JAKARTA – Anggota DPR kembali menunjukan perilaku yang kurang elok. Masih segar dalam ingatan kita ketika seorang wakil rakyat dari partai Islam yang memakai sorban di kepalanya berdiri menyerang anggota DPR lain sambil mengepalkan tinju. Namun sayangnya peristiwa itu dianggap biasa oleh lembaga terhomat. Perilaku hampir sama kembali terulang di lembaga yang sama. Tepatnya kemarin malam (Selasa, 28/10), kondisi yang lebih parah terjadi lagi, dan akibatnya dua meja di ruang sidang DPR terbalik.
Melihat kondisi yang tidak mendidik itu, Ketua Umum PB Al Washliyah Yusnar Yusuf mengatakan bahwa apa yang terjadi di lembaga terhormat itu memperlihatkan bagaimana akhlak anggota dewan yang sesungguhnya. “Saya memberikan apresiasi kepada pelakunya yang telah menunjukkan akhlak sebenarnya,” katanya di Jakarta, Rabu (29/10).
Kondisi ini sungguh memprihatinkan semua pihak. Diungkapkan Yusnar, saat ini menteri yang ‘nyentrik’ dianggap kepribadian luar biasa. Karena hal itu dianggap tidak bertentangan dengan konstitusi. “Jika wakil rakyat dengan akhlaknya yang buruk dipandang amat baik. Apakah ini yg dikatakan Rosulullah bahwa di akhir zaman nanti ummat Islam seperti menggenggam bara api?” ujar Ketum Al Washliyah sambil mengingatkan hadits Nabi Muhammad Saw.
Kondisi ini dinilai Yusnar karena anggota DPR sekarang sangat cinta kepada kekuasaan. “Sehingga yang menjadi ukurannya adalah konstitusi bukan lagi al Quran dan Sunnah. Sekali lagi saya apresiet kepada pelaku dan partai Islam yang mengusungnya,” tegas orang nomor satu di Washliyah.
Al Washliyah terangnya melihat banyak pertunjukan ironi yang begitu membahana di negeri ini. Ada Ormas yang dianggap anarkhi sehingga mau dibubarkan. “Tetapi anggota dewan yang membalikan meja tidak disebut anarkhi, tetapi sebuah ketidaksengajaan,” tuturnya.
Sebagai Ketua Umum PB Al Washliyah yang kader dan jamaahnya banyak memilih anggota dewan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), ia mengucapkan selamat kepada pelaku dan partai pendukungnya. “Saya mengucapkan selamat terhadap anggota dewan yang sangat terhormat sebagai pelaku dan partainya yang telah membelanya dengan satu kata ‘ketidaksengajaan’,” sindir Yusnar Yusuf.
Sesungguhnya mempertontonkan perangai atau akhlak yang buruk katanya sesuatu yang harus diberikan apresiasi. “Supaya umat mengetahui kualitas yang orang yang dipilihnya,” tutup tokoh nasional itu.
(mrl)