menjawab kegelisahan mereka, Nabi Saw bersabda: Siapa-siapa yang tertidur dari wiridnya atau terhadap sebagian dari wiridnya, lalu dia baca setelah shalat subuh hingga antara shalat zuhur, dituliskan pahalanya seperti dia membaca di waktu malam harinya. Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunannya hal.274-275 Juz 4, An-Nasai hal. 349-351, Juz 6 Bab Mengqadha amalan sunat, Imam Turmuzi hal.494 Juz 2, Sunan Ad-Darimi hal. 375 Juz 4 Bab “Apabila Tertidur Dari Zikir”.

Dari Hadis-hadis di atas dapat dipahami bahwa wirid dalam arti mengelompokkan ayat-ayat Al Qur’an, baik per ayat, per juz, atau per surat, mempunyai landasan yang kuat dalam pengalaman bahkan bagi orang yang sudah terbiasa mewiridkan pekerjaan sunat bila terlupa dapat dikerjakan di luar waktunya. Dan hadis ini juga membolehkan untuk mengqadha amalan-amalan sunat yang tertinggal di waktu malam, misalnya seorang yang membiasakan shalat tahajjud di waktu malam, lalu dia tertidur maka boleh dia mengqadhanya di waktu pagi antara shalat subuh dan shalat zuhur.

Demikian pula, bacaan-bacaan menjelang azan yang mengutip sebagian ayat Al Qur’an yang ada kaitannya dengan azan atau tidak ada sama sekali (semata-mata tabaruk bi qur’an) atau mengingatkan orang dengan Al Qur’an dapat dikategorikan kepada wirid (mengelompokkan 1 ayat Al Qur’an untuk dibaca menjelang azan).

Akhirnya, dari kajian hadis yang sederhana ini dapat disimpulkan bahwa, amalan-amalan nisfu sya’ban dan bacaan menjelang azan, mempunyai dasar pengamalannya. Hanya saja, secara spesifik tidak dijelaskan dan tidak diperinci, tergantung kepada kemampuan beramal. Oleh sebab itu, menetapkan amalan-amalan tertentu dan mengada-adakan dengan alasan “itu dibuat oleh Nabi Saw”, itu adalah bid’ah. Sedangkan beramal dengan mempedomani dalil umum dari keutamaan nisfu sya’ban dan wirid adalah perbuatan terpuji, selama dia tidak meyakini, membuat statemen yang dibuatnya itu persis seperti apa yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw, sekali lagi itulah yang dikatakan bid’ah. Wallahua’lam bil ash-shawab

Dr.H.Muhammad Nasir, Lc, MA

  • Wakil Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah
  • Pimpinan Ponpes Tahfiz Alquran Al Mukhlisin Batu Bara, Sumut

Raih Tiga Medali, Siswa MTs Al Washliyah Desa Lama Torehkan Prestasi Kejuaraan Renang

0

BINJAI – Sebanyak tiga medali berhasil diraih atlet renang asal Pangkalan Berandan, Lucky Ade Kirana Nasution pada Kejuaraan Renang Piala Aquatik Binjai tahun 2025.

Kejuaraan, yang diikuti oleh 68 perenang dari berbagai kategori umur, tersebut dihelat di Kolam Renang Qitaro Jalan Nangka, Kec. Binjai Utara, Kota Binjai, Sumatera Utara, Sabtu 25 Januari 2025 lalu.

Kepala MTs.S Al Washliyah Desa Lama, M. Irwinsyah S.Pd.I yang langsung mendampingi mengatakan, Lucky meraih medali dengan mengikuti tiga gaya renang diantaranya gaya dada, gaya bebas, dan gaya kupu-kupu dalam kategori umur dua atau setingkat SMP dalam waktu kurang lebih 29 detik.

Irwinsyah juga mengungkapkan rasa syukur atas kemenangan yang diraih oleh siswanya dan berharap hal positif semisal ini dapat dicontoh oleh pelajar madrasah Al Washliyah di Sumatera Utara, khususnya Kota Binjai. “Terima kasih atas doa dan dukungan dari semua pihak, sehingga murid kami dapat memperoleh prestasi yang membanggakan ini,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan M. Maulana Al Fikri, selaku Wakil Kepala Madrasah Bidang Kesiswaan, mengaku bangga atas prestasi yang diraih Lucky dalam ajang kejuaraan renang tersebut. Fikri berharap, prestasi tersebut bisa memacu semangat siswa lainnya.

“Ke depannya akan kita tingkatkan lagi prestasi yang dimiliki oleh siswa kami terkhusus dalam bidang lainnya. Masih banyak bakat terpendam yang mereka miliki dan menjadi tugas kita bersama untuk membuka ruang agar dapat menggali potensi mereka nantinya” pungkasnya mengakhiri. (rilis/sir)