BANDA ACEH – Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM, Insya Allah ceramah peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Provinsi Aceh, pada Kamis malam 26 Juni 2025/30 Zulhijjah 1446 H. Tema yang disematkan pada acara ini adalah ‘Hijrah merajut persatuan dalam membangun Aceh yang bermartabat dan Islami.’
Menurut Kiai kondang Masyhuril Khamis, peristiwa hijrah adalah momentum penting dalam perjalanan risalah Islam dan ini bagian strategi perluasan dakwah Islam. Hijrah dapat bermakna tiga hal, pertama, hijrah makaniyah di mana terjadinya perpindahan kaum muslimin yang sudah dikader di Makkah oleh Rasululullah SAW menuju Madinah yang dulu disebut Yatsrib dan ini juga disebut hijrah insaniyah.
Kedua, kata Ustad Masyhuril, hijrah Qalbiyah atau juga hijrah maknawiyah yaitu hijrah untuk peningkatan kualitas nilai-nilai ketaqwaan. Hijrah ini juga disebut hijrah tsaqafiyah, atau hijrah kebudayaan dari tradisi jahiliyah menuju budaya Islamiyah.
Ketiga, hijrah jihadiyah yaitu hijrah untuk dakwah Islamiyah atau disebut juga hijrah Islamiyah, di mana semua kita harus punya kepasrahan hanya kepada Allah SWT.
Setelah hijrah, Rasulullah membangun Madinah menjadi kota yang memancarkan cahaya, cahaya kebenaran, cahaya kemenangan, Madinah Al Munawwarah.
Masyhuril Khamis menjelaskan, setidaknya empat hal penting yang dilakukan Rasulullah SAW.
- Membangun Masjid Quba dan membangun masjid Nabawi dengan tujuan membangun nilai-nilai taqwa, nilai-nilai berjamaah, persatuan dan persaudaraan.
- Menguatkan ikatan persaudaraan Muhajirin dan Anshor sebagai basis kekuatan membangun umat.
- Membangun pasar atau membangun perekonomian umat Islam
- Menguatkan pondasi politik sebagai bagian merajut masyarakat yang plural dengan diterbitkannya ‘piagam Madinah.’
“Berkaitan dengan momentum hijrah 1447, tentu kita harus memaknai hijrah dengan hijrah maknawiyah, hijrah Qalbiyah untuk terus meningkatkan nilai-nilai taqwa, hijrah tsaqafiyah untuk nilai-nilai akhlakul karimah dan hijrah jihadiyah atau hijrah untuk kemajuan dakwah Islamiyah,” papar Masyhuril Khamis yang juga Ketua Pusat Dakwah Perbaikan Akhlak Bangsa MUI Pusat ini.
“Kita harus selalu merawat persatuan sebagai mana Rasul mempersaudarakan Muhajirin dan Anshor melalui kekuatan jamaah, dan itu melalui Masjid,” sambung Masyhuril.
Pengurus Badan Wakaf Indonesia (BWI) Pusat ini mengingatkan masjid mesti menjadi pusat peradaban umat, khususnya di Serambi Makkah, Aceh.
Persaudaraan antar jamaah masjid seharusnya menjadi program penting, selain untuk merajut ukhuwah tentu untuk membangun kekuatan sentra ekonomi umat. Dalam membangun Aceh yang bermartabat dan Islami tentu diperlukan konsistensi untuk:
- Peningkatan kualitas aqidah umat dengan mendisiplinkan nilai-nilai ibadah, menghidupkan masjid dengan kajian-kajian keagamaan yang konsisten.
- Mendorong anak-anak untuk kembali mentadabbur Al Qur’an, mengaji dan mengkaji Al Qur’an. (sir)