عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الرَّجُلُ هَلَكَ النَّاسُ فَهُوَ أَهْلَكُهُمْ
Dari Abi Hurairah RA bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila ada seseorang yang berkata; ‘Celakalah (binasalah) manusia’, maka sebenarnya ia sendiri yang lebih celaka dari mereka.” (HR Muslim No: 4755) Status: Hadits Shohih
Pengajaran:
- Seorang muslim tidak boleh berfikiran buruk dan menghukum kecelakaan ke atas orang lain kerana hukum berkenaan mungkin akan berpaling kepada dirinya sendiri.
- Seseorang yang menganggap orang lain lebih buruk atau lebih sesat daripada dirinya cenderung jatuh dalam perangkap kesombongan dan rasa takabbur. Islam mengajar kita untuk bersikap rendah hati dan tidak menghakimi orang lain, kerana hanya Allah Ta’aala yang mengetahui hati dan nasib setiap hamba-Nya. Jangan sekali-kali kita memburukkan orang lain kerana kita mungkin lebih buruk dari mereka.
- Sikap sombong yang terkandung dalam ungkapan “celakalah atau binasalah si fulan” adalah suatu bentuk kebanggaan diri yang tidak seharusnya ada dalam hati seorang Muslim. Kebanggaan yang berlebihan terhadap amal ibadah atau status kita boleh menjerumuskan kita kepada kebinasaan, kerana ia menjauhkan kita dari sifat tawadhu’ (rendah hati) dan mendorong kita untuk meremehkan orang lain.
- Nasib diri kita adalah mengikut apa yang difikirkan oleh akal kita. Jika akal kita berfikiran negatif, maka natijahnya adalah negatif. Seorang Muslim perlu memelihara baik sangka terhadap Allah Ta’aala.
- Kecelakaan yang berlaku ke atas diri kita bukanlah semestinya disebabkan oleh perbuatan atau kejahatan orang lain. Bahkan ia mungkin berlaku kerana sikap diri sendiri.
- Mengakui akan kelemahan dan kejahilan diri sebenarnya lebih penting dari menghukum kejahatan orang lain atau menyalahkan mereka. Islam mengajarkan kita untuk saling memahami dan bersikap kasih sayang terhadap sesama. Kita tidak tahu keadaan hati seseorang dan bagaimana Allah Ta’aala melihat mereka. Oleh itu, seharusnya kita berusaha untuk membantu dan memberi nasihat dengan cara yang baik, bukan merendahkan atau mencela.
- Kita harus mengakui akan kelemahan diri dahulu dan tidak menjadikan orang lain sebagai pelarian (escapist) dengan menuding jari kepada orang lain
- Di dalam Qo’idah ilmu tashowwuf
“من عرف نفسه عرف ربه ” barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya, jika seseorang mencela org lain dgn ucapan binasa berarti dia tidak kenal dengan dirinya dan tidak kenal apakah Tuhan berkenan dengan akhlaq yang diperbuatnya dari mencela org tersebut, tiada manusia yang sempurna, jika ia khilaf maka doakan ia untuk kembali jalan yang lurus.
Marilah kita berusaha menjauhkan diri dari sifat mudah untuk menghukum orang lain dan memburuk-burukkan mereka.
H.Zulpan, MA
24hb Syaaban 1446H /
23hb Februari 2025