BerandaKabar WashliyahSunnatullah Pergantian Tahun

Sunnatullah Pergantian Tahun

Firman Allah SWT:”Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah itu ada dua belas bulan itulah yang telah ditetapkan dalam Kitab Allah “ (QS.taubah:36)

Pergantian tahun, itu merupakan suatu sunatullah, sebab Allah telah menjadikan setiap tahun berisi 12 bulan, sehingga manusia dapat bermuhasabah untuk meningkatkan diri dan kualitas hidupnya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun dijadikan Allah adalah agar manusia dapat muhasabah, melihat dirinya di masa lalu dan mempersiapkan dan meningkatkan dirinya di masa mendatang. Dalam Al Quran dinyatakan :“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah itu ada dua belas bulan itulah yang telah ditetapkan dalam Kitab Allah,” (QS.Taubah: 36).

Dari ayat ini berarti pergantian tahun setiap dua belas bulan, itu merupakan sunnatullah, ketetapan dari Allah. Untuk apakah hitungan tahun tersebut? Dalam ayat lain Allah berfirman :“Hari demi hari Kami gilirkan bagi manusia agar Kami dapat mengetahui siapakah diantara mereka yang beriman, dan siapakah diantara orang yang beriman itu dapat menjadi syuhada,” (QS. Ali Imran: 140).

Pergantian tahun dilakukan adalah untuk mendapatkan penilaian, siapakah diantara mansuia dalam tahun tersbut yang sudah termasuk orang beriman, dan siapakah diantara orang beriman itu yang berprestasi menjadi syuhada-syuhada dalam kehidupannya. Berati tujuan dari pergantian tahun adalah agar manusia dapat mengevaluasi diri (muhasabah diri) tahun yang lalu dan merencanakan upaya untuk meningkatkan amal dan prestasi dunia dan akhirat di tahun mendatang.

Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, bab Muhasabah mengatakan bahwa ada riwayat yang menceritakan bahwa: “ Bagi setiap manusia setiap hari telah disediakan baginya 24 khazanah yang tersusun rapi (gudang juga bisa dimaksudkan file, berarti setiap orang dalam setiap satu jam akan mendapatkan satu file, atau satu gudang). Nanti, di akhirat kelak, setiap orang akan membuka gudang atau file-file tersebut dari setiap jam yang dilaluinya. Di antara gudang atau file tersebut ada yang penuh dengan cahaya dan bersinar-sinar, ternyata itu adalah hasil perbuatan yang baik yang telah dilakukannya dalam satu jam.

Melihat itu orang tersebut bergembira sebab jam-jam yang dilakuinya dengan kebaikan telah memberikan pahala bagi dirinya sebagai bekal dia berjumpa dengan Tuhan-Nya. Setelah itu dibukanya file dan gudang yang lain, ternyata gudang dan file itu gelap, hitam dan berbau busuk. Ternyata itulah waktu-waktu dan jam-jam yang dilaluinya dengan penuh dosa dan kemaksiatan pada waktu dia di dunia dahulu.

Setelah itu dibukanya file dan gudang yang lain, maka dilihatnya ada gudang atau file yang kosong, tidak ada cahaya dan juga tidak ada kegelapan. Ternyata itu adalah waktu yang tidak dipergunakan dan jam-jam yang kosong hanya diisi dengan sesuatu yang tidak bernilai, seperti hiburan, permainan sehingga waktu itu tidak bernilai positif, juga tidak menjadi hitam, sebab orang itu tidak melakukan maksiat, hanya saja waktu itu kosong, tidak bermakna.

Menurut Imam Ghazali, itulah waktu yang manusia tidur, atau lalai, atau sibuk dengan sesuatu yang dibolehkan di dunia (mubah), tetapi tidak bernilai ibadah, atau amal saleh, apalagi amal jariyah, yang dapat memberikan point dalam kehidupan, yaitu waktu yang disia-siakan sepanjang hari.

Demikianlah ternyata setiap jam dalam setiap hari, diberikan Allah kepada kita satu file, atau satu gudang penyimpanan amal, sehingga dalam sehari semalam terdapat dua puluh empat gudang, atau dua puluh empat file. Sebab itu bagi seorang muslim, setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, merupakan detik-detik yang sangat berharga yang harus diisi dengan amal perbuatan yang bernilai positif, yang dapat berdampak kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebaikan di dunia dengan melakukan amal yang saleh , perbuatan yang baik, bermanfaat dan berguna bagi diri, bagi masyarakat dan manusia yang lain; sedangkan kebahagian di akhirat hanya di dapat dengan iman kepada Allah subhana wataala. Itulah sebabnya dalam al Quran, Allah memperingatkan manusia agar menjaga waktu dengan sebaik-baiknya,sehingga setiap detik, waktu itu harus diisi dengan iman dan amal shaleh, sebagaimana dalam surah Al Asr : “Demi waktu, Sesungguhnya manusia itu akan mendapat kerugian, kecuali orang yang dapat memakai waktu itu dengan iman kepada Allah dan melakukan amal yang saleh. Dan (kemudian setelah itu) mereka saling “ tawasau “nasehat-menasehati (mengevaluasi diri ) atas (standar) kebenaran dan (kemudian terus beramal saleh) dengan penuh kesabaran,“ (QS. Al Asr:1-3).

Dari ayat-ayat dalam surah ini dapat disimpulkan bahwa setiap saat, setiap jam, setiap hari, jika waktu itu berlalu tanpa ada amal yang saleh, amal yang berlandaskan pada keimanan kepada Allah, maka waktu itu merupakan suatu kerugian bagi kehidupan manusia, sebab penambahan nikmat waktu, tidak dapat memberikan tambahan kebaikan dan pahala. Sepatutnya setiap detik merupakan peluang berbuat baik malahan perbuatan baik dalam satu jam menjadi lebih berharga sesuai dengan pemanfaatan dan penggunaan waktu tersebut.

Coba bandingkan, mana yang lebih baik, jika satu jam yang kosong dari amal, seperti dipakai hanya menonton sinetron di tivi, atau dipakai untuk duduk-duduk santai di depan rumah, dibandingkan dengan satu jam tersebut diisi dengan berzikir, atau diisi dengan membaca buku, atau diisi dengan berpikir, atau diisi dengan menolong orang lain, atau satu jam dipakai untuk memproduksi sesuatu alat yang bermanfaat dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu Ibnu Ataillah dalam kitab al Hikam menyatakan : “Ma fata min waqtika la i’wadha lahu, wa maa hasala laka minhu laa qimata lahu, Apa yang luput dari umur anda itu tidak ada penggantinya dan apa yang telah anda hasilkan dari umur itu tidak ternilai harganya“.

Mengapa tidak dapat ternilai harganya? sebab apa yang telah dilakukan itu jika berupa amal kabaikan akan mendapatkan pahala yang ganjarannya adalah kenikmatan surga dan keridhaan Ilahi. Sehingga Al Juneid berkata : “Waktu itu apabila luput maka engkau tidak akan dapat memperolehnya kembali, dan tidak ada yang lebih berharga dan lebih mulia daripada waktu.“

Oleh sebab itu dalam pepatah orang Arab disebutkan : Al Waktu asmanu minadz Dzahabi, waktu itu lebih berharga daripada emas.” Waktu itu lebih berharga daripada emas, sehingga lebih tinggi nilai waktu daripada nilai emas.

Bandingkan dengan pepatah orang barat yang berkata : “Time is money, waktu itu adalah uang.” Bagi seorang muslim, waktu itu bukan saja uang, tetapi lebih daripada uang, lebih daripada emas, sebab dengan waktu itulah seseorang dapat meraih kenikmatan abadi di dalam surga yang paling tinggi, dan mendapat keridhaan Ilahi.

Al Qur’an juga menganjurkan umatnya bahwa jika ingin bahagia syarat utama adalah tidak terbuai dan terlena oleh perbuatan sia-sia (lagha) sehingga dalam surah al Mukminun dinyatakan : “Sungguh berbahagialah orang yang beriman. Yaitu mereka yang shalat dengan penuh khusyu, dan selalu perpaling daripada perbuatan dan hal yang sia-sia dan tidak berguna,“ (QS. Al Mukminun: 1-3).

Dari ayat ini disimpulkan bahwa cara mencapai kebahagian adalah shalat yang khusyu (pada waktu shalat tersebut) dan setelah selesai shalat, maka orang beriman tersebut harus dapat mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya sehingga dia terhindar daripada perbuatan yang tidak berguna dan sia-sia (lagha). Artinya orang beriman, tidak ada waktu baginya untuk sesuatu tidak berguna. Seandainya dia berjalan dan melewati tempat-tempat hiburan, permainan dan tempat-tempat “lagha”, maka sikap orang beriman adalah tidak terpengaruh dengan hiburan dan permainan tersebut, walaupun dia berada di kawasan hiburan dan permainan tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam surah al Furqan : “Wa Idza marru billaghwi, marru kiraama (QS.AlFurqan: 72) yang artinya : “Apabila dia (ibadurahman , hamba Allah Yang Rahman) berjalan di tengah sesuatu yang sia-sia, sesuatu yang “lagha”, maka dia akan berjalan dengan penuh kemuliaan (berjalan tanpa terpengaruh dengan perbuatan yang sia-sia tersebut).”

Al Quran memberikan petunjuk kepada orang yang beriman agar jangan sampai ada waktu yang terbuang percuma, sebab itu merupakan perbuatan “lagha” yang wajib dihindari. Sangat disayangkan pesan-pesan Al Quran dan pesan dari Rasulullah mengenai waktu ini kurang mendapat perhatian bagi masyarakat muslim hari ini, padahal siapa saja yang mempergunakan waktu dengan baik berdasarkan keimanan kepada Allah itu merupakan kunci hidup untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat yang berkualitas

Semoga pergantian tahun memberikan semangat menjadikan setiap jam, setiap hari dari tahun ini lebih berprestasi demi meraih ridha Ilahi. Fa’tabiru ya Ulil albab.

Dr.Muhammad Arifin Ismail
Anggota Dewan Fatwa Al Washliyah

About Author

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments

KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
M. Najib Wafirur Rizqi pada Kemenag Terbitkan Al-Quran Braille