MEDAN – Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM menyindir apa semua bantuan yang dikumpulkan itu sampai ke Palestina.
“Andai dikumpulin, semua biaya yang dikirim oleh dunia melalui filantropi yang ada, sumbangan-sumbangan itu sampai betul ke Palestina. Itu negeri Palestina sama dengan melebihi pembangunan IKN, barangkali yang ada hari ini,” kata Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM saat International Seminar Human Atrocittes & Human Rights Violations Amidst Islamophobia: Uighur Crisis di Kampus Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al Washliyah Medan, Sumatera Utara, pada Senin 05 Mei 2025/07 Zulkaedah 1446 H.

“Pertanyaannya kemudian, ke mana itu? Saya tidak mau lebih lancang, nanti orang-orang marah kepada saya, tapi koreksi kepada kita bahwa ada penderitaan saudara kita di tempat lain, tapi ada saja yang memanfaatkan itu untuk kepentingan sesaat. Itu yang tadi disindir oleh Prof As’ari (pemateri seminar-red), dan saya mendapatkan itu, dan data itu ada,” tegasnya tanpa mau merinci lagi.
“Tapi kita sebagai pejuang, tidak boleh apatis, kita tetap heroik dan optimis. Setidak-tidaknya doa,” kata Masyhuril Khamis, sambil mengutip ayat Al Qur’an, “Wahai orang-orang beriman, jadilah kamu penolong agama Allah.”

Mengenai seminar yang digelar di UMN Al Washliyah bekerjasama dengan OIC (organization of Islamic Cooperation) ini, menurut Masyhuril Khamis, adalah bagian sikap kepedulian teradap penderitaan umat Islam Uyghur di China.
Sebelum itu, Masyhuril Khamis mengemukakan pertemuan 12 pimpinan Ormas Islam di Jakarta. Mereka sepakat bahwa diperlukan adanya kekuatan umat yang independent, diwakili Ormas-ormas Islam Indonesia, meminta Presiden Prabowo Subianto untuk tetap kokoh dan kuat menjalankan misi internasionalnya, mendorong negara-negara lain untuk bicara kemanusiaan, jadi bukan bicara soal keagamaan, sehingga permasalahan di Uyghur, Rohingya, Myanmar dapat diselesaikan dengan cepat.

Ketua Pusat Dakwah Perbaikan Akhlak Bangsa MUI Pusat ini memuji sikap dan kepedulian UMN Al Washliyah terhadap nasib umat Islam Uyghur, China. Dia mengisahkan bangsa Indonesia juga mengalami penderitaan panjang dijajah Belanda selama 350 tahun, ditambah lagi dengan penjajahan Jepang.
Tapi akhirnya, kata dia, tokoh-tokoh negeri ini sepakat untuk meruntuhkan egoisme masing-masing. Raja-raja bersatu, pemuda bersatu membangun bangsa; satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air, maka muncullah gerakan-gerakan di mana-mana, termasuk organisasi Al Washliyah pada 30 November 1930 yang pusat pergerakannya di Kota Medan, Sumatera Utara. (sir)