JAKARTA –Ketua Majelis Permusyawaran Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), H. Ahmad Muzani menegaskan pentingnya peran organisasi Islam seperti Al Jam’iyatul Washliyah atau Al-Washliyah dalam memperkuat akhlak bangsa menuju Indonesia Emas 2045. Terlebih jika mengingat sejarah pendirian Al-Washliyah pada November 1930 oleh para santri yang berjuang menegakkan Islam dan kemerdekaan RI.
Hal itu disampaikannya saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II dan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) organisasi Islam nasional Al Jam’iyatul Washliyah. Acara yang mengusung tema “Penguatan Perbaikan Akhlak Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045”, di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat 25 April 2025/26 Syawal 1446 H.
Ahmad Muzani menyampaikan, Al-Washliyah tidak hanya memperkuat keimanan umat Islam, tetapi juga berperan dalam pembangunan bangsa. Bahkan, lembaga pendidikan Al-Washliyah juga terbuka bagi pemeluk agama lain.

“Mereka sadar bahwa Nusantara butuh pendidikan, dakwah, dan kepedulian sosial. Tiga bidang inilah yang menjadi dasar gerakan Al-Washliyah,” ujarnya dalam pidato pembukaan.
Ia menuturkan, Al-Washliyah di satu sisi memperkuat agama, dan di sisi lain memperkuat kebangsaan. Agama yang kuat tidak mengganggu bangsa, sebaliknya bangsa yang kuat akan memperkuat agama. Dan hal itulah yang dikerjakan oleh para pejuang Al-Washliyah.
“Dalam negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, antara Al-Washliyah dan Pancasila tidak pernah berbenturan. Justru sejalan. Indonesia dan Pancasila tidak terganggu oleh penguatan keimanan, bahkan semakin kokoh karena iman yang kuat,” tutur Ahmad Muzani.
ZAMAN KIAN KOMPLEKS
Di sisi lain, Ahmad Muzani mengingatkan tantangan zaman yang makin kompleks, terutama maraknya pola pikir instan di kalangan muda. Ia menyayangkan banyak anak muda yang ingin sukses tanpa proses.
Kondisi itu, baginya, merupakan gejala yang harus diperbaiki. Lanjut dia, banyak anak muda ingin pintar tanpa belajar, ingin kaya tanpa kerja keras, ada pula yang ingin jadi dokter tanpa kuliah.

“Di bidang politik, ada yang belum pernah terjun ke masyarakat, tapi tahu-tahu dilantik jadi anggota DPR. Inilah tantangan kita sebagai alim, ulama, kiai, dan guru bangsa. Kita tidak boleh kehilangan kesabaran dan kekuatan. Korupsi, misalnya, lahir dari keinginan instan untuk menjadi kaya tanpa proses. Padahal tidak mungkin berhasil tanpa proses,” sambungnya.
Ia pun memuji dedikasi para dai Al-Washliyah yang bekerja dengan ikhlas meski digaji minim. Menurutnya, para dai Al-Washliyah juga menjadi benteng terakhir dari paham-paham sesat dan radikalisme.
Menutup sambutannya, Ketua MPR mengajak Al-Washliyah berkontribusi dalam program-program strategis Presiden Prabowo, seperti makan siang gratis untuk anak-anak dan pendirian Sekolah Rakyat di 200 kabupaten.
Ia juga menyoroti kebijakan penghapusan utang petani, nelayan, dan pelaku UMKM yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 tentang Penghapusan Piutang Macet UMKM, serta keberhasilan pemerintah dalam memperbaiki distribusi pupuk dan menaikkan harga gabah.
“Kami berharap Al-Washliyah ikut serta dalam program ini agar manfaatnya dirasakan langsung oleh umat,” tutupnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah, Dr. H. Masyhuril Khamis, SH, MM, menyampaikan bahwa Rapimnas dan Rakernas kali ini menyoroti pentingnya memperkuat dakwah, terutama di daerah terpencil.
Dakwah Al-Washliyah telah menjangkau wilayah-wilayah pelosok seperti Tanah Karo, Tanah Batak, Nias, hingga Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Di NTT, organisasi yang dipimpinnya ini tengah membangun masjid di atas gunung, setelah menemukan komunitas Muslim yang belum memiliki tempat ibadah.
“Luar biasanya, tanah untuk masjid ini diwakafkan oleh tokoh adat non-Muslim. Ini bukti nyata semangat toleransi,” ujarnya.
Menutup sambutan, Ketua Panitia menekankan pentingnya dakwah yang mengedepankan kasih sayang. “Dakwah kita ke depan harus menjadi dakwah marhamah dakwah yang penuh kasih dan damai,” pungkasnya. (mpr/sir)