
Aswan Nasution
“Betapa indah dunia ini jika gelombang suara yang mengalun mengalir nenyelimuti alam ini adalah suara-suara dakwah. Betapa bumi ini makin lama akan semakin menuju ke dalam arah kebaikan. Subjek suara itu, yaitu orang- orang yang dengan percaya diri menyatakan “innani minal muslimin, bahwa “kami ini adalah bagian dari umat Islam”, bahkan dipuji langsung oleh Allah SWT sebagai orang-orang yang ahsanu qaulan, lebih baik perkataannya”. (Kaffahmedia).
DI DALAM surat Al-Fushilat ayat 33, Allah berfirman: “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang muslim.” (QS. Fushilat: [43]: 33).
Dari gambaran ayat di atas kiranya kita bisa pahami bahwa perkataan yang paling baik di antara semua umat manusia direpsentasikan oleh orang-orang yang berdakwah di jalan Allah, terbiasa beramal shalih, dan menegaskan diri bahwa mereka adalah orang-orang muslim.
Karena itu, kiranya bisa kita pahami pula bahwa dunia ini akan menuju ke dalam kebaikan dan selalu meningkat ke arah yang lebih baik kalau suara-suara yang biasa didengar oleh kebanyakan manusia, ajakan-ajakan yang mereka terima, serta opini-opini yang senantiasa mereka dapatkan, adalah berasal dari umat Islam, yang senantiasa berdakwah, memberikan keteladanan dengan amal shaleh, dan bersyukur dengan keislamannya.
Oleh karena itu kiranya kita perlu memahami betul makna pujian Allah terhadap orang-orang yang berdakwah, beramal shaleh, serta percaya diri menjadi subjeknya, yaitu sebagai umat Islam. Nyatanya, tanpa itu semua, dunia ini begitu menjadi tempat yang luar biasa meresahkan. Luar biasa meresahkan!
Oleh karena itu, secepatnya, kita … umat Islam … harus kembali pada posisi kita, sebagai subjek pengemban dakwah Islam. Allah berfirman : “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (kamu) mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah pada yang munkar: serta beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran [3]: 110).
Dari firman Allah di atas, kita pahami bahwa kita disebut oleh Allah sebagai umat terbaik, orang-orang yang beruntung, serta pihak yang saling tolong menolong. Dan pihak yang semacam inilah yang Allah bebani kewajiban amar ma’ruf nahi munkar atau kewajiban berdakwah.
Inilah realitas keberadaan umat Islam di dunia ini, sebagai subjek dakwah.
Cobalah kita perhatikan, suara-suara apa yang sekarang ini menyelimuti seluruh penjuru bumi? Alunan-alunan apa yang gelombangnya demikian kuat …? Amal-amal apa yang ramai dilakukan penduduk bumi ini, amal shaleh atau amal maksiat? Dan siapa yang begitu percaya diri menyatakan “inni minal muslimin” atau menyatakan bahwa mereka adalah bagian ide lain?
Allah SWT sudah menyebut kita sebagai ahsanu qaulan, lebih baik perkataannya. Allah juga menyebut kita khaira ummah, umat terbaik. Apakah kita tidak terlecut untuk menyambut seruan-Nya? Dan Allah telah menempatkan pihak yang ia puji itu sebagai subjek dakwah. Masihkah kita tidak segera bangun menjalankan amanah ini?
Kiranya sangat mudah kita pahami bahwa kemunkaran yang paling besar di sisi Allah adalah tidak ditegakkannya syariah Islam. Mengapa? Ini karena hanya dengan syariah Islam itulah sebenarnya berbagai perintah Allah bisa dijalankan.
Realitasnya sekarang, tanpa syariah Islam, perintah Allah yang kita implementasikan tak lebih dari10%. Karena itu tentu menjadi kewajiban kita bersama, kita semuanya, umat Islam ini, agar seruan dakwah kita jangan sampai kita lepaskan dari upaya penegakan syariah Islam.
Hanya dengan itulah Islam ini benar-benar nampak sebagai rahmatan lil ‘alamin. Rahmat untuk seluruh alam. Dan hanya dengan itu umat Islam ini benar-benar akan tampak sebagai khairah ummah, umat terbaik, yang lisannya berkualitas ahsanu qaulan, lebih baik perkataannya.
Dengan semua itulah perkataan terbaik kembali meliputi alam. Tidak seperti keadaan sekarang ini. Wallahu a’lam bish shawab.
Referensi:
Kaffah Media Universal, Husain Matla, 2014.
Aswan Nasution
Penasehat PW Al Washliyah NTB