Partai Islam Mulai Bahas Koalisi

JAKARTA – Sekjen DPP PPP Romahurmuziy menegaskan jika PPP mensinyalir adanya pertemuan partai-partai berbasis Islam, yang digelar di Pondok Pesantren Asshidiqiyah pimpinan KH. Noer Muhammad Iskandar SQ, di Jakarta Barat itu. Sebelumnya pertemuan tersebut digelar di Gedung Bidakara, dan dihadiri oleh politisi PAN M. Amien Rais, dan Hatta Rajasa.

“Saya melihat sudah ada pertemuan partai-partai Islam itu di Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta Barat, dan sebelumnya di Gedung Bidakara Jakarta,” tegas Romahurmuziy pada wartawan di Gedung DPR RI Jakarta, Selasa (26/11/2013)

Romi sapaan akrab Ketua Komisi IV DPR itu menjelaskan adanya kesepakatan untuk membahas koalisi partai Islam. “Tapi tidak bicara mengenai nama koalisi. Sebab, yang dibicarakan soal gagasan kenegaraan, pendayagunaan minyak dan gas, dan sebagainya. Sedangkan soal koalisi partai Islam, akan dipastikan setelah Pileg. Sebab kalau setelah Pileg, maka masing-maisng partai akan melihat kekuatan suara masing-masing partai,” ujarnya.

Sedangkan menurut Ketua DPP PAN Taslim Chaniago, partai-partai Islam itu sangat mungin berkoalisi. Sebab, partai tersebut memiliki ideologi dan garis perjuangan yang sama. “Itu satu kemungkinan yang terbuka, melihat ideologi dan tujuan masing-masing mempunyai kesamaan. “Kalau diambil dari persamaannya, sangat mungkin untuk berkoalisi. Ini punya kekuatan besar. Sudah pernah satu poros tengah,” tambahnya.

Menurut Taslim, tokoh yang akan diusung, lebih baik partai-partai tidak membicarakan hal itu terlebih dahulu sekarang. Tapi menyamakan visi-misi. “Setelah ada satu kesamaan visi baru menyatukan partai Islam, nanti tokohnya bisa disatukan,” ujarnya.

Taslim pun mengakui adanya pertemuan tokoh-tokoh Islam yang dapat menjadi cikal bakal koalisi partai Islam yang diikuti oleh Amien Rais tersebut. “Sudah berapa kali bicara. Bukan tentang koalisi ke depan, melainkan tentang SDA (Sumber Daya Alam) dan pendidikan,” katanya.

Di tahun 1999, Amien Rais sudah mempelopori koalisi ‘poros tengah’ dan menjadikam alm. KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai capres alternatif di tengah ketegangan politik pasca penggulingan Soeharto dari kekuasaannya tersebut. Gus Dur pun berhasil menjadi Presiden RI ke-4 dan wakilnya Megawati Soekarnoputri. Namun, pada Juli 2001 Gus Dur pun akhirnya terpaksa dilengserkan. Akankah politik itu tidak terulang? (gardo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *