Peningkatan Kompetensi Kepemimpinan Instruktur Nasional Al Washliyah (Catatan Seorang Pensiunan Wartawan)

MUNGKIN masih jarang yang membicarakan eksistensi instruktur nasional Al Jam’iyatul Washliyah (Al Washliyah). Sebagai organisasi massa yang berdiri pada 30 November 1930/09 Rajab 1349 H, perkumpulan ini terus bergerak mengikuti perkembangan zaman, sejak era pra kemerdekaan RI hingga era reformasi saat ini, Al Washliyah tetap jaya dan berdiri kokoh di bumi persada.

Hal ini tidak lain, karena adanya doa ulama, tokoh dan pejuang Al Washliyah, dan tidak kalah pentingnya adalah peran kader Al Washliyah. Dengan demikian, estafet kepemimpinan organisasi ini terus berlanjut sampai masa datang.

Berbicara mengenai Al Washliyah, tidak salahnya mengupas tentang pelaksanaan kaderisasi. Sebab perkumpulan ini juga dikenal sebagai organisasi massa dan kader, sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) maupun AD/ART organisasi bagian Al Washliyah, yakni Muslimat Al Washliyah, Ikatan Pelajar Al Washliyah (IPA), Angkatan Puteri Al Washliyah (APA), Gerakan Pemuda Al Washliyah (GPA), Himpunan Mahasiswa Al Washliyah (HIMMAH), Ikatan Sarjana Al Washliyah (ISARAH) dan Ikatan Guru dan Dosen Al Washliyah (IGDA).

Kelangsungkan Al Washliyah, tidak terlepas dari pembentukan kader organisasi. Kader organisasi ini adalah produk kerja instruktur, sebagai pembina atau pelatih kekaderan. Sesuai amanah konstitusi organisasi, maka yang berwenang melaksanakan pelatihan kader hanyalah IPA dan HIMMAH. Dengan demikian, gudang kader Al Washliyah berada di IPA dan HIMMAH, yang disebut kader formal, sedangkan non formal adalah kader yang tidak menjalani jenjang pelatihan, namun mengenyam pendidikan/upgrading di lembaga Al Washliyah, baik di tingkat TK/RA, madrasah/SLTA maupun perguruan tinggi Al Washliyah.

Dua jenjang kader formal dan non formal ini mempunyai kesempatan yang sama dalam organisasi. Hanya saja kader formal mendapat prioritas karena telah mengikuti jenjang kader dari tingkat dasar sampai ke tingkat instruktur. Pada tingkat instruktur inilah merupakan jenjang strategis, karena mendapat amanah untuk membentuk calon-calon pimpinan Al Washliyah pada hari ini, esok dan akan datang.

Sebenarnya ada pembeda, sekaligus kelebihan IPA dan HIMMAH. Organisasi Al Washliyah memiliki ratusan lembaga pendidikan dasar dan menengah, serta belasan perguruan tinggi Al Washliyah, seharusnya potensi ini menjadi modal besar buat pimpinan IPA dan HIMMAH untuk merekrut calon anggota. Kalau pelajar belajar di madrasah/sekolah Al Washliyah, mau tidak mau dia harus menjadi anggota IPA. Demikian juga mahasiswa yang kuliah di Universitas Al Washliyah/Univa, perguruan tinggi Al Washliyah, secara otomatis menjadi anggota HIMMAH, jangan lagi masuk organisasi mahasiswa yang bukan Al Washliyah di kampus Al Washliyah.

Inilah satu potensi besar yang menjadi garapan IPA dan HIMMAH, sesuai aturan buku pedoman kader dan peraturan organisasi (PO) Al Washliyah (2022), setiap sekolah dan perguruan tinggi Al Washliyah adalah pangkalan/basis IPA dan HIMMAH, kepala sekolah dan rektor diminta memberi dukungan atas keberadaan organisasi bagian Al Washliyah tersebut, sementara di perguruan tinggi lain dapat menjadi pengembangan organisasi. Inilah nilai lebih Al Washliyah dibanding dengan organisasi ekstrakurikuler lain. Hanya saja, hal ini terkadang terabaikan dan kurang perhatian oleh pengambil kebijakan organisasi.

PERLU PENINGKATAN

Memperhatikan keberadaan instruktur IPA dan HIMMAH, sangat jelaslah diperlukan upaya peningkatan kompetensi, atau kemampuan keterampilan. Antara IPA dan HIMMAH memiliki obyek kader yang berbeda, yakni IPA dengan sasaran kalangan pelajar, sementara HIMMAH adalah mahasiswa di perguruan tinggi Al Washliyah, termasuk perguruan tinggi swasta dan negeri.

Dua obyek garapan ini, tentulah akan berbeda dalam pola kader pada tingkat dasar, karena pelajar dan mahasiswa tri dharma perguruan tinggi, tentu memiliki hal berbeda, namun pada jenjang kader tertentu kemungkinan dapat dikonversikan.

Pengurus Besar Al Washliyah sebagai pimpinan tertinggi organisasi ini, kemungkinan besar setelah menelaah keberadaan dua lembaga instruktur di bawah naungan organisasi bagian Al Washliyah, maka dirasa perlu menyatukan langkah dan persepsi untuk memadukan dua kekuatan instruktur, sekaligus mendudukkan keberadaan instruktur nasional itu melekat di tingkat pusat (PB Al Washliyah).

Instruktur IPA dan HIMMAH yang sudah memiliki kompetensi layak dan teruji, akan lebih ditingkatkan lagi grade-nya dalam satu wadah/badan instruktur nasional Al Washliyah. Tugas pokoknya akan melayani pembinaan, pembentukan dan pengkaderan calon anggota ke seluruh wilayah Indonesia, tidak hanya terkonsentrasi di daerah basis di Sumatera Utara saja, tapi sudah menyebar ke pelosok nusantara sesuai jumlah wilayah Al Washliyah.

Peningkatan kompetensi ini, dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain mengadakan pelatihan, workshop, diskusi, seminar khusus instruktur tingkat nasional, melakukan analisa dan evaluasi setiap kegiatan kekaderan. Tidak terjadi lagi pengelompokan instruktur IPA dan instruktur HIMMAH. Yang penting, tidak lagi terkesan ego kelompok, nafsi-nafsi, namun sudah membaur menjadi satu kekuatan dalam satu wadah pada tingkat pengurus besar.

Untuk memadukan lembaga instruktur ini, diperlukan kesepakatan bersama, satu pola yang disusun sehingga menjadi pedoman dasar instruktur nasional. Apabila ada suatu kegiatan latihan kekaderan oleh IPA atau pun HIMMAH, maka instruktur nasional produk tingkat nasional, cepat dan terukur melakukan koordinasi ke jenjang tingkat bawah, antar lembaga dan mengerahkan pesonel instruktur berdasar kebutuhan lapangan.

INSTRUKTUR NASIONAL

Sangat diapresiasi terhadap Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah, dibawah pimpinan Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM, melalui Majelis Kader PB Al Washliyah akan menyelenggarakan kegiatan pelatihan tiga hari bertajuk, ‘Peningkatan Kompetensi Kepemimpinan Instruktur Nasional Al Washliyah tahun 2025, yang Insya Allah pada pertengahan Oktober 2025 di Jakarta. Kegiatan akbar tersebut akan diikuti kalangan instruktur IPA dan HIMMAH yang bersertifikasi Latihan Kader Instruktur (LKI), dengan usia maksimal 35 tahun.

Tujuan kegiatan tersebut, antara lain meningkatkan kemampuan instruktur Al Washliyah tingkat nasional, membentuk kepribadian calon trainer yang sesuai dengan khittah, wijhah dan sibghoh Al Washliyah, mengasah dan mengembangkan kemampuan serta wawasan intelektual, serta menanamkan disiplin dan kecintaan terhadap organisasi, agama, bangsa dan NKRI.

Konon, pihak pelaksana juga menyiapkan materi inti; strategi Tata kelola pengembangan organisasi Al Washliyah, Aqidah dan Akhlak Al Washliyah (Shibghah, Wijhah, Khittah), Fiqih Ahlussunnah wal Jamaah Al Washliyah, sementara materi yakni tantangan kader dan instruktur Al Washliyah Menuju Indonesia Emas 2045, metodologi pembinaan dan pendidikan kader dan instruktur Al Washliyah dan strategi pengembangan kader Al Washliyah. Selain itu juga akan disuguhkan materi pengayaan, seperti entertrainership, terapi Al Qur’an dan dakwah digital.

Menelaan dari tujuan ini, pihak penyelanggara (PB Al Washliyah dan Organisasi Bagian Pelaksana Kader) diyakini ingin pertemuan tingkat instruktur nasional Al Washliyah ini membuahkan hasil positif. Yakni terciptakan suatu mode pelatihan kader dan instruktur yang menjadi panduan organisasi. Sebab pola dan mode pelatihan yang selama ini tentunya sudah tertinggal jauh dan perlu diupgrade kembali.

HASILNYA APA?

Apabila kegiatan yang dikemas dengan apik, tentunya akan menghasilkan sebagaimana apa yang diharapkan organisasi. Terus terang, keberadaan kualitas dan kuantitas instruktur Al Washliyah memerlukan peningkatan. Sebab di tangan mereka amanah menyiapkan kader pimpinan yang unggul untuk masa depan. Selain itu, instruktur juga memiliki tanggungjawab melestarikan nilai keulamaan kepada setiap kader, sibghoh, wijhah dan khittah Al Washliyah terpatri kuat, tidak akan luntur di telan masa, demikian juga aqidah dan akhlak seorang kader dan instruktur, harus tetap terjaga dan istiqomah.

Oleh karena itu, kegiatan menjelang peringatan HUT ke-95 Al Washliyah ini, akan menjadi pemantik semangat berorganisasi. Eksistensi instruktur IPA dan HIMMAH mendapat perhatian serius pimpinan tertinggi organisasi. Keberadaan mereka sangat didambakan untuk kelanjutan serta pengembangan organisasi secara nasional dan internasional. Al Washliyah tanpa kader terasa tanpa gairah, demikian sebaliknya, kader tanpa organisasi seakan mati suri.

Dalam catatan seorang pensiunan wartawan ibukota, keberadaan instruktur Al Washliyah pada tingkat nasional, khususnya di tubuh pengurus besar, hingga saat ini belum ada secara resmi. Yang ada di dua lembaga pelaksana kader, yakni IPA dan HIMMAH. Alangkah baiknya, instruktur di dua lembaga kader tersebut dipadukan dalam satu wadah berskala nasional, sehingga kegiatan ‘Peningkatan kompetensi kepemimpinan instruktur nasional Al Washliyah’ menjadi ajang kompetisi pemilihan instruktur terbaik tingkat nasional. Biro Instruktur HIMMAH dan Forum Instruktur IPA akan menjadi suatu kekuatan, satu komando, satu panduan, satu pola dan satu kurikulum.

Sekadar harapan, eksistensi pelatih/instruktur hendaknya mendapat porsi dan perhatian yang layak. Tidak terabaikan, apalagi dilupakan oleh pimpinan organisasi Al Washliyah. Jadilah instruktur yang terampil dan berdedikasi tinggi dalam membentuk kader Al Washliyah yang handal, berakhlaqul karimah, berwawasan luas.

Kepada instruktur, hendaknya mengembalikan orientasi kekaderan mahasiswa yang lebih terfokus kepada upaya peningkatan daya intelektual. Jangan sampai terjebak dengan aksi demo di luar kampus yang akhirnya untuk kepentingan sesaat. Demikian juga organisasi pelajar Al Washliyah, hendaknya diarahkan dan disesuaikan dengan kemampuan kader tingkat pelajar. Jangan terkontaminasi dengan intrik-intrik politik praktis. Hiduplah Al Washliyah zaman berzaman. Semoga… (syamsir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *