29 C
Jakarta
Rabu 17 September, 2025
Beranda blog Halaman 9

Menanti Terbentuknya Badan Usaha Milik Al Washliyah

0
Muhammad Abduh Nasution.

MEMBACA artikel di website Pengurus Besar Al Washliyah, saya terpikir mengenai nasib organisasi milik umat Islam ini. Betapa tidak, dengan segala kebesarannya, sampai saat ini kita masih belum memiliki adanya suatu koordinasi yang berkelanjutan dalam masalah ekonomi. Padahal masalah ekonomi merupakan salah satu dari Amal Ittifaq Al Washliyah, yang diwujudkan dengan adanya majelis ekonomi mulai dari Pengurus Besar sampai Pengurus Cabang di Kecamatan.

Jika kita melihat kepada organisasi Islam lainnya, yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, maka bisa dikatakan langkah kita telah tertinggal. Kedua organisasi ini masing-masing telah memiliki BUMNU dan BUMM. Bahkan lebih lanjut lagi, Muhammadiyah memiliki Serikat Usaha Muhammdiyah (SUMU) yang menghimpun usaha kecil dan menengah. SUMU juga telah merambah kepada bisnis startup yang sedang sangat digandrungi belakangan ini.

Sebenarnya bukan tidak ada lembaga bisnis yang bernaung di bawah organisasi Al Washliyah. Salah satu yang terkenal adalah BPRS Al Washliyah, yang merupakan langkah maju dibandingkan dengan Muhammadiyah dan NU. Karena sejak tahun 1994 Al Washliyah telah mendirikan Bank ketika kedua organisasi tersebut belum memilikinya. Selain itu di tingkat Pengurus Besar (PB), juga memiliki koperasi dan LP3H. Bahkan teranyar Al Washliyah memiliki Al-Washliyah Muallaf Center, yang salah satu harapannya dapat memanfaatkan keahlian para muallaf di bidang ekonomi. Pengurus Wilayah (PW) Sumut juga memiliki usaha air minum AWQUA dan catering Salwah yang dikelola oleh Muslimat Al Washliyah.

Oleh karena itu dalam paparan yang singkat ini, saya akan melakukan analisis sederhana menggunakan metode analisi SWOT (strengths, weaknesses, opportunities and threats). Metode analisis ini meskipun cukup sederhana namun ampuh untuk menghimpun dan memetakan berbagai masalah dan kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi, apabila Al Washliyah mendirikan suatu Lembaga khusus yang mengkoordinir kegiatan-kegiatan ekonominya. Sehingga apa yang kita cita-citakan kelak bukan hanya suatu rencana semata, namun dapat diwujudkan dalam bentuk yang nyata dan bertahan zaman berzaman.

A. Strenght (Kekuatan)

Dalam hal ini, sebenarnya Al Washliyah telah memiliki banyak sekali potensi yang cukup untuk mengembangkan suatu holding yang akan mengembangkan sayap-sayap bisnis. Potensi itu antara lain:

  1. Jumlah warga yang besar dan pengurus yang merata di seluruh Indonesia.

Menurut Karel A Steenbrink, Al Washliyah merupakan organisasi Islam terbesar ketiga di Indonesia. Taksiran warga Al Washliyah saat ini mencapai lebih dari 20 juta jiwa. Meskipun berbasis di Sumatera Utara (Sumut), namun Al Washliyah tidak lagi dapat dikategorikan sebagai organisasi lokal. Hal ini karena Al Washliyah telah memiliki kantor PB yang permanen di Jakarta beserta seluruh kelengkapan organisasinya. Keberadaan kantor PB bukan hanya sebagai perwakilan namun menjadi pusat komando Al Washliyah. Di samping itu, Al Washliyah telah memiliki PW di 35 provinsi. Keberadaan PW ini juga cukup permanen, karena diiringi dengan pendirian lembaga pendidikan Al Washliyah di wilayah tersebut.

  1. Jumlah lembaga pendidikan yang banyak.

Menurut data dari PB Al Washliyah, jumlah lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Al Washliyah sebanyak 727 unit, di antaranya terdapat 10 perguruan tinggi. Meskipun data ini bisa saja masih kurang, karena banyak sekolah Al Washliyah di penjuru tanah air yang masih belum disurvei langsung oleh PB Al Washliyah. Jumlah ini menjadi potensi yang menarik untuk dikembangkan, mengingat di satu sisi dapat dijadikan sebagai konsumen, dan di sisi lain sebagai penyuplai tenaga sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan.

  1. Nama besar Al Washliyah.

Tidak dapat dipungkiri, nama Al Washliyah cukup besar dan diperhitungkan. Ada beberapa kasus sekolah yang mencoba mengganti nama dari Al Washliyah ke nama lain, dengan motif untuk mengambil alih sekolah tersebut dari tangan organisasi. Namun yang terjadi malah mereka kekurangan siswa karena ternyata para wali siswa selama ini memilih sekolah tersebut karena memiliki nama Al Washliyah sehingga mereka yakin menitipkan anaknya.

Selain itu, Al Washliyah adalah nama yang unik jika dibandingkan dengan nama organisasi Islam yang lain. Nahdlatul Ulama sendiri memiliki kemiripan nama dengan Nadwatul Ulama di India, dan akar kata “nahdhah” telah digunakan secara luas di kawasan Timur Tengah sebagai nama gerakan pada zaman perlawanan terhadap kolonialisme. Sedangkan nama Al Washliyah adalah nama yang benar-benar spesifik dan khusus. Jika ada yang menggunakan nama tersebut, berarti setidak-tidaknya terinsipirasi dengan gerakan Al Washliyah. Oleh karena itu langkah strategis yang diambil oleh Al Washliyah untuk mematenkan nama dan
logonya adalah hal yang sangat tepat. Apalagi jika kelak dapat digunakan untuk produk-produk Badan Usaha Washliyah.

  1. Kader militan Al Washliyah.

Saya belum pernah menjumpai ada yang lebih ikhlas daripada guru-guru yang mengajar di sekolah dan madrasah Al Washliyah. Bahkan ketika kader-kader Washliyah ditawari jabatan tapi harus melepas baju Washliyah, ternyata banyak yang tetap teguh dan lebih memilih Washliyah ketimbang jabatannya. Demikian pula sejak berdirinya, Al Washliyah tanpa ada yang mensponsori, melakukan dakwah ke daerah-daerah minoritas Islam, bahkan sampai ke pedalaman yang belum terjangkau oleh dakwah sebelumnya. Ini menunjukkan kader kader Washliyah memiliki militansi yang cukup kuat. Hal ini karena memang telah ditanamkan semangat jihad di hati para kader Washliyah untuk menegakkan tauhid yang benar dan memperjuangkan tujuan Al Washliyah. Maka jika kelak Al Washliyah memiliki suatu produk,
saya yakin para Washliyin akan loyal terhadap produk tersebut.

  1. Kultur yang egaliter – progresif dan tidak bergantung pada ketokohan perorangan.

Washliyah acapkali diasosiasikan sebagai organisasi kaum tua atau tradisionalis. Padahal klasifikasi model zaman Belanda seperti ini tidak cocok untuk menggambarkan Al Washliyah.

Dari 6 shibgah Washliyah (Istiqomah, Kesalehan, Shilah, Akhlaq al-Karimah, Mujahadah, Madaniah) justru menunjukkan Washliyah sebagai organisasi yang modern dan progresif.

Sebenarnya Al Washliyah lebih dekat kepada konsep Islam perkotaan (hadharah/hadhari). Alasannya karena Washliyah lahir dan tumbuh di tengah muslimin kota Medan, yang pada masa itu merupakan kota paling kosmopolitan di Hindia Belanda sampai-sampai dijuluki het dollar land atau tanah dollar. Bahkan lebih dari itu, Al Washliyah mempertahankan kultur egaliter dan terbuka, sehingga tidak ada kasta di Al Washliyah. Tidak ada kasta santri dan kyai, tidak ada pengkhususan suku atau bangsa tertentu, serta tidak ada pembedaan karena status jabatan dan harta.

Implikasinya adalah model pengelolaan organisasi yang bersifat otonomi dan tidak sentralistik. Hal ini adalah suatu potensi yang besar, karena roda organisasi tidak akan mandeg walaupun ada permasalahan di tingkat pusat.

Selain itu, Al Washliyah juga tidak menyandarkan organisasinya pada ketokohan perorangan atau kultus individu. Tidak ada taqlid buta terhadap satu orang atau satu pendapat. Harus dipahami bahwa mazhab bukanlah pendapat satu orang secara mutlak. Mazhab Syafi’i sendiri merupakan tempat berkumpulnya berbagai pendapat-pendapat para Ulama. Imam Syafi’i mewariskan suatu metode yang dapat menjembatani antara dua kutub yang dianut oleh para Sahabat, Tabi’in dan tabi’it Tabbi’in. Dua kutub ini, yaitu ahl ra’yi (‘aqli) dan ahl hadits (atsari) kemudian dikompromikan dalam metode yang dirumuskan oleh Imam Syafi’i.

Al Washliyah sendiri berpegang teguh pada sunnah wal jama’ah, karena Imam Syafi’i merupakan Nashir as-Sunnah, Ulama yang konsisten dan teguh membela sunnah. Maka tak heran sejak awal berdirinya, banyak Ulama Ulama Al Washliyah yang getol menghantam dan memberantas khurafat-khurafat yang beredar di masyarakat.

B. Weakness (Kelemahan)

Meskipun Al Washliyah memiliki potensi, namun di sisi lain juga terdapat berbagai kendala-kendala yang perlu diperhitungkan dan diatasi, yaitu :

  1. Ketimpangan peran majelis.

Di antara majelis-majelis yang ada, Al Washliyah masih menitikberatkan perhatiannya pada Majelis Pendidikan saja. Hal ini wajar mengingat banyaknya lembaga pendidikan yang harus diurus. Namun ini juga menyebabkan tersendatnya peran Al Washliyah di bidang lain.

Memang, permasalahan seperti ini bukan hanya terjadi di Al Washliyah. Dalam catatan sejarah, Muhammadiyah juga pernah mengalami hal ini pada tahun 1937. Ketika itu kader-kader muda Muhammadiyah merasa bahwa pengurus organisasi hanya mementingkan urusan pendidikan saja. Akhirnya kader-kader muda yang progresif diberikan kesempatan untuk mengurus organisasi, salah satunya Mas Mansoer yang kemudian menerbitkan Langkah Muhammadiyah 1938-1949, untuk meluaskan peran Muhammadiyah tidak hanya di bidang pendidikan saja.

  1. Kepengurusan yang tidak simetris.

Meskipun Al Washliyah telah menjadi organisasi nasional, namun sebagian besar warga dan lembaga pendidikannya berada di Sumatera Utara, khususnya eks Keresidenan Sumatera Timur. Hal ini perlu menjadi perhatian agar umat Washliyah tidak surut. Sebagai contoh, saya pernah mencari sekolah Al Washliyah di Pademawu – Pamekasan – Madura. Tapi apakah ada di sana Pengurus Daerah, Cabang, bahkan Rantingnya? Tidak usah jauh-jauh, di wilayah Sumatera Bagian Selatan, kiprah Al Washliyah masih belum massif. Padahal kalau misalnya PW Sumut dan PW Riau berperan mengembangkan Washliyah di Jambi dan Bengkulu, PB beserta PW Jawa Barat dan PW Banten mengembangkan Washliyah di Sumatera Selatan dan Lampung, maka Al Washliyah menjadi tuan rumah di Pulau Sumatera.

  1. Kaderisasi yang belum terintegrasi dengan Sistem Manajemen Personalia.

Program dan kegiatan pengkaderan yang dilakukan oleh Al Washliyah sebenarnya cukup bagus. Hanya saja masih sebatas pada pengkaderan tingkat dasar dan menengah di jenjang bangku sekolah dan perkuliahan. Namun masih belum menjawab kemana arah kader tersebut selepas ia mengenyam pendidikannya. Tentu saja kita mengharapkan adanya kader-kader unggul yang telah digembleng sedemikian rupa, lalu mengabdikan dirinya di Al Washliyah dan berperan aktif memajukannya.

Sebagai contoh, lulusan sekolah dan madrasah Al Washliyah, didayagunakan sebagai dai-dai Al Washliyah yang disebar di seluruh nusantara. Atau jika kelak kita memilki Badan Usaha Al Washliyah, maka merekalah yang bekerja sebagai profesional di sana. Sehingga lulusan sekolah Al Washliyah akan memiliki
nilai tambah baik secara keagamaan, keilmuan, dan juga peluang di dunia kerja.

  1. Belum memiliki lembaga think tank.

Memang Al Washliyah telah mendirikan Lembaga Kajian Strategis Al Washliyah (LKSA). Namun peran yang signifikan masih terbatas di bidang Studi Kealwashliyahan melalui organisasi riset CAS (Centre for Al Washliyah Studies). Harapannya agar dikuatkan peran lembaga pemikir seperti ini, entah dengan menambah organisasi riset dalam LKSA, ataupun dengan meningkatkan peran LKSA menjadi majelis afkar agar menyebar hingga ke tingkat kecamatan.

C. Opportunity (Peluang)

Selain potensi internal, pendirian Badan Usaha Al Washliyah juga memiliki kesempatan yang dating dari luar:

  1. Kemajuan Teknologi Informasi. Seiring perkembangan zaman, maka kemajuan teknologi turut mempengaruhi kondisi ekonomi. Apalagi kemajuan teknologi informasi yang menjadi tonggak era industri 4.0, yang digadang-gadang menyebabkan disrupsi ekonomi. Hal ini merupakan peluang bagi kita, karena biaya produksi dan promosi yang semakin murah.

Sebagai contoh, jika dulu promosi harus menggunakan media massa, maka sekarang dapat menggunakan media sosial secara gratis. Banyak lagi aspek lain yang dipengaruhi oleh teknologi informasi, seperti Internet of Things yang akan menurunkan ongkos produksi.

  1. Jumlah konsumen yang semakin banyak. Jika kita melihat piramida populasi, masih menunjukkan tren peningkatan jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan jumlah potensi konsumen yang akan terus meningkat. Selain meningkatnya poplulasi juga diiringi dengan meningkatnya kebutuhan akan produk. Dalam konteks Islam, kita melihat contoh dari perkembangan masjid, yang semakin banyak dan semakin cantik setiap tahunnya. Kita menyaksikan sendiri banyaknya renovasi masjid dan upaya melengkapinya dengan berbagai fasilitas. Andaikata kita punya satu unit usaha yang berfokus memenuhi kebutuhan masjid, maka inipun sudah memberikan profit yang cukup besar untuk Al Washliyah.
  2. Produk Islami yang masih sedikit. Harus diakui, produk Islami masih belum mampu mengalahkan produk-produk kapitalis yang terindikasi sarat dengan kepentingan zionis. Baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Padahal semangat umat Islam begitu membara untuk memboikot produk-produk zionis. Hal ini dapat dipahami karena Barat telah mengalami industrialisasi sejak abad ke 18. Sebaliknya kita umat Islam baru sungguh-sungguh menyadarinya di akhir abad ke 20. Hal ini menyebabkan kita masih mengalami ketergantungan dengan produk-produk mereka. Maka ini menjadi peluang yang besar bagi kita untuk meluncurkan produk-produk Islami.
  3. Kesempatan dari Regulasi Pemerintah. Sejak reformasi, kekuatan ekonomi Islam mendapatkan tempat khusus dalam perhatian pemerintah. Dimulai dengan pendirian bank syariah di bank-bank pemerintah, hingga pemberian konsesi tambang kepada organisasi Islam. Hal ini jelas merupakan peluang yang sangat besar, karena bisnis keumatan ini ternyata mendapat dukungan dari pemerintah.

D. Threat (Ancaman)

Di samping berbagai peluang yang terbentang, terdapat juga kiranya faktor penghambat yang perlu diwaspadai. Dalam hal ini ada beberapa ancaman:

  1. Persaingan dengan sesama organisasi Islam.

Persaingan jelas merupakan hal yang tidak terhindarkan. Sudah merupakan hukum alam untuk saling berkompetisi. Tidak ada masalah dalam persaingan ini selama dilakukan dengan cara-cara yang sehat. Malah sebenarnya persaingan yang sehat merupakan suatu keuntungan. Karena dengan demikian akan tercipta upaya untuk terus meningkatkan dan memperbaiki produk yang dihasilkan. Selain itu, dari persaingan yang sehat justru akan menimbulkan kolaborasi dan kerja sama, yang justru akan saling menguntungkan berbagai pihak.

  1. Kondisi Perpolitikan.

Salah satu faktor yang juga mungkin dpat menghambat yaitu faktor politik, baik skala daerah, nasional maupun internasional. Kita ketahui dua organisasi Islam yaitu NU dan Muhammadiyah memiliki partai politik yang berbasis massa mereka. Sedangkan Al Washliyah secara organisasi tidak memiliki kaitan dengan partai politik. Satu-satunya dalam sejarah yaitu Al Washliyah turut menjadi anggota Masyumi dan kemudian mendirikan Parmusi, yang selanjutnya berfusi menjadi PPP. Sejak bergulirnya era reformasi yang ditandai dengan munculnya partai politik baru, maka kader Washliyah juga banyak yang mengisinya. Bahkan kader Al Washliyah juga turut serta mendirikan partai-partai tersebut.

Relasi yang unik ini menjadikan Al Washliyah bersifat independen dan tidak terikat dengan kepentingan politik praktis. Namun harus diakui, kader Al Washliyah masih sedikit yang mengisi kancah perpolitikan nasional. Hal ini pun menyebabkan secara politik Al Washliyah kurang mendapat tempat yang sewajarnya, dan cenderung hanya dianggap sebagai organisasi lokal di Sumatera Utara. Padahal kalau kita mau mengkaji sejarah, mana ada organisasi Islam yang sejak berdirinya telah bersifat nasional. Seluruh organisasi ini pada mulanya bersifat kedaerahan. Muhammadiyah bermula di Yogyakarta dan NU berbasis di
sekitar kota Surabaya. Setelah Indonesia merdeka barulah kedua organisasi itu memindahkan sekretariatnya ke Ibu Kota. Hingga akhirnya terbentuklah paradigma bahwa umat Islam di Indonesia hanya berasal dari kedua organisasi tersebut. Maka dari itu, Al Washliyah perlu menajamkan langkahnya untuk mengisi politik di tingkat nasional, lebih- lebih lagi di panggung internasional.

Penutup

Kiranya inilah beberapa analisis yang dapat saya kemukakan mengenai harapan pembentukan Badan Usaha Al Washliyah. Adanya lembaga ini jelas akan menjadi bahan bakar bagi organisasi, terutama untuk mengembangkan dakwah dan amal sosial. Logikanya, tanpa adanya Badan Usaha ini saja kita mampu menjalankan dakwah tauhid dan menegakkan sunnah wal jama’ah, maka dengan adanya Badan Usaha ini seharusnya akan meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kita kepada umat.

Satu hal yang harus digarisbawahi, manajemen Badan Usaha ini kelak haruslah profesional dan terpisah dari Pengurus. Biarlah Pengurus menjadi semacam pengawas atau komisaris. Adanya Badan Usaha ini harus menjadi manfaat dan jangan malah menjadi mudharat karena menjelma sebagai bahan perebutan. Padahal aset Al Washliyah adalah waqaf produktif, yang secara hakikat merupakan milik Allah Ta’ala dan dapat digunakan oleh seluruh umat Islam. Maka Badan Usaha ini
juga harus menjadi waqaf produktif yang hasilnya kelak dimanfaatkan oleh umat Islam secara luas, bukan untuk kelompok dan golongan tertentu. Mudah-mudahan Allah SWT menerima niat ini dan memberikan pertolonganNya kepada kita untuk segera mewujudkannya. Aamiiiiin ya Robbal ‘alamin.

Muhammad Abduh Nasution
Sekretaris Majelis Dakwah PD Al Washliyah Deli Serdang, Sumatera Utara.

Common Enemy

0
Alexander Zulkarnaen

PENJAJAHAN dan segala bentuk kezhaliman kemanusiaan adalah musuh kita Bersama (common enemy). Dan Allah selalu punya cara untuk melindungi manusia dari keganasan kezhaliman manusia lainnya. Apakah dengan mengizinkan satu kaum melumat keganasan kaum lainnya.

وَلَوْلَا دَفْعُ ٱللَّهِ ٱلنَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ ٱلْأَرْضُ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى ٱلْعَٰلَمِينَ

“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (QS. Al Baqarah 251).

Atau bisa juga dengan cara seperti yang disebut Imam Jafar ash-Shadiq dalam shalawat asyghilnya, sebagaimana dinukil oleh Habib Ahmad bin Umar Al-Hinduan dalam kitabnya Al-Kawakibul Mudhiah fi Ash-Shalati Ala Khairil Bariyyah,

وَأَشْغِلِ الظَّالِمِينَ بِالظَّالِمِينَ

(Dan sibukkanlah orang-orang zhalim agar mendapat kejahatan dari orang zhalim lainnya).

Karenanya, dunia hari ini hanya tersisa kepada dua kelompok saja, bersama mendukung kezhaliman atau berdiri tegak membela dan membantu yang dizhalimi.

Dalam konteks kezhaliman yang mengerikan di tanah al-Quds, Fahmi Huwaidi, seorang cendekiawan Muslim Mesir mengatakan,

اليوم انصهرت المذاهب
ولم يبق لنا سوى مذهبين،
فإما أن تكون مقاوماً أو تكون صهيونياً
وكفى” (فهمي هويدي)

“Hari ini sekat-sekat mazhab telah mencair, dan tidak tersisa bagi kita kecuali dua mazhab; apakah engkau berada di mazhab perlawanan atau engkau di mazhab zionis. Dan itu sudah cukup.”

Hal senada juga disampaikan Buya Yahya dalam sebuah kesempatan, begitu pula dengan tokoh Muslim lainnya, “Hari ini bukan waktunya kita bicara urusan perbedaan keyakinan. Dan kita sudah terlambat. Bersama-sama meyakini bahwasanya 1sr4el adalah musuh kita bersama. Dia telah menodai kemanusiaan. Bukan sekadar urusan agama, sehingga siapa pun yang ingin membela P4lestina hari ini maka mesti kita dukung bersama.”

Maka, tetap bersama melawan kezhaliman dan kebathilan karena yang bathil pasti akan hancur binasa.

إِنَّ ٱلْبَٰطِلَ كَانَ زَهُوقًا

“Sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al Isra’ 81).

Dan pastikan kita di gerbong yang haq dan berkontribusi aktif menegakkannya. Jangan sempat tak berbuat maslahat karena sengaja Allah sisakan medan jihad ini untuk menguji kita bersama.

وَلَوْ يَشَآءُ ٱللَّهُ لَٱنتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَا۟ بَعْضَكُم بِبَعْضٍ ۗ وَٱلَّذِينَ قُتِلُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَلَن يُضِلَّ أَعْمَٰلَهُمْ

Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka.” (QS. Muhammad 4).

Nashrun minAllah wafathun qoriib wabasysyril mu’miniin.

Alexander Zulkarnaen
Ketua Majelis Dakwah Pengurus Wilayah Al Washliyah Sumut

Perumpamaan Orang Beriman Itu Bagaikan Lebah

0
Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM

Saudaraku, dalam Al Qur’an tercatat nama lebah sebagai bagian kisah penting umat manusia. Lebah (An-Nahl) juga dijadikan sebagai nama surah dalam Al Qur’an. Kenapa demikian pentinya lebah?

Rasulullah bersabda: “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah, ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih, tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapi).” (HR Ahmad, Al-Hakim dan Al Bazzar).

Artinya, seorang mukmin harus memiliki sifat unggul dan istimewa, dibandingkan manusia lain. Kehadirannya selalu membawa manfaat dan maslahat bagi manusia lain. Seperti dijelaskan Rasulullah SAW: “Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain.”

Janganlah kita seperti pohon berbuah racun yang selalu mendatangkan mudhorat pada orang sekelilingnya. Pohon berbuah racun adalah jenis pohon yang paling berbahaya. Tampilannya menarik, tertapi isinya berbisa. Jika dimakan racunnya menjalar sampai ke jantung dan bisa mematikan (QS Lukman [31] 18-19). Itulah keangkuhan,yakni menolak kebenaran (merasa paling benar) dan merendahkan bahkan menistakan orang lain. (HR Muslim).

Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah dia tidak beriman, demi Allah dia tidak beriman, demi Allah dia tidak beriman,” Seseorang bertanya: Siapa dia ya Rasulullah?” “Orang yang tetangganya tidak aman dari keburukannya.” (HR Bukhori).

Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM
Ketua Umum PB Al Washliyah

Ketua Umum PB Al Washliyah Lantik Yusra Jamali Menjadi Rektor Unada Banda Aceh

0

BANDA ACEH – Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM melantik Dr.Yusra Jamali, M.Pd menjadi Rektor Universitas Al Washliyah Darussalam (Unada) Banda Aceh periode 2024-2028, pada hari Rabu 25 Juni 2025/29 Zulhijjah 1446 H.

Upacara pelantikan berlangsung di Kampus Unada Banda Aceh, Jalan Al Washliyah No 1 Lam Ara, Rukoh, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.

Turut hadir mendampingi Ketua Umum PB Al Washliyah, antara lain Sekretaris Jenderal PB Al Washliyah, Dr.Ir.H.Amran Arifin, MM,MBA, Bendahara Umum PB Al Washliyah, Drs.H.Rijal Naibaho, MM dan Ketua Majelis Pendidikan PB Al Washliyah, H.Ridwan Tanjung, SH, M.Si. Hadir kalangan rektor dan ketua-ketua perguruan tinggi Al Washliyah se-Indonesia, pengurus Al Washliyah setempat.

Sekretaris Jenderal PB Al Washliyah, Dr.Ir.H.Amran Arifin, MM, MBA menambahkan bahwa Unada merupakan akselerasi sekolah tinggi Al Washliyah ingga menjadi Universitas Al Washliyah Darussalam Banda Aceh. Dengan penuh dinamika, kata Amran, selaku ketua panitia akselerasi berjuang pembentukan Unada kurang lebih 1,3 tahun.

Peresmian dan pelantikan Rektor Unada Banda Aceh ini ditandai dengan acara makan bersama kuah balangong di kampus Unada. Satu ekor lembu hadiah dari PB Al Washliyah kepada kampus tersebut disembelih untuk disantap bersama, sebagai bentuk rasa syukur pengurus besar, atas keberhasilan sekolah tinggi Al Washiyah menjadi universitas di Provinsi Aceh.

Insya Allah pada tahun ini, lanjut Amran, akan lahir institute baru Al Washliyah di Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Riwayat Hidup

Yusra Jamali, putra kelahiran Beuracan-Meureudu, Aceh, pada 08 Februari 1976. Sejak 2009-2020 tercatat sebagai Dosen IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung.

Yusra menyelesaikan Pendidikan Doktoral program studi Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta lulus 2016. Semasa menempuh Pendidikan doktoral pernah menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Pascasarjana (IMPAS) Aceh di Jakarta periode 2013-2016.

Tercatat sebagai Komisioner Komisi Independen Pemilhan (KIP/KPU) Provinsi Aceh Periode 2003-2008, pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Aceh Periode 2009-2013.

Pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung Periode 2017-2020. Sejak Februari 2020 menjadi Dosen Tetap pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Ar Raniry Banda Aceh.

Strata 1, Komunikasi dan Penyiaran Islam, IAIN Ar-Raniry, Strata 2 Manjemen Pendidikan, Universitas Syiah Kuala, Strata 3 Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta (UNJ). (sir)

Peringati Tahun Baru Islam di Aceh, Ketum PB Al Washliyah: Masjid Mesti Jadi Pusat Peradaban Umat

0
Dr.H.Masyhuril Khamis SH,MM

BANDA ACEH – Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM, Insya Allah ceramah peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Provinsi Aceh, pada Kamis malam 26 Juni 2025/30 Zulhijjah 1446 H. Tema yang disematkan pada acara ini adalah ‘Hijrah merajut persatuan dalam membangun Aceh yang bermartabat dan Islami.’

Menurut kiai kondang Masyhuril Khamis, peristiwa hijrah adalah momentum penting dalam perjalanan risalah Islam dan ini bagian strategi perluasan dakwah Islam. Hijrah dapat bermakna tiga hal, pertama, hijrah makaniyah di mana terjadinya perpindahan kaum muslimin yang sudah dikader di Makkah oleh Rasulullah SAW menuju Madinah yang dulu disebut Yatsrib dan ini juga disebut hijrah insaniyah.

Kedua, kata Ustad Masyhuril, hijrah Qalbiyah atau juga hijrah maknawiyah yaitu hijrah untuk peningkatan kualitas nilai-nilai ketaqwaan. Hijrah ini juga disebut hijrah tsaqafiyah, atau hijrah kebudayaan dari tradisi jahiliyah menuju budaya Islamiyah.

Ketiga, hijrah jihadiyah yaitu hijrah untuk dakwah Islamiyah atau disebut juga hijrah Islamiyah, di mana semua kita harus punya kepasrahan hanya kepada Allah SWT.

Setelah hijrah, Rasulullah membangun Madinah menjadi kota yang memancarkan cahaya, cahaya kebenaran, cahaya kemenangan, Madinah Al Munawwarah.

Masyhuril Khamis menjelaskan, setidaknya empat hal penting yang dilakukan Rasulullah SAW.

  1. Membangun Masjid Quba dan membangun masjid Nabawi dengan tujuan membangun nilai-nilai taqwa, nilai-nilai berjamaah, persatuan dan persaudaraan.
  2. Menguatkan ikatan persaudaraan Muhajirin dan Anshor sebagai basis kekuatan membangun umat.
  3. Membangun pasar atau membangun perekonomian umat Islam
  4. Menguatkan pondasi politik sebagai bagian merajut masyarakat yang plural dengan diterbitkannya ‘piagam Madinah.’

“Berkaitan dengan momentum hijrah 1447, tentu kita harus memaknai hijrah dengan hijrah maknawiyah, hijrah Qalbiyah untuk terus meningkatkan nilai-nilai taqwa, hijrah tsaqafiyah untuk nilai-nilai akhlakul karimah dan hijrah jihadiyah atau hijrah untuk kemajuan dakwah Islamiyah,” papar Masyhuril Khamis yang juga Ketua Pusat Dakwah Perbaikan Akhlak Bangsa MUI Pusat ini.

“Kita harus selalu merawat persatuan sebagai mana Rasul mempersaudarakan Muhajirin dan Anshor melalui kekuatan jamaah, dan itu melalui Masjid,” sambung Masyhuril.

Pengurus Badan Wakaf Indonesia (BWI) Pusat ini mengingatkan masjid mesti menjadi pusat peradaban umat, khususnya di Serambi Makkah, Aceh.

Persaudaraan antar jamaah masjid seharusnya menjadi program penting, selain untuk merajut ukhuwah tentu untuk membangun kekuatan sentra ekonomi umat. Dalam membangun Aceh yang bermartabat dan Islami tentu diperlukan konsistensi untuk:

  1. Peningkatan kualitas Aqidah umat dengan mendisiplinkan nilai-nilai ibadah, menghidupkan masjid dengan kajian-kajian keagamaan yang konsisten.
  2. Mendorong anak-anak untuk kembali mentadabbur Al Qur’an, mengaji dan mengkaji Al Qur’an. (sir)

Kamis Malam, Ketum PB Al Washliyah Ceramah Tahun Baru Islam di Masjid Baiturrahman Banda Aceh

0
Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM.

JAKARTA – Pemerintah Provinsi Aceh akan menyelenggarakan peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, pada hari Kamis malam 26 Juni 2025/30 Zulhijjah 1446. Insya Allah tampil sebagai penceramah Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah, Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM.

Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Daerah Pemprov Aceh, M.Nasir, S.IP,MPA menjelaskan bahwa acara dimaksud bertema: “Dengan Momentum Peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H Mari Hijrah Merajut Persatuan Dalam Membangun Aceh yang Bermartabat dan Islami.” Kegiatan dilaksanakan pukul 20.15 WIB (Ba’da Salat Isya).

Sebelum tampil di Masjid Raya Baitturahman, Ketua Umum PB Al Washliyah dijadwalkan melantik Dr.Yusra Jamali,M.Pd menjadi Rektor Universitas Al Washliyah Darussalam (Unada) Banda Aceh, pada hari Rabu 25 Juni 2025 pukul 08.30 Wib di Kampus Unada Banda Aceh.

Sedangkan pada hari Kamis 26 Juni 2025 pukul 08.30 Wib, Ketua Umum PB Al Washliyah akan menghadiri dan memberi arahan pada acara wisuda sarjana (S1) Unada dan STAI Al Washliyah Banda Aceh, semester genap tahun akademik 2024-2025.

Turut mendampingi Ketua Umum PB Al Washliyah, antara lain Sekretaris Jenderal PB Al Washliyah, Dr.Ir.H.Amran Arifin, MM,MBA, Ketua Bidang Pendidikan PB Al Washliyah/Ketua Majelis Pendidikan, H.Ridwan Tanjung, SH, M.Si, pengurus wilayah dan pengurus daerah Al Washliyah setempat.

Catatan website ini, Sabtu tanggal 21 Juni 2025 Ketua Umum PB Al Washliyah beserta Sekjen PB Al Washliyah melantik Pengurus Wilayah Al Washliyah Sulawesi Utara di Kota Manado. Hari Senin 23 Juni 2025 pukul 14.00 Wib, memberi arahan pada pembahasan RAB (Rencana Anggaran Belanja) Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al Washliyah di Jakarta.

Selasa 24 Juni 2025 terbang ke Banda Aceh untuk mengikuti serangkaian kegiatan organisasi Al Washliyah. (sir)

Mengenang KH Aziddin, Ketua Umum PB Al Washliyah 1997-2010

0
KH Aziddin semasa hidup.

KH AZIDDIN, SE, M.Sc, dilahirkan di Desa Bandar Durian, Kecamatan Aek Natas, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara, pada tanggal 11 Desember 1942. Menikah dengan gadis bernama Hj Zainiar Lubis dan pasangan ini dikarunia 5 orang anak.

Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah (PB Al Washliyah) periode 1997-2010 ini meninggal dunia pada usia 73 tahun, tepatnya hari Jumat 13 Februari 2015.

Jenazah dimakamkan di TPU Kemiri Rawamangun, Jakarta Timur. Pada saat itu almarhum menjabat Dewan Pertimbangan PB Al Washliyah.

Lima orang anak almarhum adalah, Abdul Haris Azhari (Alm), Ihutan Makmur, Mohammad Fajar Bakti Parlindungan, Nur Indah Sari dan Adlan Leo.

Semasa hidup, KH Aziddin termasuk aktivis organisasi. Menyelesaikan Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Fakultas Keguruan Ilmu dan Ilmu Pendidikan di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) di Medan, Sumatera Utara. Ia banyak bergaul dan mengenal tokoh-tokoh Al Washliyah, antara lain H.Bahrum Djamil, Adnan Lubis dan HM Arsyad Thalib Lubis. Tokoh ini dikenal oleh KH Aziddin, selain sebagai dosen di kampus, juga beliau mengenal dekat kepribadian tokoh dan ulama Al Washliyah tersebut.

Di Sumatera Utara, KH Aziddin aktif pada sejumlah organisasi sosial keagamaan, seperti Gerakan Pemuda Al Washliyah (GPA) tahun 1966. Ketua Umum Pemuda Pelajar Mahasiswa (IPEPMA) Labuhan Batu (1966-1971), anggota Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1966-1973. Anggota Sekber Golkar (1971-1974) dan Sekretaris Jenderal PB Al Washliyah (1986-1997).

Sejarah mencatat, andil KH Aziddin untuk menyelenggarakan Muktamar XVI pada 20-24 Februari 1986/10-14 Jumadil Akhir 1406 H di Wisma Haji Ciliwung, Bukit Duri, Jakarta Selatan, cukup dominan dan luar biasa. Padahal waktu itu pelaksanaan muktamar sempat tertunda dari jadwal yang ditetapkan, akibat persoalan internal dan nasional. Akhirnya peran KH Aziddin bersama Ustad Ridwan Ibrahim Lubis (alm) dan lainnya, muktamar dapat terselenggara dengan sukses di era Orde Baru.

KH Aziddin terpilih sebagai Sekjen PB Al Washliyah, sementara Ustad Ridwan Ibrahim Lubis menjadi Ketua umum PB Al Washliyah. Keputusan muktamar yang paling monumental adalah perpindahan kantor sekretariat PB Al Washliyah dari Medan, Jalan Sisingamangaraja Medan, Sumatera Utara (Kini Kantor PW Al Washliyah Sumatera Utara) ke ibukota Jakarta. Kantor Sekretariat pertama berada di rumah Abah Yunan Helmi Nasution di Jalan Tomang Tinggi Raya, Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol, Jakarta Barat.

Selain itu, pengurus besar dan organisasi bagian Al Washliyah pun ‘wajib’ berdomisili di Jabodetabek. Dengan ketentuan ini, banyak tokoh muda dan pengurus Al Washliyah ikut ‘hijrah’ ke ibukota seakan terbawa arus perpindahan pengurus besar.

Di bidang politik, KH Aziddin pada masa Orde Baru berkiprah melalui Partai Golkar, dan sempat menjadi anggota Sekber Golkar (1971-1973), anggota MPR (1992-1997), anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) tahun 1997-1998 sewaktu Presiden HM Soeharto.

Pada era reformasi, KH Aziddin menjadi anggota MPR (1999-2004). Ia juga menjadi satu di antara deklarator dan wakil Ketua DPP Partai Demokrat besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dideklarasikan pada 17 Oktober 2002. Partai Demokrat menjadi partai pemenang Pemilu dan menjadi partai penguasa sejak tahun 2004 sampai tahun 2014.

Di awal pemerintahan SBY, KH Aziddin sempat dipercaya menjabat Ketua Fraksi Demokrat DPR RI (2004-2006)dan anggota Komisi VIII DPR. Saat itu beliau masih menjabat Ketua Umum PB Al Washliyah.

Belakangan, KH Aziddin menyatakan keluar dari partai tersebut dan bergabung dengan Partai Hanura (Hati Nurani Rakyat) yang dibidani oleh Jenderal TNI Purn H.Wiranto yang dideklarasikan pada 13-14 November 2006.

Sosok KH Aziddin semasa hidup sangat ramah, supel, familiar dan selalu tampil rapi. Tidak heran apabila namanya mencuat dan tersohor ke mana-mana. Semasa era Presiden BJ Habibie, pengurus Al Washliyah melakukan kunjungan silaturahmi kepada Presiden BJ Habibie di Istana Merdeka sebagai rangkaian kegiatan organisasi Al Washliyah di Asrama Haji Pondokgede, Jakarta Timur.

Banyak catatan penulis buat mengenang KH Aziddin, satu di antara tokoh pembawa perkumpulan Al Washliyah ke pentas nasional. (syamsir)

Ditakutkan Bila Kaya Materi Miskin Rohani

0
Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr.H.Masyhuril Khamis,SH,MM.

Firman Allah SWT: “Kalau saja penduduk suatu negeri mau beriman dan bertakwa kepada Kami, niscaya akan Kami bukakan pintu berkah buat mereka dari langit dan bumi. Tapi sayang, mereka mendustakan yat-ayat Kami, sehingga Kami hinakan saja mereka dengan apa yang sudah mereka dustakan.” (QS Al A’raf ayat 96)

Saudaraku, ayat ini memberikan pelajaran bagi kita yang mau menapak tilas sejarah kebangkitan bangsanya, hendaknya melakukan hijrah mental spiritual dan penekanannya tetap pada iman dan takwa. Kebangkitan itu membutuhkan komunitas umat Islam yang kaya rohani dan kaya materi. Tanpa itu agak riskan membicarakan suatu kebangkitan. Kenyataannya kita baru sekadar kaya rohani, meski pun tidak semuanya miskin materi. Namun yang paling ditakutkan bila kita kaya materi tapi miskin rohani, ini dikhawatirkan membawa manusia kepada kehidupan yang hampa menjurus kepada kehidupan sekularisme. (Jangan Lepaskan Islam Walau Sedetik)

Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM
Ketua Umum PB Al Washliyah

Lagi, Pesawat Haji Saudi Mendarat Darurat di Kuala Namu, Pemulangan Jemaah Aman dan Lancar

0

JAKARTA – Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) Kementerian Perhubungan memastikan bahwa proses pemulangan jemaah haji kelompok terbang (kloter) 33 Debarkasi Surabaya dari Arab Saudi berjalan lancar dan aman. Jemaah terbang dari Kualanamu menggunakan pesawat Saudia Airlines yang sama, nomor penerbangan SV 5688.

Pesawat SV 5688 yang membawa 376 penumpang dan terbang dengan rute Jeddah–Muscat–Surabaya mendapat ancaman bom melalui sambungan telepon yang diterima petugas Air Traffic Control (ATC) di Jakarta Area Control Center (ACC) dari Kuala Lumpur ACC. Berdasarkan prosedur keamanan, pilot memutuskan untuk mengalihkan rute (divert) ke Bandar Udara Internasional Kualanamu, Medan untuk memastikan keselamatan penumpang dan kru.

Pesawat mendarat darurat di Kualanamu pukul 09.27 WIB dan langsung ditangani dengan prosedur emergency treatment oleh petugas bandara, Tim Gegana Polri, TNI, Aviation Security, dan unsur lainnya. Pemeriksaan menyeluruh dilakukan terhadap penumpang, kru, kabin pesawat, serta kompartemen kargo.

“Pada 16.30 WIB, pesawat diserahkan dari pihak Polda Sumatera Utara kepada otoritas bandara dengan status hijau, setelah dinyatakan aman dan tidak ditemukan indikasi bahan berbahaya apa pun,” ujar Lukman F. Laisa, Direktur Jenderal Perhubungan Udara, di Jakarta, Minggu (22/6/2025).

Setelah mendapatkan status aman, pesawat diberangkatkan kembali menuju Surabaya pada Minggu dini hari (22/6) pukul 03.30 WIB, dan mendarat dengan selamat di Bandar Udara Internasional Juanda pukul 08.00 WIB. Selama masa penanganan di Kualanamu, seluruh penumpang dan kru difasilitasi dengan akomodasi hotel, konsumsi, serta pendampingan pelayanan oleh tim bandara dan maskapai.

“Kementerian Perhubungan melalui Ditjen Hubud terus melakukan pengawasan dan koordinasi intensif dengan operator penerbangan, pengelola bandara, otoritas keamanan, dan pihak terkait lainnya untuk memastikan semua proses berjalan sesuai prosedur dan tetap mengedepankan keselamatan,” kata Lukman.

Seluruh proses penanganan insiden ini dilaksanakan dengan mengacu pada protokol kontinjensi keamanan penerbangan, sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 140 Tahun 2015 tentang Program Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan Penerbangan Nasional dan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor PR 22 Tahun 2024 tentang Pedoman Teknis Penilaian Ancaman Keamanan Penerbangan.

“Sama seperti penanganan pada Saudia Airlines SV 5276 rute Jeddah–Jakarta, langkah-langkah penanggulangan keadaan darurat keamanan penerbangan yang dilakukan telah sesuai dengan protokol yang berlaku. Setelah melalui penilaian menyeluruh, ancaman yang diterima diklasifikasikan sebagai hoaks oleh otoritas keamanan,” ucap Lukman.

Sebagai bentuk antisipasi terhadap potensi kejadian serupa, Ditjen Hubud telah menjalin koordinasi formal dengan Otoritas Penerbangan Sipil Arab Saudi atau General Authority of Civil Aviation (GACA) Arab Saudi untuk meningkatkan kolaborasi dalam pengamanan penerbangan, khususnya selama periode angkutan haji.

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menyampaikan apresiasi terhadap semua unsur yang terlibat dalam penanganan cepat dan profesional atas insiden ini. Komitmen Ditjen Hubud tetap pada prioritas utama: menjaga keselamatan, keamanan, dan kenyamanan penumpang dalam setiap layanan penerbangan nasional maupun internasional.

ANCAMAN BOM

Ancaman bom di Pesawat Saudia Airines SV-5276 rute Jeddah-Jakarta menjadi perhatian Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Pesawat yang membawa jemaah haji itu mendarat darurat di Bandara Kualanamu.

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief bersyukur membaca keterangan Kapolda Sumut Irjen Wishnu Hermawan Februanto bahwa bardasarkan hasil pemeriksaan, dinyatakan pesawat itu steril dari benda bermuatan bom.

PPIH Arab Saudi, kata Hilman, terus melakukan koordinasi dengan pihak Saudia Airlines terkait dengan rencana penerbangan jemaah haji Indonesia. Terkait prosedur pengamanan pesawat di Bandara Kualanamu, kata Hilman, hal itu sepenuhnya diserahkan kepada otoritas bandara.

“Prosedur pengamanan diserahkan pada otoritas terkait di Bandara Kualanamu, baik pihak kepolisian, maskapai dan otoritas bandara,” tegas Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief di Makkah, Selasa (17/6/2025).

“Pengecekan kondisi jemaah dan barang bawaannya dilakukan sesuai dengan peosedur yang berlaku,” sambungnya.

Dijelaskan Hilman, saat ini jemaah haji Indonesia yang tergabung dalam kelompok terbang 12 Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS 12) ⁠ diistirahatkan di hotel setempat. Jemaah asal Kota Depok itu juga sudah mendapatkan fasilitas konsumsi.

“Kemenag terus berkoordinasi dengan pihak Saudia Airlines untuk tetap menjaga ritme penerbangan pemulangan jemaah di kelompok terbang berikutnya,” paparnya.

“Kami harap jemaah tetap tenang, tidak panik, dan mempercayakan penanganan masalah kepada pihak berwenang. Kami harap jemaah juga bisa segera kembali ke pangkuan keluarganya dengan sehat dan rasa bahagia,” tandasnya sebagaimana dikutip dari laman kemenag. (kemenag/sir)

Empat Program Rasulullah Saw di Madinah

0
Poto: Ketua Umum PB Al Washliyah Dr. KH. Masyhuril Khamis, SH., MM

Saudaraku, “Setelah Rasulullah Saw berada di Madinah, setidaknya ada empat program utama yang dilakukan: (1) Membangun masjid. Disamping Masjid Quba, di Madinah untuk pertama sekali Nabi Muhammad membangun masjid di atas tanah yang telah disediakan kaum Anshor dan masjid tersebut dikenal dengan Masjid Nabawi. (2) Mempersaudarakan antara kaum muslimin Makkah yang ikut hijrah (muhajirin) dengan penduduk Madinah, yang memberi pertolongan atau bantuan (Anshor), (3) Membentuk Baitul Mal, (4) Membuat konstitusi atau yang lazim disebut Piagam Madinah.”

Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM
Ketua Umum PB Al Washliyah

PW Al Washliyah Sulawesi Barat Silaturahmi ke Gubernur Sulbar

0

PENGURUS WILAYAH Al Jam’iyatul Washliyah (PW Al Washliyah) Sulawesi Barat silaturahmi ke Gubernur Sulawesi Barat Dr.H.Suhardi Duka, MM bersama Mantan Kapolda Sulbar,Brigjen Pol Purn Baharudin Jafar, pada 9 Juni 2025 lalu, di Kota Mamuju. PW Al Washliyah Sulbar periode 2025-2030 ini bermaksud memperkenalkan pengurus baru Al Washliyah Sulbar yang dipimpin oleh Dr.H.Dadik Syakur. (rilis/sir)

Guna Mendapatkan Izin Laznas, Tim Verifikasi Kemenag Datangi Kantor Alzis

0

JAKARTA – Tim verifikasi Kementerian Agama RI melakukan peninjauan ke Kantor Al Washliyah Zakat Infaq dan Sedekah (Alzis) di lantai III Gedung Kantor PB Al Jam’iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), Jalan Jenderal Ahmad Yani No 41 Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat, pada hari Jumat pagi 20 Juni 2025/24 Zulhijjah 1446 H.

Tim Kemenag terdiri dari Myrna Yulianti, Sinta Khairunnisa, Ahmad Arifuddin Jamil dan Nurlela. Tim ini disambut oleh Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah, Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM, Bendahara Umum PB Al Washliyah, Drs.H.Rijal Naibaho, MM, Dewan Syariah Alzis, Dr.KH.Iskandar Mirza, MA, Direktur Alzis, Mohammad Affan, S.Si dan manajer serta staf Alzis.

Kedatangan tim Kemenag ini, menurut Affan, sebagai tindaklanjut berkas permohonan izin Alzis menjadi Lembaga Amir Zakat Nasional (Laznas). Selama ini masih sebagai Unit Pengumpul Zakat (UPZ). Karena itu, tim tersebut melihat dan memverifikasi dengan datang langsung ke kantor Alzis.

Kepada tim, Affan memaparkan seputar program kerja Alzis, pada hari ini dan akan datang. Kemudian memperlihat dokumen administrasi Alzis, termasuk legalitas kantor dan organisasi Al Washliyah. Organisasi kemasyarakat Islam ini berdiri 30 November 1930 di Kota Medan, Sumatera Utara. Telah memiliki 35 dari 38 wilayah/Provinsi di Indonesia, 704 Lembaga Pendidikan dasar dan menengah, 10 perguruan tinggi, 9 panti asuhan, 3 badan usaha, 8 perwakilan luar negeri.

Selain itu, status badan hukum, rekomendasi, pengawas syariah, kemampuan teknis dan pelaporan keuangan, transpransi, akuntablitas, program Alzis. Semua kelengkapan admnistrasi dan laporan untuk memenuhi kelengkapan persyaratan, seperti aset dan sertifikat tanah, kantor disiapkan secara lengkap untuk mendapatkan izin Laznas, kata Affan.

Apa yang dipertanyakan oleh tim verifikasi, menurut Affan, telah mereka siapkan dengan baik. “Kami menunggu hasilnya,” ucap Affan.

Sebanyak empat orang tim tersebut berada di Kantor PB Al Washliyah sekitar dua jam lebih. Pada umumnya tim memverifikasi dan validasi dokumen serta legalitas pendirian Alzis, yang dibentuk oleh PB Al Washliyah sebagai lembaga khusus di jajaran Al Washliyah. (sir)