ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ ࣖ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Mengawali khutbah ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan sekaligus keimanan kepada Allah SWT. Wujud ketaqwaan adalah menguatkan dan melakukan komitmen untuk menjalankan segala yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan apapun yang dilarang oleh Allah Swt. Sedangkan wujud keimanan adalah meningkatkan keyakinan kepada 6 hal yakni yakin pada Allah, Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, Hari Kiamat, dan Takdir baik dan buruk dari Allah Swt. Iman dan taqwa ini lah yang akan menjadi rambu-rambu dalam perjalanan hidup kita di dunia dan diharapkan kita akan bahagia di akhirat kelak nanti. Amin.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Pada kesempatan yang penuh berkah ini, marilah kita bersama-sama merenungkan firman-firman Allah dalam Al-Qur’an yang menggambarkan betapa agung dan mulianya sosok Nabi Muhammad SAW. Perenungan ini sangat penting agar keimanan dan kecintaan kita kepada Rasulullah semakin kokoh, karena beliau adalah manusia pilihan yang diutus membawa risalah kebenaran dan menuntun umatnya menuju kemuliaan hidup di dunia dan akhirat.
Terlebih, kita baru saja melewati bulan Rabiul Awal — bulan yang istimewa karena menjadi waktu kelahiran Rasulullah SAW yang juga dikenal sebagai bulan Maulid, bulan yang mengingatkan kita untuk memperbanyak shalawat dan meneladani perjuangan beliau dalam menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Keistimewaan dan kemuliaan Nabi Muhammad yang pertama disebut dalam Al-Qur’an Surat Al Ahzab ayat 56 yakni:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS AL Ahzab : 56)
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa kita diperintahkan untuk senantiasa bershalawat kepada Nabi Muhammad. Jangankan kita manusia, Allah dan para malaikat-Nya pun bershalawat kepada Nabi Muhammad. Inilah bukti yang menunjukkan keistimewaan dan kemuliaan Nabi Muhammad di banding manusia lain di muka bumi ini.
Dalam Tafsir Kementerian Agama RI dijelaskan bahwa shalawat dari kita kepada Nabi merupakan wujud berdoa agar diberi rahmat, seperti dengan perkataan, “Allāhumma ṣalli ‘alā sayyidina Muḥammad”. Sedangkan shalawat dari malaikat berarti memohonkan ampunan dan shalawat dari dari Allah Swt. memiliki tujuan untuk memberi rahmat. Selanjutnya, keistimewaan Nabi disebutkan dalam Surat Al-Ahzaab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Artinya: “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.”
Ayat tersebut menegaskan bahwa Rasulullah ﷺ merupakan teladan sempurna dalam setiap sisi kehidupan manusia. Seluruh perilaku, ucapan, dan tindak tanduk beliau mencerminkan kemuliaan akhlak yang patut dijadikan pedoman oleh umatnya. Banyak riwayat yang menggambarkan betapa luhur budi pekerti beliau, tidak hanya terhadap para sahabat dan orang-orang terdekat, tetapi juga terhadap mereka yang pernah menyakiti atau memusuhinya.
Keagungan akhlak Nabi ini sejalan dengan tujuan utama beliau diutus ke muka bumi, sebagaimana sabdanya, yaitu untuk menyempurnakan akhlak manusia agar menjadi insan yang beradab dan berakhlak mulia.
Rasulullah bersabda: إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخَلاقِ Artinya: “Sungguh aku diutus menjadi Rasul untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Baihaqi dan Hakim)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Keistimewaan selanjutnya dari Nabi Muhammad termaktub dalam Surat Al-Ahzab ayat 40:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰكِنْ رَّسُوْلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِيّٖنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا ࣖ
Artinya: “Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, melainkan dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs Al-Ahzab ayat 40).
Ayat ini memberikan pengingat yang tegas kepada kita bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi dan rasul yang diutus Allah ke dunia. Kedudukan beliau sebagai Khatamun Nabiyyin merupakan keyakinan pokok dalam ajaran Islam yang wajib kita imani sepenuhnya. Karena itu, siapa pun yang mengaku sebagai nabi atau utusan Allah setelah beliau, maka pengakuan tersebut adalah kebohongan yang nyata.Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan risalah ilahi yang telah disampaikan oleh para nabi sebelumnya.
Dengan turunnya Islam sebagai agama terakhir, maka sempurnalah petunjuk hidup bagi manusia. Oleh sebab itu, sebagai umatnya, kita wajib memegang teguh ajaran Islam ini hingga akhir hayat, menjadikannya pedoman dalam seluruh aspek kehidupan:
اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ
Artinya: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. (QS Al-Maidah:3).
Terkait keistimewaan Nabi dan ajarannya juga disebutkan dalam surat As-Saff ayat 9:
هُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ بِالْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖۙ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ࣖ
Artinya: “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk dan agama yang benar agar Dia mengunggulkannya atas semua agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Selanjutnya, keistimewaan Nabi Muhammad disebutkan dalam Al-Qur’an surat Anbiya ayat 107: وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ Artinya: “Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.”
Ayat ini menegaskan bahwa kehadiran Nabi Muhammad SAW di muka bumi bukan hanya sebagai rahmat bagi umat Islam, melainkan juga bagi seluruh alam semesta. Islam yang beliau bawa hadir sebagai sumber kasih sayang universal, meliputi manusia, hewan, bahkan seluruh ciptaan Allah. Gelar sebagai rahmatan lil ‘alamin ini merupakan keistimewaan yang tidak diberikan kepada para nabi sebelumnya.
Menurut penjelasan Imam ath-Thabari dalam tafsirnya yang mengutip pendapat Ibnu Abbas, pengutusan Rasulullah merupakan wujud kasih sayang Allah kepada seluruh umat manusia, baik yang beriman maupun yang tidak. Bagi kaum mukmin, rahmat itu berupa petunjuk dan balasan surga atas amal saleh mereka. Sedangkan bagi yang tidak beriman, rahmat tersebut tampak dalam bentuk ditangguhkannya azab di dunia, tidak langsung disiksa sebagaimana umat-umat terdahulu yang menolak rasul mereka.
Dengan keagungan ini, maka kelahiran Rasulullah SAW menjadi nikmat besar yang seharusnya kita syukuri dan rayakan. Terlebih pada bulan Rabiul Awal — bulan kelahiran Nabi — umat Islam dianjurkan memperbanyak shalawat serta mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Allah berfirman dalam surah Yunus ayat 58:
قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ
“Katakanlah (wahai Muhammad), dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus [10]: 58)
Ayat ini menjadi dorongan agar kita bergembira atas hadirnya Nabi Muhammad SAW, yang salah satu wujudnya adalah memperingati Maulid Nabi. Perayaan ini bukan sekadar tradisi, melainkan bentuk cinta kepada Rasulullah dan sarana memperkuat hubungan dengan Allah melalui berbagai amal saleh seperti membaca Al-Qur’an, bershalawat, bersedekah, mengkaji sirah Nabi, serta berdzikir mengingat-Nya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Demikian tadi beberapa bukti nyata keistimewaan dan kemuliaan Nabi Muhammad yang disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam yang tidak ada keraguan di dalamnya. Semoga bisa menambah pemahaman kita dan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad. Semoga kita termasuk umatnya yang akan mendapatkan syafaatnya di yaumil kiamat nanti. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Fery Saptadiputra, S.Pd.I
Majelis Dakwah Pengurus Wilayah Al Washliyah Sumatera Utara