BerandaKabar WashliyahSalat Nisfu Sya'ban, Sunnah yang Dibid'ahkan

Salat Nisfu Sya’ban, Sunnah yang Dibid’ahkan

HANYA dalam hitungan hari saja setelah tulisan ini diturunkan, kaum muslimin kembali menyambut suatu malam yang pernah dimuliakan oleh Rasulullah Saw dengan cara menghidupkan malamnya dengan berbagai ibadah. Hanya saja hadis-hadis yang menceritakan tentang kemuliaan malam tersebut sampai sekarang menjadi perdebatan di kalangan para ahli hadis dan para ulama yang berkompeten dalam hal ini.

Di antara hadis-hadis yang menceritakan kemuliaan dan keutamaan nisfu sya’ban adalah riwayat dari Ali bin Abi Thalib ra. bahwa Rasulullah Saw bersabda : Apabila sampai malam Nisfu Sya’ban maka salatlah pada malam harinya, karena sesungguhnya Allah Swt akan turun (rahmat-Nya) ke dunia pada malam tersebut sejak matahari terbenam. Allah Swt berfirman: Tidak ada yang meminta ampun kecuali Aku akan mengampuni segala dosanya, tidak ada yang meminta rezeki melainkan Aku akan memberinya rezeki, tidak ada yang terkena musibah atau bencana, kecuali Aku akan menghindarkannya sampai terbit fajar. (HR. Ibnu Majah dan hadis tersebut dinilai dhaif oleh Syekh Nashiruddin Al-Bany).

Riwayat lain yang senada dengan hadis di atas adalah dari Aisyah ra: Suatu malam saya kehilangan Rasulullah Saw, lalu aku mencarinya, ternyata beliau sedang berada di Baqi’ (perkuburan tua di samping mesjid Nabawi sekarang ini) sambil menengadahkan wajahnya ke langit, beliau bersabda: Apakah kamu (wahai Aisyah) khawatir Allah akan menyia-nyiakan kamu dan Rasul-Nya) aku menjawab: Wahai Rasulullah, saya pikir anda pergi mendatangi isteri-isterimu yang lain, Rasulullah Saw bersabda kembali: Sesungguhnya Allah Swt akan turun (rahmat-Nya) ke dunia pada malam Nisfu Sya’ban dan mengampuni umatku lebih dari jumlah bulu domba yang digembalakan. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Turmuzi dan Syekh Nashiruddin Al-Bani mendhaifkan hadis ini).

Riwayat berikutnya dari Abi Musa, Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah muncul (ke dunia) pada malam Nisfu Sya’ban dan mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang-orang musyrik dan orang-orang yang dengki dan iri hati kepada sesama muslim. (HR. Ibnu Majah dan Syekh Al-Bani menilainya sebagai hadis Hasan).

Riwayat yang memperkuat keshahihan hadis di atas adalah, dari Abdullah bin Amr, Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah akan menemui makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, dan Dia mengampuni dosa-dosa hamba-hamba-Nya, kecuali dua kelompok, yaitu orang yang menyimpan rasa dengki did alam hatinya kepada sesama muslim, dan orang melakukan bunuh diri. (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban di dalam kitab Shahihnya).

Adapun riwayat yang menceritakan bahwa Nabi Saw beramal pada malam Nisfu Sya’ban, adalah riwayat dari Aisyah ra: Suatu malam Rasulullah Saw salat kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil (wafat), karena curiga, maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat, beliau berkata: Hai Aisyah engkau tidak dapat bagian? Lalu aku menjawab: Tidak ya Rasulullah! Aku hanya berpikiran yang tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud terlalu lama, lalu beliau tanya: Tahukah engkau malam apa sekarang ini? Rasulullah yang lebih tau jawabku: Malam ini adalah malam Nisfu Sya’ban. Allah mengawasi hamba-Nya pada malam ini, maka ia memaafkan mereka yang meminta ampun, memberi kasih sayang, dan menyingkirkan orang-orang yang dengki. (HR. An-Nasai, AlBaihaqi, menurut Imam Al-Baihaqi hadis ini mursal, namun cukup kuat untuk diamalkan).

Dari kelima hadis di atas, nampak jelas bagi kita bahwa makam Nisfu Sya’ban mempunyai kelebihan dari malam yang lain, meskipun hadis riwayat pertama dan kedua yaitu dari jalur Ali bin Abi Thalib dan Aisyah, didhaifkan oleh Jumhur ahli hadis termasuk Syekh Al-Bani yang terkenal musyaddid (ketat) dalam menerima hadis, akan tetapi dengan tiga riwayat yang terakhir, yaitu riwayat melalui jalur Abi Musa, Abdillah bin Amar, dan dari Aisyah, yang mana ketiga hadis ini tidak diragukan keshahihannya oleh Imam Al-Bani dan Ibnu Hibban, serta Imam Al-Baihaqi. Hanya saja hadis yang terakhir yang diriwayatkan Aisyah berstatus mursal, yaitu ada seorang rawi yang tidak bersambung kepada sahabat Nabi Saw. namun Imam Baihaqi mengatakan, hadis ini cukup kuat untuk diamalkan.

Di dalam ilmu hadis apabila beberapa hadis dhaif didukung (syawahid) oleh hadis-hadis yang lain, maka kedhaifan hadis tersebut dapat terangkat menjadi hasan lighairi atau shahih lighairi. Apabila memang ada riwayat-riwayat yang shahih seperti tiga hadis yang terakhir, maka kesahihan hadis-hadis yang menerangkan kelebihan dan keutamaan malam Nisfu Sya’ban tidak perlu diragukan lagi untuk diamalkan dengan mengisi malamnya dengan berbagai ibadah.

Kendati demikian, yang menjadi persoalan, ibadah seperti apa yang diamalkan pada malam yang tidak diragukan lagi kemuliaannya, karena malam itu selain kemuliaannya, do’a diijabah (dikabulkan) oleh Allah Swt. Imam Syafii berkata : Ada 5 malam doa tidak ditolak oleh Allah Swt, malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Sya’ban, malam Jumat, malam Idul Fitri, dan malam Idul Adha.

Rasulullah Saw memanfaatkan kemuliaan malam Nisfu Sya’ban dan sekaligus menjadi contoh bagi umatnya dengan memperbanyak doa dan memanjangkan sujud, sehingga Aisyah menduga Rasulullah telah wafat di dalam sujud. Beliau (Rasulullah Saw) tidak menentukan berapa raka’at shalat yang harus dilakukan pada malam itu agar tidak memberatkan umatnya di kemudian hari.

Demikian pula Nabi Muhammad Saw tidak memberi nama salat tersebut dengan salat Nisfu Sya’ban, seperti halnya Salat Tarawih, Salat Tahiyyatul Mesjid, tidak pernah dijumpai riwayat yang menceritakan kepada kita bahwa Nabi yang memberi nama salat tersebut, Salat Tarawih, Salat Tahiyyatul Mesjid, hanya para ulamalah yang memberi nama Tarawih dan Tahiyyatul Mesjid dengan tujuan untuk memudahkan sebutan.

Sama halnya dengan Salat Nisfu Sya’ban, pada hakikatnya menurut hemat penulis Salat sunat Nisfu Sya’ban yang dibid’ahkan oleh sebagian ulama tersebut adalah salat sunat mutlak yang dapat dikerjakan di mana saja dan kapan saja, asal tidak pada waktu-waktu tahrim. Seandainya seseorang melaksanakan salat pada malam Nisfu Sya’ban dengan niat salat sunat mutlak saja, sampai 100 rakaat, 200 rakaat, atau lebih, apakah salat tersebut diberi pahala oleh Allah Swt atau orang tersebut akan dimasukkan ke dalam neraka karena telah dianggap mengada-ngada dan melakukan bid’ah?

Jawaban yang meyakinkan kita adalah jawaban Bilal ketika Rasulullah bertanya kepadanya: Wahai Bilal ceritakan kepadaku malam yang engkau kerjakan dalam Islam yang penuh dengan pengharapan? Aku mendengar suara sandalmu di depanku di dalam surga. Bilal menjawab: Tidak pernah aku melakukan suatu perbuatan yang aku harapkan kebaikannya, melainkan aku bersuci dahulu, baik saatnya siang hari atau malam hari, sesudah aku bersuci aku melakukan shalat sebanyak yang dapat aku lakukan. (HR. Bukhari dan Muslim). Artinya, salat sunat mutlak tidak dibatasi rakaatnya. Dan kebiasaan memperbanyak salat sunat tersebut diikuti oleh para ulama, Jabir bin Hayyan penemu pertama Ilmu Kimia sekaligus orang pertama memperoleh julukan Sufi, melakukan shalat sunat mutlak 400 (empat ratus) rakaat sebelum melakukan penelitian.

Pendek kata, malam Nisfu Sya’ban adalah malam mulia dan dimuliakan oleh Nabi Muhammad Saw. Kemuliaan malam Nisfu Sya’ban dan mengisinya dengan berbagai kegiatan ibadah tidak diragukan lagi keshahihan hadis-hadis yang mengajurkannya. Jika memberi nama-nama amalan tersebut, seperti salat Nisfu Sya’ban, Yasin Nisfu Sya’ban, doa Nisfu Sya’ban dan sebagainya, dianggap sebagai bid’ah sesat menyesatkan, maka abaikan saja nama-nama tersebut, laksanakan substansi ibadahnya, karena yang sampai kepada Allah bukan nama-namanya, akan tetapi ketaqwaan kepada Allah Swt. Wallahua’lam bil ash-shawab

Dr.H.Muhammad Nasir, Lc, MA

  • Wakil Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah
  • Pimpinan Ponpes Tahfiz Alquran Al Mukhlisin Batu Bara, Sumut.
  • Direktur PT Gadika, Umroh dan Haji Plus
  • Ketua Majelis Taklim & Zikir Ulul Albab Sumut
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments

KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
M. Najib Wafirur Rizqi pada Kemenag Terbitkan Al-Quran Braille