31.1 C
Jakarta
Kamis 18 September, 2025
Beranda blog Halaman 23

Kembali Ditinjau KSB di Bogor, Sebelah Masjid Al Washliyah Akan Dibangun Training Centre

0

BOGOR – Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM bersama Sekretaris Jenderal PB Al Washliyah, Dr.Ir.H.Amran Arifin, MM,MBA dan Bendahara Umum PB Al Washliyah, Drs.H.Rijal Naibaho,MM kembali mengunjungi Masjid Al Washliyah Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada hari Sabtu 22 Februari 2025/23 Sya’ban 1446 H.

Kunjungan kedua ini, Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr.H.Masyhuril Khamis menjelaskan kepada website ini, selain menindaklanjuti perbaikan bangunan masjid, juga sekaligus negoisasi dengan pemilik lahan di sekitar masjid, agar dapat diserahkan kepada organisasi Al Washliyah, baik dengan cara wakaf, hibah atau transaksi jual beli dengan harga sosial karena sarana ibadah.

“Rencana akan kita berdayakan lokasi tersebut sebagai tempat gedung training center PB Al Washliyah. Udaranya segar, dingin, dekat dengan sungai yang airnya langsung dari gunung. Jadi cocok untuk tempat training-training, plus ada rumah tahfidz,” jelas Masyhuril Khamis.

Beberapa hari lalu, Ketua Umum PB Al Washliyah meninjau bangunan Masjid Al Washliyah ini. Dana bangunan ini bersumber dari donator Al Washliyah, tanpa mau disebutkan identitasnya. Sementara lahan untuk menjadi lokasi bangunan ini merupakan wakaf tokoh masyarakat setempat.

Untuk memakmurkan masjid ini lebih ramai lagi, maka warga sekitar beserta pengurus organisasi berencana mengembangkan sarana dan prasarana masjid dengan menambah bangunan rumah tahfidz dan gedung training centre. (sir)

Ketua Hisab dan Rukyat PB Al Washliyah Prediksi 28 Februari 2025 Tarawih Pertama

0
Ketua Badan Hisab dan Rukyat PB Al Washliyah, Dr.H.Arso, SH, M.Ag.

JAKARTA – Ketua Lembaga Hisab dan Rukyat PB Al Washliyah, Dr.H.Arso,SH,M.Ag memprediksi 1 Ramadan 1446 H jatuh pada hari Sabtu tanggal 01 Maret 2025. Dengan demikian, maka Jumat malam, 28 Februari 2025, ba’da Salat Isya, umat Islam Indonesia akan menunaikan ibadah Salat Tarawih pada pertama malam puasa.

Dr.H.Arso, SH, M.Ag mengemukakan ini dalam percakapannya dengan redaksi website ini, hari Sabtu 22 Februari 2025/23 Sya’ban 1446 H. Menurut prediksi awal Ramadan & awal Syawal 1446 H dari perspektif ilmu hisab, melalui markaz dijelaskannya: Pelabuhanratu: -7 01’ 49,4’’ LS – 105 33’ 35,1’’ BT, Medan: 03 34‘ 48.03” LU – 98 ‘17.08” BT, Lhoknga-Aceh: 05 27’ 49’’ (LU)- 95 14’ 32,2‘’ (BT), Jayapura: 02 40’ 00’’ (LS) -140’ 40’’ (BT).

PADA MARKAZ MEDAN

  1. Terbenam matahari pkl: 18: 39:46WIB
  2. Tinggi hilal………………..4o 16’ 5.56”
  3. Azimut hilal………… .263o 18’ 31.93’’
  4. Azimut Matahari…… 262o 16’ 21.63’’
  5. Sudut elongasi…………..6o 0.15
  6. Terbenam hilal…………..18:56:37
  7. Umur hilal sejak ijtima; 11 j.12m, 04d.
  8. Posisi hilal: telah imkan rukyat

PADA MARKAZ LHOKNGA

  1. Terbenam matahari pukul: 18 52 14WIB
  2. Tinggi hilal……………….. 4o 24’ 24.99’’
  3. Azimut hilal……………….263o 9’ 46.1’’
  4. Azimut Matahari…………262o17’11.62’’
  5. Sudut elongasi………….. 6o 24’ 16’’
  6. Terbenam hilal…………..18: 09:52 wib
  7. Umur hilal sejak ijtima; 11j 25m, 18 d.
  8. Posisi hilal : telah imkan rukyat

PADA MARKAZ JAYAPURA

  1. Terbenam matahari pukul:15:55:01WIB.
  2. Tinggi hilal……………….. 2o 49’ 36.27’’
  3. Azimut hilal……………….263o 2 26.21’’
  4. Azimut Matahari…………262o 8 2. 19’’
  5. Sudut elongasi………….. 4o 24’ 12’’
  6. Terbenam hilal…………..18 :06: 19 WIB
  7. Umur hilal sejak ijtima’: 8j 21m, 46 d.
  8. Posisi hilal: sudah di atas ufuk belum imkan rukyat

Al Washliyah sebagai Ormas Islam di Indonesia ini, kata Arso, tetap menggunakan hisab dan rukyat dalam menentukan awal Ramadan. Kalau melalui hisab (perhitungan) dapat dilakukan dari beberapa waktu sebelumnya. Namun melalui rukyat harus melihat hilal sesuai ketentuan yang ada. Apabila tidak dapat dirukyah, karena kondisi cuaca tidak mendukung, maka dia menyarankan kepada penetapan awal Ramadan berdasar kriteria imkan ruyah. Maka, tidak menutup kemungkinan awal Ramadan 1446 H, jatuh pada hari Sabtu tanggal 1 Maret 2025.

Ditanya Salat Tarawih pertama, Arso menyebutkan apabila 1 Ramadan jatuh pada 1 Maret 2025, maka Jumat malam (28/2/2025), umat Islam Indonesia dapat menunaikan ibadah Salat Tarawih pertama di masjid atau surau terdekat di lingkungan masing-masing.

Pada sidang isbat yang akan digelar Kementerian agama, pada 28 Februari 2025, Arso menduga bakal terjadi perbedaan. Namun demikian hal ini merupakan hal biasa dan sudah sering terjadi. Menurut Arso, Al Washliyah yang juga punya jemaah hampir di seluruh Indonesia, akan menyikapi hal ini melalui pembahasan awal Ramadan ini lewat rapat virtual pada hari Ahad, 23 Februari 2025.

Rapat tersebut akan diikuti oleh pengurus Lembaga Hisab dan Rukyat PB Al Washliyah, personalia PB Al Washliyah, Dewan Fatwa Al Washliyah, Dewan Pertimbangan dan lainnya. Sementara perwakilan Pengurus Besar Al Washliyah akan menghadiri siding isbat yang digelar di Kementerian Agama, Jakarta pada hari Jumat (28/2/2025). Bahkan sebagai Ketua Lembaga Hisab dan Rukyat PB Al Washliyah, ia telah menyiapkan bahan/materi rapat yang akan dipaparkan di hadapan pimpinan Ormas Islam, perwakilan negara sahabat dan pejabat negara.

“Al Washliyah mengusulkan kepada pimpinan sidang isbat (Menteri Agama RI) untuk menetapkan awal Ramadan 1446 H berdasarkan hasil rukyah, namun jika hilal awal Ramadhan 1446 tidak berhasil dirukyah, maka dapat ditetapkan berdasarkan telah memenuhi kriteria imkan rukyah (kriteria New MABIMS ketinggian hilal 3 derajat dan Elongasi 6.4 derajat) di mana ketinggian hilal di daerah Banda Aceh dan Sumatera Utara Bagian Barat, tinggi hilal sekitar 4o 24’ dan Elongasi 6o 24’ 09’’ (6.4o lebih). (sir)

PP IPA Siapkan Muktamar Lewat Rapat Pleno di Ciputat

0
Suasana rapat pleno PP IPA di kawasan Ciputat

JAKARTA -Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Al Washliyah (PP IPA) baru saja menggelar rapat pleno di Ciputat, Tangerang Selatan, Provinsi Banten, pada Kamis, 20 Februari 2025/21 Sya’ban 1446 H. Rapat ini merupakan langkah awal yang krusial dalam mempersiapkan muktamar besar yang akan digelar pertengahan tahun ini.

Acara yang dibuka langsung oleh Ketua Umum PP IPA, Afri Yandi Putra, tak hanya menjadi ajang pertemuan, tetapi juga mencatat sejarah penting dalam perjalanan organisasi ini. Salah satu agenda utama yang dibahas adalah pembentukan panitia muktamar, sebuah langkah strategis untuk memastikan kelancaran acara yang dijadwalkan sebagai forum tertinggi organisasi untuk melakukan regenerasi kepemimpinan.

Di tengah rapat yang penuh diskusi dan antusiasme, Halimatur Ruhiyah terpilih sebagai Ketua panitia muktamar, dengan didampingi oleh Hairunnisa Br. Sagala sebagai Sekretaris panitia dan Harun Ar Rasyid sebagai bendahara panitia. Muktamar ini akan berlangsung di Daerah Khusus Jakarta dan diprediksi menjadi perhelatan yang penuh dengan dinamika serta diskusi membangun.

Afri Yandi Putra, Ketua Umum PP IPA, menyampaikan bahwa muktamar kali ini bukan sekadar ajang pergantian kepemimpinan, tetapi juga sebagai wadah untuk memperkuat peran organisasi dalam mencetak kader-kader muda yang tidak hanya berintegritas, tetapi juga siap memberikan kontribusi nyata bagi umat dan bangsa. “Proses regenerasi kepemimpinan ini adalah titik balik yang akan membawa IPA menuju arah yang lebih progresif,” tegasnya.

Dengan kepanitiaan yang telah ditetapkan, PP IPA kini bersiap menyusun berbagai langkah teknis, termasuk menetapkan agenda, menentukan peserta, serta mempersiapkan segala aspek penting lainnya untuk memastikan Muktamar sukses besar. Semua pihak diharapkan untuk turut berkontribusi demi keberhasilan agenda besar ini yang akan menjadi tonggak baru bagi masa depan Ikatan Pelajar Al Washliyah. (FNJ/sir)

Ketum PB Rakor Dengan PW Al Washliyah Kalsel di Banjarmasin Bahas Rakernas & Rapimnas

0
Teks Foto- Paling kanan Dr. Hidayat Makruf wkl Ketua, Prof Dr Suryagiri, bendahara, Prof Dr Syaifuddin Sabda MA, Ketua PW Al Washliyah Kalsel, Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM, Ketua Umum PB Al Washliyah, H. Ridwan Tanjung, Ketua PB Al Washliyah Bidang Pendidikan, Prof Dr Ahmadi Hasan MA, Wakil Ketua PW Al Washliyah Kalsel.

BANJARMASIN – Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM rapat koordinasi dengan Pengurus Wilayah Al Washliyah Kalimantan Selatan, di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada hari Kamis 20 Februari 2025/21 Sya’ban 1446 H.

Turut mendampingi Ketua Umum PB Al Washliyah dari Jakarta, adalah Ketua PB Al Washliyah Bidang Pendidikan/Ketua Majelis Pendidikan PB Al Washliyah, H.Ridwan Tanjung, SH,M.Si. Sementara PW Al Washliyah Kalimantan Selatan, antara lain Ketua PW Al Washliyah Kalsel, Prof.Dr. Syaifuddin Sabda, MA, Wakil Ketua, Dr.Hidayat Makruf, Wakil Ketua, Prof.Dr. Ahmadi Hasan, MA dan Bendahara PW Al Washliyah Kalsel, Prof.Dr.Suryagiri,

Rapat tersebut membahas mengenai persiapan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II yang akan dilangsungkan di Kawasan Sentul Internasional, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 25,26 dan 27 April 2025 mendatang. Kegiatan Rakernas yang didahului Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) ini, menurut rencana dibuka oleh Ketua MPR, Ahmad Muzani di Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta Pusat.

Peserta Rakernas dan Rapimnas ini akan diikuti ketua dan sekretaris PW Al Washliyah se-Indonesia, serta ketua-ketua Pengurus Daerah. Karena itu, konsolidasi PB Al Washliyah ke daerah termasuk mensosialisasikan kegiatan akbar tersebut. Kunjungan Ketum PB Al Washliyah ke Kalimantan Selatan adalah menghadiri wisuda sarjana STAI Al Washliyah Barabai.

Pengurus Besar Al Washliyah juga telah mengeluarkan surat edaran ke seluruh Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Pimpinan Pusat Organisasi Bagian untuk segera mendata kepengurusan di Bawah tingkatannya, termasuk mendata aset berupa Lembaga Pendidikan, guru, dai, majelis-majelis yang ada di tingkat wilayah dan daerah. Hal ini dilakukan oleh secretariat PB Al Washliyah untuk verifikasi dan validasi kepengurusan Al Washliyah di tingkat pusat sampai ke tingkat bawah.

“Rapat koordinasi dengan PW Al Washliyah Kalsel di Banjarmasin menyangkut persiapan rakernas, pendayagunaan aset, pendataan aset serta peningkatan dan pemetaan Perguruan Tinggi Al Washliyah di Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah,” jelas Masyhuril Khamis.

Usai rapat, pengurus ini foto bersama. (sir)

Pertama Dalam Sejarah, Presiden Prabowo Lantik 961 Kepala Daerah

0

JAKARTA – Pertama dalam sejarah, Presiden Prabowo Subianto secara resmi melantik 961 orang kepala daerah beserta para wakilnya. Pelantikan digelar di halaman tengah antara Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, pada hari Kamis 20 Februari 2025/21 Sya’ban 1446 H. Acara ini diawali kirab dari Monas menuju Istana.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Pelantikan dilanjutkan dengan pembacaan keppres terkait pelantikan para gubernur-wakil gubernur serta pembacaan keputusan Menteri Dalam Negeri terkait pengesahan bupati-wakil bupati dan wali kota-wakil wali kota.

“Bersediakah Saudara-saudara mengucapkan sumpah janji sesuai agama masing-masing?” ujar Prabowo.
“Bersedia,” ucap para kepala daerah.

Ada enam perwakilan kepala daerah yang maju untuk menandatangani berita acara pelantikan sebagai simbolis.

Berikut enam kepala daerah tersebut:

  1. Mewakili sumpah Agama Islam: Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal
  2. Mewakili sumpah Agama Katolik: Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda
  3. Mewakili sumpah Agama Buddha: Wali Kota Singkawang, Tjhau Chui Mie
  4. Mewakili sumpah Agama Hindu: Bupati Karangasem, I Gusti Putu Parwata
  5. Mewakili sumpah Agama Konghucu: Wali Kota Manado, Andrei Angouw
  6. Mewakili sumpah Agama Kristen Protestan: Bupati Merauke, Yoseph P Gebze

Seusai pembacaan sumpah jabatan, keenam perwakilan kepala daerah itu kemudian menandatangani berita acara. Jumlah 961 itu terdiri atas gubernur, wali kota, bupati beserta para wakilnya.

Diperoleh keterangan, sebanyak 961 kepala daerah, terdiri dari 33 gubernur dan 33 wakil gubernur, 363 bupati, 362 wakil bupati, 85 wali kota, dan 85 wakil wali kota dilantik Presiden Prabowo Subianto.

Turut hadir pada acara ini, Menteri Kabinet Merah Putih, Wakil Presiden Gibran Rakabuming, Ketua MPR Ahmad Muzani, Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, Panglima TNI dan Kapolri.

Sebelum-sebelumnya, pelantikan kepala daerah dilakukan oleh Mendagri, namun sekarang dilakukan serentak oleh Presiden RI. (**/sir)

Presiden Prabowo Lantik Kepala dan Wakil Kepala Badan di Istana Negara

0
Foto-Setpres

JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto melantik Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), dan Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) di Istana Negara, Jakarta. Acara pelantikan tersebut dilakukan bersamaan dengan pelantikan menteri negara Kabinet Merah Putih sisa masa jabatan periode 2024-2029, pada Rabu, 19 Februari 2025.

Dalam keputusan Presiden yang dibacakan oleh Deputi Bidang Administrasi Aparatur Kementerian Sekretariat Negara Nanik Purwanti, Muhammad Yusuf Ateh diangkat sebagai Kepala BPKP dan Agustina Arumsari sebagai Wakil Kepala BPKP. Pengangkatan tersebut berlandaskan pada Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres RI) Nomor 27/P Tahun 2025 tentang Pengangkatan Kepala dan Wakil Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

Selanjutnya, Amalia Adininggar Widyasanti dan Sonny Harry Budiutomo Harmadi dilantik sebagai Kepala dan Wakil Kepala BPS. Keduanya dilantik berdasarkan Keppres RI Nomor 28/P Tahun 2025 tentang Pengangkatan Kepala dan Wakil Kepala Badan Pusat Statistik.

Pada kesempatan tersebut, Presiden Prabowo turut mengangkat Nugroho Sulistyo Budi sebagai Kepala BSSN. Pengangkatan tersebut berdasarkan Keppres RI Nomor 29/P Tahun 2025 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala Badan Siber dan Sandi Negara.

Presiden Prabowo pun mengambil sumpah jabatan para kepala dan wakil kepala badan yang dilantik.

“Bahwa saya akan setia kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya demi darmabakti saya kepada bangsa dan negara. Bahwa saya dalam menjalankan tugas jabatan akan menjunjung tinggi etika jabatan, bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan penuh rasa tanggung jawab,” ucap Presiden mendiktekan sumpah jabatan.

Usai pengambilan sumpah jabatan, para Kepala Badan kemudian menandatangani berita acara pelantikan. Acara diakhiri dengan pemberian ucapan selamat oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming dengan diikuti oleh para tamu undangan yang hadir.

Dalam keterangan usai pelantikan, Kepala BPS mengatakan bahwa melalui Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2025 tentang Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional, BPS memiliki tugas untuk mengawal finalisasi dan pemutakhiran dari data tunggal tersebut. Menurut Amalia, BPS akan turut berkolaborasi dengan kementerian/lembaga terkait untuk pemutakhiran data tersebut.

“Kementerian, lembaga yang masuk di dalam Inpres itu tentunya banyak. Dan BPS akan kolaborasi dengan kementerian/lembaga yang memang juga mendapatkan penugasan dari Inpres tersebut,” ucap Amalia.

Sementara itu, Kepala BSSN memastikan bahwa BSSN akan turut mengawal kerahasiaan dan ketersediaan data pada data tunggal sosial ekonomi nasional yang memanfaatkan digitalisasi. Dengan adanya data tunggal ini, Nugroho berharap pemanfaatan data dapat digunakan secara tepat untuk penyelenggaraan pembangunan nasional.

“Karena seperti yang lalu-lalu arahannya ada perbedaan data. Dengan harapannya dengan adanya satu data ini, semua punya referensi yang sama seperti yang disampaikan oleh Ibu Kepala BPS tadi,” kata Nugroho.

Di sisi lain, dalam keterangannya, Kepala BPKP menyampaikan tugas dari badan yang dipimpinnya yaitu untuk menjaga akuntabilitas keuangan dan pembangunan seluruh kementerian, lembaga, dan BUMN. Ateh menambahkan, untuk saat ini, BPKP diminta bekerja lebih cepat terhadap tanggung jawab yang diberikan.

“Semua program-program strategis Pak Presiden yang penting prioritas itu harus kita jaga. Dan juga bagaimana meningkatkan penerimaan negara di sektor-sektor yang selama ini tidak tersentuh,” ucap Ateh.

Hadir pada acara pelantikan yaitu para ketua dan wakil ketua lembaga negara, para menteri Kabinet Merah Putih, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dan Kepala Badan Intelijen Negara M. Herindra. (BPMI Setpres/sir)

Prabowo Lantik Brian Yuliarto Sebagai Mendiktisaintek

0
Foto-Setpres

JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto resmi melantik Brian Yuliarto sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) dalam sisa masa jabatan periode tahun 2024-2029. Pelantikan tersebut dilaksanakan pada Rabu, 19 Februari 2025 di Istana Negara, Jakarta.

Brian dilantik sebagai Mendiktisaintek berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26/P Tahun 2025 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Merah Putih Periode Tahun 2024-2029. Dalam kesempatan tersebut, Presiden Prabowo pun mengambil sumpah jabatan para pejabat yang dilantik.

“Saya bersumpah bahwa saya akan setia kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya demi darmabakti saya kepada bangsa dan negara. Bahwa saya dalam menjalankan tugas jabatan akan menjunjung tinggi etika jabatan, bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan penuh rasa tanggung jawab,” ucap Presiden mendiktekan sumpah jabatan.

Selanjutnya, Brian melakukan penandatangan berita acara pelantikan sebagai Mendiktisaintek. Acara pelantikan diakhiri dengan pemberian ucapan selamat oleh Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming dengan diikuti oleh para tamu undangan lainnya.

Dalam keterangannya usai pelantikan, Brian menyampaikan bahwa dirinya akan segera bekerja dan mengambil langkah konkret guna mendukung program pemerintah. Konsolidasi internal, menurutnya juga akan segera dilakukan untuk memastikan kelancaran dari implementasi program tersebut.

“Intinya kita diminta langsung bekerja melakukan langkah-langkah segera, konsolidasi untuk mendukung program-program Pak Presiden,” ucap Mendiktisaintek.

Turut hadir dalam acara pelantikan tersebut yakni para ketua dan wakil ketua lembaga negara, para menteri Kabinet Merah Putih, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dan Kepala Badan Intelijen Negara M. Herindra. (BPMI Setpres/sir)

86 Mahasiswa STAI Al Washliyah Barabai Wisuda, Ketum PB: ‘Jangan Berhenti pada S1 Saja’

0

BARABAI – Sebanyak 86 mahasiswa wisuda S1 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Washliyah Barabai, Kalimantan Selatan, hari Kamis 20 Februari 2025/21 Sya’ban 1446 H. Mahasiswa tersebut berasal dari dua jurusan dakwah prodi bimbingan penyuluh Islam dan jurusan Tarbiyah prodi Pendidikan Agama Islam.

Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM saat memberi bimbingan kepada wisudawan/wisudawati, berharap sarjana Al Washliyah tersebut hendaknya dapat menjadi duta akhlak sebagai implementasi agent of change.

“Jangan berhenti pada S1 saja, sebab ke depan untuk memegang kepala SLTP, SLTA harus S2 untuk menjadi dosen harus S3,” tegas Masyhuril Khamis memberi semangat.

Keberhasilan yang dicapai, menurut Masyhuril Khamis, bukan hanya ditentukan usaha oleh mahasiswa itu sendiri, tapi juga ditentukan peran dan doa orang terdekat dan terkasih.

“Berterima kasihlah kepada orangtua, dosen dan sesama teman yang sudah menghantarkan anak-anakku ke jenjang ini,” ucap Masyhuril Khamis, yang juga Ketua Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa MUI Pusat ini.

Website ini mencatat, Al Washliyah sebagai Ormas Islam yang berdiri pada 30 November 1930/9 Rajab 1349 H di Kota Medan, Sumatera Utara. Organisasi berlambang bulan sabit berbintang lima ini bergerak di bidang Pendidikan, sosial dan dakwah. Kini telah menjangkau 32 provinsi di Indonesia, 363 kabupaten dan kota, 7 organisasi bagian, 9 panti asuhan, 704 lembaga pendidikan dasar dan menengah, 9 perguruan tinggi.

Kesembilan perguruan tinggi tersebut adalah:

  1. Universitas Al Washliyah (Univa) Medan, Sumatera Utara.
  2. Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al Washliyah Medan, Sumatera Utara.
  3. Universitas Al Washliyah (Univa) Labuhan Batu, Sumatera Utara di Rantau Prapat.
  4. Universitas Al Washliyah Darussalam (Unada) Banda Aceh.
  5. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al Washliyah Binjai, Sumatera Utara.
  6. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al Washliyah Sibolga, Sumatera Utara.
  7. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Washliyah Banda Aceh.
  8. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al Washliyah Aceh Tengah.
  9. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Washliyah Barabai, Kalimantan Selatan. (sir)

UNIVA Medan Gelar Workshop Publikasi Artikel Bereputasi Internasional

0

UNIVERSITAS AL WASHLIYAH (UNIVA) Medan, Sumatera Utara menggelar workshop internasional bertajuk International Workshop Publication Strategies in Scopus-Indexed Journal Utilizing AI. Acara ini berlangsung di Aula Biro Rektor UNIVA Medan pada hari Selasa 18 Februari 2025/19 Sya’ban 1446 H, dengan menghadirkan tiga narasumber utama: Prof. Dr. H.M. Jamil, M.A. (Rektor UNIVA Medan), Prof. Dr. Maimun Aqsha Lubis (Pensyarah dari Universiti Kebangsaan Malaysia), dan saya sendiri, Dr. Ja’far, M.A. Workshop ini dimoderatori oleh Dr. Khairuddin Lubis, M.Pd., M.A., dan diketuai oleh Dr. M. Riduan Harahap, M.Pd.I.

Dalam workshop ini, saya sebagai pemateri menyampaikan enam poin penting seputar penulisan dan publikasi artikel di jurnal terindeks Scopus serta bagaimana pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dapat mendukung proses publikasi akademik. Pertama, ilmu dan menulis dalam Islam. Dalam Islam, ilmu dan aktivitas menulis memiliki nilai yang tinggi. Al-Qur’an dan hadis menegaskan bahwa ilmu harus disebarluaskan dan diabadikan melalui tulisan. Beberapa kutipan penting yang disampaikan dalam sesi ini antara lain

(1) Q.S. al-Mujadalah/58: 11 yang menegaskan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu (Yarfa‘illāhu allazīna āmanū minkum wa allazīna ūtū al-‘ilma darajāt).

(2) Sebuah Hadis Nabi dalam Shahih Muslim yang menyatakan bahwa amal seseorang akan terputus kecuali dalam tiga hal, salah satunya ilmu yang bermanfaat (Izā māta ibnu Ādama inqatha‘a ‘amaluhu illā min tsalātsin: shadaqatin jāriyah, aw ‘ilmin yuntafa‘u bih, aw waladin shālihin yad‘ū lah).

(3) Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib menyatakan, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya” (Qayyidul ‘ilma bil kitab).

(4) Imam al-Ghazali dalam Mukasyafat al-Qulub menyebutkan sebuah hadis, Yūzanu yawma al-qiyāmati midādu al-‘ulamā’ bi-dami al-syuhadā’, yang menegaskan bahwa tinta ulama lebih berat timbangannya dibanding darah syuhada.

(5) Seorang penyair menyatakan bahwa “tulisan tetap bertahan sepanjang zaman setelah penulisnya, sedangkan penulis tulisan itu terkubur di dalam tanah” (Al-khattu yabqā zamānan ba‘da kātibihi wa kātibu al-khatti tahta al-ardhi madfūnān).

Kedua, jurnal dan peran AI dalam publikasi ilmiah. Jurnal akademik merupakan wadah utama bagi akademisi dalam menyebarluaskan hasil penelitian mereka. Dalam Cambridge Dictionary disebutkan bahwa jurnal adalah a serious magazine or newspaper that is published regularly about a particular subject (majalah atau surat kabar serius yang diterbitkan secara teratur tentang subjek tertentu).

Sebuah jurnal idealnya hanya menerbitkan artikel yang mengandung novelty, dalam pengertian, bahwa penulis perlu memperhatikan kebaruan dalam penelitian yang mengacu pada pengenalan ide baru atau perspektif unik yang menambah pengetahuan yang sudah ada dalam bidang studi tertentu. Dalam penulisan artikel jurnal bereputasi, AI hadir sebagai alat yang dapat membantu peneliti dalam berbagai aspek, seperti menemukan topik penelitian, mencari referensi, mengoreksi tata bahasa, serta melakukan analisis data.

Ketiga, struktur artikel bereputasi. Artikel yang ingin diterbitkan dalam jurnal terindeks Scopus disarankan mengikuti template jurnal yang dituju secara ketat. Biasanya, struktur artikel mengikuti format IMRAD (Introduction, Methods, Results, and Discussion). Setiap bagian memiliki peran penting dan penulis perlu memperhatikan unsur-unsur yang harus ada di setiap bagian artikel.

Dalam judul, misalnya, perlu dihindari pencantuman lokasi riset, cukup disebutkan di bagian metode. Abstrak ditulis secara ringkas dengan mencakup tujuan, metode, hasil, dan implikasi penelitian. Pendahuluan artikel memuat isu krusial, riset terdahulu dan kebaruan, tujuan penelitian, dan argumen penelitian. Metode penelitian menjelaskan objek material, desain penelitian, serta teknik pengumpulan dan analisis data. Bagian temuan dan diskusi harus menampilkan temuan utama dan diskusinya dengan teori atau penelitian terdahulu.

Dalam bagian ini, penulis menyusun temuan. Di sini, pertanyaan penelitian diulas dengan menampilkan data (tabel, gambar atau kutipan wawancara), dan merumuskan tiga poin penting dari data. Setidaknya, sejumlah hal menarik dari data–tabel, gambar atau kutipan wawancara–ditampilkan. Dalam bagian diskusi, penulis mendiskusikan hasil penelitian dengan teori atau hasil riset para peneliti terdahulu. Analisis kritis penulis dan kesimpulan-kesimpulan penting ditampilkan juga dalam bagian ini. Dalam bagian penutup, perlu ditampilkan temuan-temuan terpenting, kontribusi akademik, dan keterbatasan penelitian. Pamungkasnya, referensi artikel merujuk minimal 80% dari jurnal akademik bereputasi internasional terutama dari jurnal terindeks Scopus, dan 20% lagi berasal dari buku primer atau sumber lainnya seperti kamus dan ensiklopedi. Karya para ahli terkemuka perlu diutamakan dan dirujuk.

Keempat, AI sebagai alat bantu dalam penulisan karya ilmiah. AI dapat digunakan dalam berbagai aspek publikasi ilmiah, antara lain (1) Menentukan topik dan judul. AI dapat membantu merumuskan judul yang menarik dan sesuai dengan tren penelitian. (2) Mencari referensi. AI dapat digunakan untuk menemukan dan merangkum referensi dari berbagai sumber seperti Google Scholar, Semantic Scholar, Scite, Zotero, Connected Papers, ResearchGate, Refseek, Microsoft Academic, Iris.ai, EndNote, Scopus AI, Mandeley, PubMed, Open Knowledge Map, Open Read, Research Rabbit, SciSpace, Consensus, dan Elicit. (3) Membantu dalam tata bahasa. AI seperti Google Translate, DeepL Translator, Gammarly, QuillBot, Microsoft Translator, Yandex Translate, Bing Translator, iTranslate, atau SYSTRAN membantu dalam perbaikan tata bahasa dan gaya penulisan. (4) Analisis dan visualisasi data. AI seperti ChatGPT (OpenAI) dan DeepSeek, Synthedia (AI Writing Tool) dapat digunakan untuk membuat tabel, grafik, dan infografis untuk memperjelas temuan penelitian. Dalam konteks ini, AI dapat digunakan untuk menemukan inspirasi saat merancang outline artikel, mencari teori yang relevan, membangun argumen penelitian, mereview artikel terdahulu, atau menganalisis data. Hanya saja, etika dan integritas akademik, dan etika publikasi perlu dijunjung tinggi di tahap ini. (5) Peer-review. AI dapat membantu dalam deteksi plagiarisme dan validasi metodologi menggunakan alat seperti Turnitin, Scribbr, dan Smodin.

Kelima, etika penggunaan AI dalam publikasi akademik. AI harus digunakan secara bertanggung jawab dalam penelitian dan publikasi ilmiah. Beberapa prinsip utama dalam penggunaan AI meliputi (1) non-dependensi bahwa peneliti tidak boleh sepenuhnya bergantung pada AI, (2) akuntabilitas bahwa setiap penggunaan AI dalam penelitian harus disebutkan secara eksplisit meskipun sebenarnya hal ini membuat kualitas penelitian dipertanyakan, dan (3) kritis bahwa AI bukanlah sumber kebenaran mutlak, sehingga peneliti harus tetap melakukan verifikasi terhadap hasil yang diberikan oleh AI. Dalam konteks ini, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah mengeluarkan Recommendations on The Ethics of Artificial Intelligence mengenai etika AI dalam publikasi ilmiah, demikian juga Kementerian Komunikasi dan Digital telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 9 Tahun 2023 tentang Etika Kecerdasan Artifisial dimana etika AI mencakup aspek inklusif, kemanusiaan, keamanan, aksesibilitas dan akuntabilitas, perlindungan data pribadi, pembangunan lingkungan berkelanjutan dan kekayaan intelektual. Dalam hal ini, dipertegas bahwa seyogyanya AI menjadi teman diskusi. Penggunaan AI harus sejalan dengan integritas akademik. Sebuah sumber menyebutkan bahwa Harvard Kennedy School telah menemukan sebanyak 139 artikel di Google Scholar tampaknya dibuat oleh AI. Bagi para peneliti Harvard Kennedy School, penelitian palsu itu membahayakan integritas penelitian ilmiah. Apalagi hasil penelitian biasanya digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan publik dalam berbagai sektor.

Keenam, kiat sukses tembus scopus. Untuk dapat mempublikasikan artikel di jurnal terindeks Scopus, beberapa strategi yang dapat diterapkan meliputi (1) Mengundang pengelola jurnal Scopus sebagai narasumber dalam seminar dan workshop terutama untuk mendapatkan pencerahan dan solusi dalam penerbitan artikel para dosen di perguruan tinggi Al Washliyah. (2) Membiasakan membaca dan mengakses jurnal-jurnal yang telah terindeks Scopus guna meraih inspirasi seputar judul dan topik riset yang layak untuk diterbitkan di jurnal yang terindeks Scopus. (3) Berkolaborasi dengan peneliti terkemuka di bidang masing-masing, baik dari dalam maupun luar negeri, dalam publikasi artikel. (4) Mengusahakan agar jurnal-jurnal di perguruan tinggi Al Washliyah dapat terindeks di Scopus, minimal terindeks SINTA 2. Al Washliyah harus punya jurnal yang terindeks Scopus. (5) Menghasilkan penelitian berkualitas tinggi yang memiliki kebaruan dan dampak signifikan, sehingga hasil riset dengan mudah diterima dan diterbitkan. Tim editor jurnal bereputasi Scopus biasanya akan menolak artikel penulis yang tidak mengandung novelty, tidak sesuai dengan fokus dan skop jurnal, referensi yang begitu lemah (tidak merujuk sumber primer) dan tidak mutakhir (tidak merujuk artikel yang terindeks Scopus), dan bahasa asing yang tidak standar.

Workshop ini memberikan wawasan yang komprehensif tentang strategi publikasi di jurnal terindeks Scopus serta bagaimana AI dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas penelitian dan publikasi ilmiah. Namun, AI harus tetap digunakan secara etis dan bertanggung jawab untuk menjaga integritas akademik. Dengan mengikuti strategi yang tepat dan memanfaatkan AI dengan bijak, peneliti dapat meningkatkan peluang mereka untuk menerbitkan artikel di jurnal bereputasi. Banyak pakar menjelaskan bahwa kecanggihan AI juga memiliki dampak negatif terutama saat dihadapkan dengan isu integritas akademik dan orisinalitas karya ilmiah. AI sebenarnya adalah alat, bukan tujuan, dan bersifat komplemen, bukan menggantikan. Karena itu, seorang peneliti dan dosen harus menghasilkan karya akademik yang orisinal, bukan merupakan hasil penggunaan AI secara tidak bertanggungjawab. ChatGPT, sekadar contoh, tidak dapat menggantikan posisi peneliti dalam kegiatan penelitian atau memberikan data yang sah dan dapat diandalkan. Untuk menghasilkan karya ilmiah yang kredibel, seorang peneliti tetap harus melaksanakan kegiatan penelitian sesuai kaidah penelitian dan menggunakan sumber referensi yang valid, serta melakukan analisis yang lebih mendalam. AI merupakan alat bantu peneliti, bukan membantu peneliti menghasilkan penelitian palsu.

Terakhir, AI bukanlah pengganti pemikiran kritis manusia, melainkan alat yang dapat membantu mempercepat dan meningkatkan efisiensi dalam proses penelitian dan publikasi karya ilmiah. Oleh sebab itu, seorang peneliti harus tetap mengutamakan orisinalitas, validitas, dan etika dalam setiap penulisan dan penerbitan karya ilmiah mereka. Apalagi dalam tradisi Islam, setiap perkataan dan perbuatan seorang Muslim akan dimintai pertanggungjawaban. Karya yang dihasilkan seorang penulis dapat bernilai ibadah dan meraih pahala, manakala karya tersebut betul-betul merupakan hasil usaha, pemikiran dan refleksi penulisnya sendiri, bukan hasil ciptaan AI.

Dr. Ja’far, M.A.

  • Dosen Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe
  • Ketua LKSA Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah Periode 2021-2026
  • Sekretaris Centre For Al Washliyah Studies (Pusat Kajian Al Washliyah)

Persiapan Menyambut Ramadan Dalam Perspektif Fikih

0
Dr.H.Muhammad Nasir, Lc,MA, Wakil Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah.

JIKA tidak ada aral melintang,hanya dalam hitungan hari saja awal Ramdan akan hadir kembali di tengah tengah umat Islam. Kehadiran bulan Ramadan tidak sama dengan kehadiran bulan bulan lainnya seperti bulan haji dan bulan Syawwal misalnya. Bulan Ramadan bulan yang istimewa dari dua belas bulan hijriyah lainnya,diantara keistimewaannya hanya bulan Ramadan satu satunya bulan yang disebut dalam Al Qur’an, hanya di bulan Ramadan yang terdapat di dalamnya malam lailatul qadar.

Yang mana keutamaannya seperti beramal seribu bulan,seimbang dengan 83 tahun beribadah, hanya bulan Ramadan yang disebut dengan syahrul Qur’an,syahrul mubarak, bulan rahmat, bulan ibadah, bulan yang diturunkan padanya Al Qur’an, kemenangan Rasul SAW dan orang-orang mukmin dalam perang Badar, penaklukan kota Makkah, digandakan pahala amal ibadah, dibukakan pintu surga dan ditutup pintu neraka, diangkatnya Muhammad SAW di Gua Hira’ menjadi Rasul, diwajibkan puasa, dan sebagai penghapus dosa sepanjang tahun sampai Ramadan berikutnya. Rasul SAW bersabda : Ramadan ke Ramadan adalah kafarat (penghapus dosa) antaranya selama tidak melakukan dosa-dosa besar. (HR. Ahmad dan an-Nasai)

Sedemikian mulianya bulan Ramadan dalam pandangan Islam, sehingga ulama terdahulu dan kaum muslimin senantiasa menantikan kedatangan bulan Ramadan bahkan mereka berdoa 6 bulan sebelumnya agar dapat hidup pada bulan Ramadan berikutnya, dan ketika berakhir Ramadan, mereka berdoa lagi selama 6 bulan agar amal mereka selama bulan Ramadan diterima oleh Allah SWT, demikian seterusnya.

Keistimewaan dan kelebihan bulan Ramadan hanya berlaku bagi orang orang beriman yang memahaminya,tidak ada kelebihan bulan Ramadan bagi orang yang tidak memahami keistimewaan bulan Ramadan.Ibaratkan batu batu yang bernilai tinggi hanya diketahui oleh orang yang mengerti tentang batu, batu berlian dengan batu kerikil sama saja bagi orang yang tidak faham tentang batu.

Oleh sebab itu sebelam datang bulan Ramadan perlu persiapan,terutama persiapan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan isbat/penetapan bulan Ramadan, utang puasa Ramadan yang tertinggal pada Ramadan tahun lalu,fidyah puasa, amalan amalan perioritas di bulan Ramadan,hal hal yang merusak pahala puasa Ramadan,syarat dan rukun puasa Ramadan,hingga zakat firah dan zakat mal dan Salat Idul Fitri.

ISBAT RAMADAN
Para ulama Fikih menyatakan bahwa penetapan awal Ramadan ditentukan dengan tiga cara. Pertama, dengan melihat bulan secara langsung (ru’yah bil fi,ly). Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Saw yang artinya: Berpuasalah kamu dengan melihatnya (hilal Ramadan) dan berbukalah kamu dengan melihatnya (hilal Syawwal) dan jika hari berawan (gelap sehingga tidak mungkin melihat hilal) maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim lihat Fathul Bâri Jilid 4 hal.143 Hadis no.1909, Darul Maarif, 1986).

Senada dengan hadis di atas adalah sabda Nabi Saw dalam bentuk larangan puasa hingga melakukan ru’yah hilal (melihat bulan), demikiah pula hadis-hadis lain dalam bentuk informasi bahwa jumlah bilangan bulan antara 29 hari hingga 30 hari. Selama sepuluh tahun Nabi Muhammmad Saw perpuasa di Madinah, sembilan Ramadan Nabi Muhammad Saw 29 hari,hanya 1 Ramadan Nabi Saw puasa 30 hari sempurna. Hadis-hadis tersebut dapat dilihat dalam halaman kitab yang sama dengan nomor hadis 1906, 1907, 1908, 1910 dan 1911.

Dengan demikian, penetapan awal Ramadan sejak zaman Rasul Saw hingga generasi para sahabat ditentukan dengan melakukan ru’yah al-hilal, hanya saja yang menjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama adalah jumlah orang yang melihat awal Ramadan tersebut, apakah cukup dengan satu orang muslim yang adil atau lebih.

Para ulama dari kalangan mazhab Hanafi berpendapat: Jika langit dalam keadaan cerah maka hilal yang akan dijadikan dasar penetapan awal Ramadan harus dilihat oleh sejumlah orang sehingga tidak muncul keraguan dalam menerima bahwa hilal telah muncul. Akan tetapi dalam menentukan awal bulan, selain Ramadan yang tidak terkait dengan bulan ibadah seperti awal bulan Syawal dan Zulhijjah cukup dengan satu orang saja didampingi dua orang saksi muslim baligh dan berakal.

Pendapat yang sama dianut oleh Mazhab Maliki, yaitu dalam menentukan awal Ramadan disyaratkan dengan penglihatan sejumlah orang banyak. Hanya yang membedakan dengan Mazhab Hanafi, jika cuaca dalam keadaan mendung cukup dilihat oleh satu orang saja yaitu oleh seorang muslim baligh lagi berakal.

Menurut pendapat Mazhab Syafi’i dan Hambali, hilal untuk menentukan awal bulan cukup dilihat seorang muslim yang adil, baligh lagi berakal. Baik ketika langit dalam keadaan cerah maupun mendung, dan orang melihat bulan ini harus menyatakan kesaksiannya di depan hakim dengan kalimat asyhadu “saya menyaksikan”, atau bersedia mengangkat sumpah.

Cara kedua dalam menentukan awal bulan Ramadan adalah dengan cara menyempurnakan Sya’ban sampai 30 hari, baik langit sedang cerah maupun dalam keadaan mendung tertutup awan. Hal ini didasarkan pada hadis-hadis di atas yang menyatakan jumlah hitungan bulan 29 hari sampai 30 hari. Jika tidak terlihat hilal Ramadan sempurnakan bilangan Sya’ban menjadi 30.

Dalam hal ini Prof. Dr. Yusuf Qaradawi mensyaratkan bahwa, awal bulan Sya’ban benar-benar diketahui sehingga penetapan 30 hari bulan Sya’ban benar-benar tepat. Oleh sebab itu para ulama dan pemerintah sebaiknya senantiasa melakukan perhitungan awal bulan qamariah sepanjang tahun agar tidak terkesan asal-asalan dalam menggenapkan 30 hari setiap akhir bulan.

Cara ketiga menetapkan awal Ramadan adalah dengan ilmu hisab atau ilmu falak, dan cara ini tidak populer di kalangan para sahabat dan ulama salafus-shaleh. Oleh sebab itu, penetapan awal Ramadan dengan cara ilmu hisab diperdebatkan oleh para ulama Fikih tentang keabsahannya. Awal perbedaan itu timbul dari cara memahami hadis riwayat Bukhari Muslim dari Ibnu Umar. Di dalam hadis itu dikatakan: Jika hari berawan (langit tertutup awan) maka hitunglah bilangan bulan.

Imam Nawawi, tokoh Fikih kalangan Mazhab Syafii dan Imam Ahmad bin Hambal mengartikan “hitunglah bilangan bulan (faqdurullah)” dengan hitungan ilmu hisab. Dasar pemahaman ini bahwa seorang ulama muhaddisin dari golongan tabi’in, yaitu Muthrif bin Abdullah dan Ibnu Qutaibah mengartikan “faqdurullah” adalah hitunglah dengan ilmu hisab, demikian yang diriwayatkan oleh Abu Abbas bin Suraij dari tokoh Fikih Syafi’iyah. Padahal perkataan Abu Abbas yang mengutip pendapat dari Muthrif bin Abdullah dan Ibnu Qutaibah, telah mendapat bantahan keras dari Ibnu Abdul Barr, seorang ulama hadis, ia mengatakan: Tidak benar itu merupakan penafsiran dari Muthrif bin Abdullah dan begitu juga Ibnu Quthaibah tidak pernah menafsirkan demikian (lihat kitab Fathul Bâri Juz 4 hal.146).

Penafsiran yang benar terhadap hadis Nabi Saw “faqdurullah” adalah penafsiran Nabi sendiri yang menyatakan: Faakmilu al-iddata tsalasin (sempurnakan bilangan Sya’ban 30 hari). Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abi Hurairah (lihat kitab Ibanatul Ahkam Syarah Bulugul Maram Juz 2 hal.285 Dâr al-Fikri, 2006 M), dan penafsiran ini diambil oleh mayoritas ulama termasuk Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i.

Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa, penetapan awal bulan dilakukan dengan ru’yah, dan cara ini sesuai dengan sunnah Nabi Saw dan bila cara ini tidak berhasil, maka cara kedua dapat dilakukan, yaitu menyempurnakan bulan Sya’ban 30 hari, dengan persyaratan ru’yah awal Sya’ban telah dilakukan.

Adapun cara menetapkan awal bulan Ramadan dengan ilmu hisab sebagaimana dilakukan oleh sebagian Ormas Islam di tanah air kita adalah cara yang tidak populer di kalangan para sahabat dan para ulama Salafus Shaleh. Jika menggunakan ilmu hisab setelah melakukan ru’yah pendapat ini dapat diterima meskipun tergolong pendapat yang tidak populer. Akan tetapi, menetapkan awal Ramadan jauh-jauh hari sebelum datangnya bulan Ramadan, adalah pendapat yang “mengada-ngada”. Karena secara normatif tidak dapat dipertahankan meskipun ilmu Falak bukan sesuatu hal yang baru, abad ke-12 SM di Tiongkok, abad ke-4 SM di Yunani ilmu falak sudah dikenal, dan abad ke-2 Masehi seorang ahli ilmu falak dari Iskandaria (Mesir) keturunan Yunani Claudius Ptolomcaus (90-168 M) telah mempopulerkan ilmu falak ini ke seluuruh dunia.

Namun, Nabi Muhammad Saw tidak menjadikan rujukan untuk menetapkan ibadahnya dan umatnya kepada yang tidak bersumber dari wahyu. Lagi pula belajar ilmu falak tidak semua orang dapat menguasainya, akan tetapi ru’yah merupakan ilmu yang dapat diketahui oleh semua tingkatan masyarakat. Dan ini sesuai dengan prinsip syariat, yaitu qillatuttaklif (mengurangi beban) dan ‘adamul haraj (tidak menyulitkan).

TRADISI PRA RAMADAN

Fenomena di masyarakat muslim menjelang datangnya Ramadan mereka berduyun-duyun datang berziarah ke kuburan, mendoakan orang tua dan kaum kerabat mereka yang telah berpulang ke rahmatullah. Hal ini tidak ada hubungan sama sekali dengan bulan Ramadan, karena berziarah ke kuburan memang dianjurkan di dalam syariat Islam baik laki-laki maupun perempuan, sama ada pada bulan-bulan biasa atau ketika menjelang Ramadan. Demikian pula tata cara berziarah, para ulama Fikih tidak mengatur urutan dan tata tertib yang wajib diikuti.

Namun yang paling baik dilakukan oleh para penziarah kuburan adalah memilih waktu yang telah ditetapkan oleh para ulama. Menurut ulama Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, baik dilakukan pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu. Dan menurut Mazhab Syafii, waktu ziarah dilakukan pada hari Kamis selepas Ashar sampai matahari terbit pada hari Sabtu. Sedangkan menurut Mazhab Hanbali, tidak ada ketentuan waktu dalam berziarah kubur, dan baik dilakukan kapan saja.

Para ahli Fikih 4 mazhab mengemukakan hal-hal yang hendaknya dilakukan oleh para penziarah : Pertama : Mengucapkan salam dengan posisi berhadapan dengan wajah mayat. Salam yang dianjurkan oleh Nabi dan sahabatnya antara lain : Assalâmu’alaikum ya dâra qaumin mukminin, wainna insya Allah biqum lahiqun. (Assalâlaikum wahai penghuni tempat kaum mukminin, sesungguhnya kami insya Allah akan menyusul kalian. (HR. Muslim).

Kedua: Menanggalkan alas kaki hukumnya sunat menurut Mazhab Imam Ahmad, sedangkan menurut Mazhab Jumhur Ulama hukumnya mubah (harus). Menurut ulama di kalangan Mazhab Hanbali, ziarah hukumnya sunat dilakukan berdiri.

Ketiga: Membaca ayat-ayat Al Qur’an karena menurut keyakinan Ahli Sunnah wal Jamaah dan menurut Jumhur Ulama Fikih termasuk diantaranya sebagian dari ulama Syafiiyah mengatakan bahwa : pahala bacaan Alquran yang diniatkan kepada orang yang telah mati akan bermanfaat dan sampai kepadanya.

Menurut Mazhab Hanafi dianjurkan membaca surat Yasin, al-Fatihah, 5 ayat awal surat al-Baqarah, ayat Kursi, akhir surat al-Baqarah dari âmanarraul, surat al-Mulk, surat a-Takatsur, dan surat al-Ikhlas 3 kali atau sampai 12 kali. Sedangkan jumhur ahli Fiqih mengatakan baca ayat-ayat apasaja yang termudah bagi penziarah.

Keempat : Berdoa memohon ampunan bagi ahli kubur dan seluruh ahli Fikih, berpendapat bahwa do’a bermanfaat bagi si mayat, berdasarkan firman Allah SWT : Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansor) mereka berdo’a : Ya Tuhan kami beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau biarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang beriman, Ya Tuhan sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Hasyr : 10) Dan doa dilakukan menghadap kiblat dan ditutup dengan do’a yang diajarkan Nabi SAW : Allâhumma la tahrimna ajrahu wala taftinna ba’dahu (Ya Allah jangan Engkau halangi kursi untuk menerima pahala mereka dan janganlah Engkau menimpakan musibah kepada kami setelah kematian mereka. (HR. Abu Daud).

PUNGGAHAN RAMADAN

Punggahan ini berarti membongkar muatan seperti layaknya orang membongkar barang-barang dari dalam kapal. Barangkali tradisi sebagian masyarakat kita jauh sebelum datang bulan Ramadan sudah mempersiapkan dana tabungan untuk upacara penyambutan Ramadan, sampai 2 hari atau 1 hari menjelang Ramadan tabungan yang telah disimpan sebelum Ramadan dibongkar untuk membeli daging hewan, dan makanan untuk disantap bersama, sambil silaturrahim dengan warga diiringi dengan bermaafan antara sesama. Dan tradisi ini dipandang oleh syara’ adalah suatu tradisi yang baik, sekaligus merupakan budaya lokal yang perlu dipelihara karena banyak memberi manfaat untuk menjaga persatuan antara warga masyarakat. Nabi SAW bersabda : Apa yang dipandang oleh kaum muslimin itu baik maka di sisi Allah juga baik.

MARPANGIR

Hal lain yang menjadi tradisi masyarakat kita adalah marpangir atau mandi dengan air yang dicampur dengan daun-daunan yang wangi. Kebiasaan ini dilakukan menjelang detik-detik datangnya bulan Ramadan sebagai ekspresi kegembiraan untuk memakmurkan mesjid melakukan Salat Tarawih berjamaah. Islam memandang tradisi ini merupakan perbuatan baik (istihsan) sepanjang tidak ada yang berbau khurafat.

KEARIFAN LOKAL

Dalam rangka penyambutan bulan suci Ramadan sesuai dengan budaya lokal masing-masing. Lain lubuk lain ikan – lain padang lain belalang. Semua itu boleh dilakukan sepanjang tidak bercampur aduk dengan khurafat dan perbuatan-perbuatan maksiat sebagai ungkapan kegembiraan atas datangnya bulan rahmat yang penuh karunia Allah SWT. Dan oleh karenanya lah Allah menyuruh bergembira : Qul bifadhlillahi wabirahmatihi fabizalika falyafrahu (katakanlah dengan rahmat dan karunia-Nyalah handaklah mereka bergembira.(QS. Yunus: 58).

Wallahua’lam bil ash-shawab

Dr.H.Muhammad Nasir, Lc, MA

  • Wakil Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah
  • Ketua Komisi Fatwa MUI Sumatera Utara.

Saat RDPU DPR, PB Al Washliyah Usul KPHI Kembali Dihidupkan

0
Teks Foto- Ketua PB Al Washliyah Bidang Hukum dan HAM, Prof Dr.H.Deding Ishak, SH,MH (kanan) dan Ketua PB Al Washliyah Bidang Antarlembaga, Dr.KH.Julian Lukman, MA.

JAKARTA – Pengurus Besar Al Jam`iyatul Washliyah (PB Al Washliyah) mengusulkan Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) kembali dihidupkan, sehingga pelayanan dan penyelenggaraan ibadah haji dan umroh dapat terlaksana dengan baik.

Hal itu dikemukakan Ketua PB Al Washliyah Bidang Hukum dan HAM, Prof Dr.H.Deding Ishak, SH, MH didampingi Ketua PB Al Washliyah Bidang Antarlembaga, Dr.KH.Julian Lukman MA, saat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Panja Komisi VIII DPR dengan pimpinan Ormas Islam, di ruang Rapat Komisi VIII DPR RI Gedung Nusantara II Lantai 2 DPR/MR, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu 19 Februari 2025/20 Sya’ban 1446 H.

RDPU ini bermaksud meminta masukan mengenai pengaturan perubahan UU Nomor 8 tahun 2019 tentang penyelenggaraan ibadah haji dan umroh.

Al Washliyah sebagai Ormas Islam yang lahir sebelum Indonesia merdeka, menyoroti soal reformasi manajemen kuota haji. Prof Deding menegaskan agar pengelolaan kuota haji dilakukan lebih transparan dan adil. Sistem distribusi kuota haji harus terbuka, termasuk pemanfaatannya. Karena itu, kata Profesor ini, diperlukan pengawasan pimpinan ormas Islam dan lembaga publik lainnya.

“Oleh karenanya, kami mengusulkan Ormas Islam sebagai aset bangsa menjadi pengawas. Karena jemaah itu ada di Ormas Islam,” kata Prof Deding.

Sebagai pimpinan Ormas Islam, lanjut Prof Deding Ishak, yang saat RDPU itu juga mewakili pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, sangat konsen terhadap penyelenggaraan haji, sehingga pelayanan yang diberikan kepada jemaah harus lebih baik dari sebelumnya. “Nanti kalau perlu bab pengawasan ini dinormakan begitu, sebagai upaya perubahan peningkatan, atau mungkin respon dihidupkan kembali Komisi Pengawas Haji Indonesia, yang pernah dulu ada,” kata Prof Deding, putra ulama Sunda ini.

Apabila Kerajaan Saudi memberi tambahan kuota haji, kata Prof Deding, supaya dimanfaatkan dengan maksimal. Jangan sampai pemberian itu menjadi mubazir, karena penyelanggara tidak siap dan kedodoran, sehingga tidak dapat memanfaatkan tambahan kuota. “Mudah-mudahan tidak terjadi. Betul-betul harus diawasi dan dikawal,” pintanya.

Pada RDPU itu, Al Washliyah menyoroti pelayanan jemaah lanjut usia (Lansia), digitalisasi, perlindungan jemaah korban penipuan, dan mengenai jemaah Furoda serta adanya jemaah mandiri. Semua hal ini diminta oleh Al Washliyah supaya diatur dan diawasi, sehingga tidak menimbulkan permasalahan yang merugikan jemaah.

Sedangkan Ketua PB Al Washliyah Bidang Antarlembaga, Dr.KH.Julian Lukman, MA, mengemukakan bahwa daftar tunggu calon haji sekarang ini sudah begitu Panjang antrean. Maka perlu ada solusi tepat untuk mengurai antrean itu. Jangan sampai calon jemaah terdzolimi.

Setiap jemaah daftar tunggu, tentu sudah membayar uang setoran awal ke bank yang ditunjuk pemerintah. Ia menawarkan seperti rencana sebelumnya untuk ibadah umroh ke tanah suci kepada jemaah yang menunggu lama. “Jangan sampai ada yang menzolimi jemaah daftar tunggu,” katanya. (sir)

Perkuat Konsolidasi Organisasi, Jamal Warwey Terpilih Jadi Ketua Washliyah Papua Barat Daya

0

PAPUA – Memperkuat konsolidasi organisasi, Pengurus Besar Al Washliyah terus melebarkan eksistensi organisasi ke wilayah Papua, Indonesia Bagian Timur. Alhamdulillah, komposisi personalia Pengurus Wilayah Al Washliyah Papua Barat Daya, periode 2025-2030 telah terbentuk. Hal ini sebagai upaya pengembangan organisasi Islam Al Washliyah berskala nasional.

“Suatu usaha konsolidasi organisasi yang perlu terus dikembangkan sampai ke pedalaman Papua, terutama untuk pengembangan dakwah Al Washliyah.” Demikian pesan Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM, Selasa malam 18 Februari 2025/19 Sya’ban 1446 H, sekembalinya dari Kota Manado, Sulawesi Utara, di Jakarta.

Pengembangan Al Washliyah ke Indonesia Timur, pada periode muktamar ke-22 Al Washliyah terus ditingkatkan. Kini sudah menjangkau wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua Barat Daya. Untuk wilayah Papua Barat, PB Al Washliyah telah memberi mandat kepada Pieter Hakim dkk, atau dikenal dengan sapaan Raja Kaimana, tengah mencari sosok calon pengurus Al Washliyah di Papua Barat. Ia berjanji paling lambat Maret 2025, pengurus Al Washliyah Papua Barat akan terbentuk, seperti halnya Papua Barat Daya.

Susunan Personalia Pengurus Wilayah Papua Barat Daya, sebagai berikut:

Penasehat:

  1. H.Ahmad Nausrau, S.Pdi, MM
  2. Rukunuddin, M.Si,MM
  3. Drs.Mansyur Syahdan, M.Si
  4. H.Anshar Karim
  5. Ishak Hatala
  6. Idris Renleuw
  7. H.Agung Sibela, S.Ag
  8. Drs.Ahmad Juanda
  9. Hasan Makasar, S.Pd
  10. Sidik Rahabauw

Ketua : Jamal Warwey
Wakil Ketua: H.Rudin Tarage
Wakil Ketua: Alwi Kabal May
Wakil Ketua: Fahri Harahap
Wakil Ketua: Djamal Wasolo

Sekretaris: Zulkifli Rahamyantel, SE
Wakil Sekretaris: Zainal Tihuruwa
Wakil Sekretaris: Irwansa
Wakil Sekretaris: Said Hutapea
Wakil Sekretaris: Yusran Lesnuwa, S.Hi

Bendahara : Darji Maripe
Wakil Bendahara : Azis SE

Anggota:

  1. Akbar Rumakat
  2. Habib Alhamid
  3. Abdul Rahman Lodji
  4. Dirsan Makdaun
  5. Usman Darlay. (sir)