Khutbah Jumat: Spirit Muharam

Khutbah I

الْـحَمْدُ لِلّٰهِ، الْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ الشُّهُوْرَ مَوَاسِمَ لِلطَّاعَاتِ، وَخَصَّ مِنْهَا أَشْهُرًا مُبَارَكَاتٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْـمُسْلِمُونَ، أُوصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ، قَالَ تَعَالَىٰ: اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ

Hadirin, Ma’asyirol Muslimin Rohimakumullah

Hari ini kita sudah berada di bilangan 15 Muharam 1447 H.
Jika kita renungkan, silih bergantinya bulan dalam setahun akan ditemukan banyak pelajaran dan inspirasi kebaikan, termasuk adanya Muharam sebagai awal tahun Hijriyah bagi umat Islam.

Muharram menjadi bagian dari 4 bulan suci, sebagaimana dijelaskan Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan QS. At-taubah ayat 36 berdasarkan keterangan Hadis Nabi riwayat Bukhori Muslim dari Sahabat Abu Bakroh ra

مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Hanya ada 4 bulan Haram, bulan suci yang dihormati, yakni 3 bulan berturut-turut mulai dari Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram dan satu lagi bulan Rajab yang terletak diantara Jumadil akhir dan Sya’ban.

Muharam sebagai bulan Haram (suci) menjadi pembuka sekaligus penutup tahun.

Dalam kitab Lathaif al-Ma’arif, Imam Ibnu Rajab menukil perkataan seorang Imam Tabi’in terkemuka, Hasan Al-Bashri,

وَشَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ؛ هُوَ أَفْضَلُ الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ, قَالَ الْإِمَامُ ابْنُ رَجَبٍ -رَحِمَهُ اللهُ-: “قَالَ الْحَسَنُ:
إِنَّ اللهَ افْتَتَحَ السَّنَةَ بِشَهْرٍ حَرَامٍ، وَخَتَمَهَا بِشَهْرٍ حَرَامٍ؛

“Sesungguhnya Allah SWT membuka awal tahun dengan bulan Haram (suci) dan menutup akhir tahun dengan bulan haram pula…”

Baru saja kita akhiri tahun Hijriyah dengan berlalunya Zulhijjah. Lantas kita awali pula tahun ini dengan Muharram. Dua bulan berurutan yang menjadi bagian Asyhurul Hurum (empat bulan suci) ini sengaja Allah hadirkan kepada kita hamba-Nya untuk terus menerus introspeksi diri.

Hadirin, Ma’asyirol Muslimin Rohimakumullah

Sudah sejak zaman Jahiliyah, Muharram diyakini sebagai bulan suci. Hanya saja kala itu bulan ini tidak disebut dengan Muharram, melainkan bulan Shafar Awwal.

Kemudian ketika Islam datang, Allah SWT kemudian mengganti nama bulan ini dengan Muharram. Sehingga Muharram juga disebut dengan Syahrullah (bulannya Allah) sebagaimana dijelaskan Imam As Suyuti dalam kitabnya Syarah Suyuti ‘Ala Shahih Muslim.

Penisbatan bulan Muharram dengan lafadz Allah menunjukkan kemuliaan dan kesucian bulan yang menjadi salah satu Ashurul Hurum ini. Allah SWT tidaklah menyandarkan asma-Nya di belakang sesuatu melainkan karena sesuatu itu memiliki keistimewaan dan kesucian tersendiri. Seperti Habibullah (kekasih Allah yaitu Nabi Muhammad SAW), Khalilullah (teman Allah yaitu Nabi Ibrahim as), Baitullah (rumah Allah yaitu Ka’bah), dan lain sebagainya.

Karenanya, Spirit Muharram sebagai bulan Haram (suci) hendaknya disikapi dengan penyucian diri (tazkiyatun nafs).

Maka dalam kesempatan khutbah Jum’at yang singkat ini kita akan kemukakan secara singkat pula beberapa hal yang mesti dilakukan di bulan yang menjadi awal tahun Hijriyah ini.

Pertama, segera bertobat dan jangan ditunda lagi.

Dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah, Muharam disebut sebagai Syahrullah (bulannya Allah), maka para Ulama menasihati untuk segera bertobat dengan memperbanyak istighfar di bulan ini. Sebagaimana bulan Sya’ban bulannya Nabi maka sangat dianjurkan untuk memperbanyak sholawat dan seterusnya.

Jika kita terus menunda tobat alamat berat melakukannya. Persis seperti ilustrasi seseorang yang ingin mencabut pohon yang masih kecil yang dianggap menggangu tapi malah ditunda….

Karenanya, untuk urusan tobat, perintahnya disegerakan. Allah SWT mengingatkannya dalam QS Ali Imran : 133.

وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

(Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa)

Bahkan di ayat lain, Al Hadid 21, diperintahkan untuk berlomba dalam tobat.

سَابِقُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ

(Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga…)

Maka jangan sampai telat bertobat dan jangan tunggu saat sekarat baru mau taat. Karena Allah hanya akan menerima tobat hambaNYA sebelum sekarat.

Abdullah bin Umar bin Khaththab ra berkata bahwa Nabi SAW bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ

“Allah yang Maha Mulia dan Maha Agung menerima taubat hambaNYA selama belum sekarat.” (HR. At Tirmidzi).

Hadirin, Ma’asyirol Muslimin Rohimakumullah

Mari kita bertobat walau bagaimanapun pun masa lalu kita. Seburuk apapun masa muda kita, sekelam apa pun masa jahiliyah kita, jangan pernah berputus asa dari Rahmat dan Ampunan Allah SWT.

Allah tegaskan,

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, (Yang pernah berzina, pernah membunuh, pernah menjadi pemabuk sekalipun) janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Kenapa? Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Az Zumar: 53).

Begitu pula dalam hadits, dari Abu Musa, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِىءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِىءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

“Sesungguhnya Allah -‘azza wa jalla- membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat dari yang berbuat dosa di siang hari. Dia pun membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat dari yang berbuat dosa di malam hari. Taubat terus diterima sampai matahari terbit dari arah tenggelamnya (arah barat).” (HR. Muslim).

Hadirin, Ma’asyirol Muslimin Rohimakumullah

Jika pun ternyata kita telah bertobat, maka tetap perlu memperbaharui tobat tersebut. Harus diakui tobat kita sebelumnya mungkin belum sungguh-sungguh. Tobat kita belum Nashuha. Maka menjadi penting untuk senantiasa mengucapkan kalimat tobat setiap harinya. Nabi kita yang ma’shum (terpelihara dari dosa) pun telah memberikan teladan kepada kita umatnya dalam bertobat. Beliau bersabda,

وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً

“Demi Allah, sungguh aku selalu beristighfar dan bertobat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari).

Karena ternyata, Rasul juga mengatakan bahwa yang terbaik bukanlah orang yang tidak pernah berbuat dosa sama sekali. Karena Setiap manusia pernah berbuat salah. Yang paling baik dari mereka adalah yang mau bertaubat.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

“Setiap manusia pernah berbuat salah. Namun yang paling baik dari yang berbuat salah adalah yang mau bertaubat.” (HR. Tirmidzi no. 2499; Ibnu Majah, no. 4251; Ahmad, 3: 198).

Bahkan kata para Ulama kita, masih lebih baik orang bermaksiat namun dgn maksiat itu ia kembali kepada Allah dan bertobat daripada orang yang sudah hijrah, sudah taat namun dengan ketaatan nya malah membuat dirinya ujub, sombong dan merasa paling baik, paling benar dan seterusnya.

Tetaplah optimis terhadap Ampunan dan Rahmat Allah karena tidak ada orang baik yang tidak punya masa lalu dan tidak ada orang jahat yang tidak punya masa depan.

Hadirin, Ma’asyirol Muslimin Rohimakumullah

Kedua, tinggalkan maksiat. Jangan rusak tobat kita dengan kembali berbuat dosa. Bahkan, salah satu syarat diterimanya tobat adalah berhenti maksiat. Apalagi di bulan Haram ini segala bentuk maksiat jika dikerjakan akan dilipatgandakan dosanya.

Bahkan maksiat membuat kita tak mampu beribadah. Imam Sufyan Ats Tsauri pernah menuturkan, “Saya pernah tidak bisa menjalankan shalat tahajud selama lima bulan. Hanya karena satu dosa yang dulu aku lakukan.” (Kitab Ihya’u ‘Uluumid Diin).

Imam Hasan Al Bashri juga pernah ditanya seorang lelaki sehat dan bahkan telah menyiapkan segala sesuatunya untuk melakukan shalat malam, namun lelaki tersebut tidak mampu bangun. Apa sebab? “Dosa-dosamu mengikatmu” kata sang Imam.

Spirit Muharram di awal tahun Hijriyah 1447 H memotivasi kita dalam mensucikan diri dengan introspeksi (muhasabah) untuk kemudian bertobat nashuha. Hal ini sangat relevan dilakukan karena sesungguhnya esensi Muharam dengan hijrahnya adalah meninggalkan dosa.

وَالمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْه

“Seorang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa saja yang dilarang oleh Allah SWT.”(HR. Bukhari, Abu Dawud, An-Nasa’i, Ahmad, dan Ibnu Hibban).

Selanjutnya, terus perbaiki diri menjadi insan terpuji dengan melakukan peningkatan amal saleh secara berkesinambungan sehingga kita termasuk orang beruntung yakni orang yang lebih baik dari tahun lalu, dan tahun depan insyaAllah lebih cerah dan lebih berkah dari tahun ini.

Demikian khutbah Jumat ini semoga kita semua menjadi insan terbaik di sisi Allah Azza wa Jalla.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

الْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَفَاءَ عَلَيْنَا نِعْمَتَهُ، وَبَصَّرَنَا بِهُدَاهُ، وَجَعَلَ لَنَا فِي السَّنَةِ الْهِجْرِيَّةِ مَوَاعِظَ وَعِبَرًا، لِنُصْلِحَ بِهَا أَنْفُسَنَا وَنَرْتَقِيَ بِهَا إِلَىٰ مَرَاتِبِ التَّقْوَىٰ وَالصَّلَاحِ، نَحْمَدُهُ تَعَالَىٰ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أيــُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ وَافْعَلُوْا اْلخَيْرَ وَاجْتَنِبُوْا عَنِ السَّيِّأتِ

إنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يصَلُّوْنَ عَلى النَّبِيّ يآأيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا فَأجِيْبُوْا اللهَ عِبَادَ اللهِ إلى مَادَعَاكُمْ وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلىٰ مَنْ بِهِ اللهُ هَدَاكُمْ . اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلى سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلى ألِه وَصَحْبهِ أجمَعِين وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْن وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأرْحَمَ الرَّاِحمِيْنَ

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتْ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتْ اَلْأحْيَاِء ِمنْهُمْ وَاْلأمْوَاتْ، إنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتْ. اللّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدْ، اَللّهُمَّ أصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، اَللّهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، اَللّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّينْ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْن. وَاجْعَلْ بَلْدَتَنَا إنْدُوْنِسِيَا هٰذِهِ بَلْدَةً طَيِّبَةً َتجْرِيْ فِيْهَا أحْكَامُكَ وَسُنَّةُ رَسُوْلِكَ يَاحَيُّ ياٰقَيُّوْمُ ياإلۤهَنَا وإلۤهَ كُلِّ شَيْءٍ هٰذَا حَالُناَ يَااللهُ لاَيخْفىٰ عَلَيْكَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفِتَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، فِي بِلَادِنَا هٰذِهِ وَفِي بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ. وَاجْعَلْ بَلَدَنَا هٰذَا بَلَدًا آمِنًا مُطْمَئِنًّا، سَخَّرْتَ لَهُ الْخَيْرَ وَالرَّحْمَةَ وَالْبَرَكَةَ، وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ. رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلِإخْوَاِنَنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَ بِاْلإْيمَانِ وَلَاتَجْعَلْ فى قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ أمَنُوْا رَبنَّاَ إنَّكَ رَءُوْفُ الرَّحِيْمِ

عِبَادَ الله، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ، وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوا اللّٰهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَىٰ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Alexander Zulkarnaen, S.Pd.I., M.Pd., C.ITQ., C.QM

  • Ketua Majelis Dakwah Pengurus Wilayah Al Washliyah Sumatera Utara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *