KUALA LUMPUR – Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), Dr. H.Masyhuril Khamis, SH,MM, mendapat kehormatan diundang menghadiri Regional Conference for the State of Ummah 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Kehadiran beliau diwakilkan kepada Dr. Nirwan Syafrin Manurung, Ketua PB Al Washliyah Bidang Antarlembaga, yang juga Ketua Dewan Pakar Al Washliyah, dan H. Marjuan, Lc,MA, Ketua Pimpinan Pusat IGDA (Ikatan Guru dan Dosen Al Washliyah).

Hanya beberapa organisasi Islam dari Indonesia yang diundang pada acara ini termasuk PUI, PERSIS, Wahdah Islamiyah, Matla’ul Anwar dan PKS. Organisasi yang terlibat dalam dakwah Islam di lebih dari 50 negara seperti Afghanistan, Tazkistan, Pakistan, Thailand, Laos, Nepal, Bangladesh, United Kingdom, Australia juga turut hadir pada acara yang sangat penting ini.
Acara ini diorganisir oleh Internasional Institute of Islamic Studies (IAIS), sebuah lembaga think tank semi pemerintah di Malaysia, bekerjasama dengan Justice and Democracy Forum, dan Ittihad ‘Ulama. Acara berlansug 3 hari, mulai tanggal 3 sampai dengan 5 Mei 2025 di gedung IAIS dan diresmikan oleh Menteri Kesehatan Malaysia, Dato’ Seri Dzulkefly Ahmad.

Dalam sambutannya, Menteri Dato’ Dzulkefly Ahmad, yang juga merupakan seorang aktifis Muslim sejak mudanya, menyatakan bahwa saatnya Gerakan Islam mulai memikirkan langkah strategis dalam berhadapan dengan tantangan dunia yang saat ini mengalami perubahan yang luar biasa. Perang Ukraina, perang dagang Cina-Amerika, Artificial intelligence (AI) dan paling mengguncang tentunya adalah peristiwa genosida di Gaza, Palestina.

Sang menteri mengingatkan peserta yang kebanyakan penggiat dakwah untuk terus menghadirkan Islam di tengah-tengah umat, menjadi solusi atas problem mereka. Dalam konteks ini, dia menekankan pentingnya Prinsif Maqasid Syariah jadi referensi dalam mengambil setiap langkah dakwah. Dia juga mengajak semua peserta untuk memikirkan serius langkah-langkah konkrit/strategis menyatukan umat di semua peringkat.

Turut menyampaikan makalah di Konferensi ini adalah Dr. Salim Segaf Al Jufri (Indonesia), Dr. Shafiqurrahman (Bangladesh), Dr. Wadah Khanfar (ex-CEO Al Jazeera), Dr. Anas Al Tikriti (UK), dan Nurul Izzah binti Anwar Ibrahim (Malaysia), aktifia politik.

Peristiwa Gaza merupakan topik yang paling banyak mendapat sorotan. Hampir semua peserta melampiaskan kekecewaan mereka terhadap negara-negara Muslim yang masih belum mengambil langkah konkrit menghentikan perbuatan biadab Israel ini.
Namun di tengah kegelisahan ini, tidak sedikit yang menilai bahwa peristiwa Gaza bisa menjadi titik balik perjalan sejarah dunia pada hari ini. Genosida di Gaza menjadi game changer kehidupan global saat ini.

Karena tidak ada peristiwa di beberapa terakhir ini yang mendapat perhatian global seperti peristiwa Gaza kali ini. Inilah yang diingatkan oleh Wardah Khanfar, mantan CEO Al Jazeera.
Peristiw Gaza menjadi lonceng kematian bagi peradaban Barat, karena genosida ini telah menginjak-injak nilai essential kemanusiaan yang selama berabad-abad dijadikan dasar keberadaannya: kebebasan, kesamaan di hadapan hukum, hak asasi manusia, dan lain-lain. Hari ini nilai-nilai itu nampak seperti dipinggirkan oleh negara-negara Barat dengan dukungan tak terbatas ke Israel.
Tak kalah menariknya adalah apa yang disampaikan oleh perwakilan dari United Kingdom, Dr. Anas Al Tirkiti. Dia mengatakan bahwa hari ini Islam di Barat secara umum, dan UK, sudah menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari Barat. Bahkan dia berani mengatakan bahwa Barat tidak mungkin eksis tanpa Islam.

Dr. Al Jufri sebagai panelis dr Indonesia mengingatkan forum untuk tidak putus asa dengan kondisi ini. Kemenangan sudah dekat. “Yang penting kita tetap berbuat, berdakwah, hasilnya kita serahkan pada Allah. Allah lah yang akan menilai kerja-kerja yang sudah dan sedang kita lakukan.”
Hari Senin 5 Mei 2025, acara ini akan ditutup. Konferensi akan mengeluarkan resolusi dan beberapa rekomendasi. (NS Manurung/sir)