NABI MUHAMMAD SAW adalah penghulu para Rasul dan Nabi. Beliau lahir antara tanggal 9 dan 12 Rab’iul Awal tahun 571 M. Tahun ketika Nabi Muhammad lahir bertepatan dengan peristiwa “5 Ah”, yaitu datangnya pasukan bergajAh, yang dipimpin oleh raja AbrahAH, dari negeri HabasyAH, ingin menaklukkan kota MekkAH, hendak menghancurkan Ka’bAH. Tapi Allah Ta’ala melindungi kesucian rumah-Nya dari orang-orang durjana, hingga binasalah mereka ibarat daun yang dimakan serangga.
Nabi Muhammad adalah anak tunggal dari Abdullah dan Siti Aminah. Ketika Abdullah masih remaja, di keningnya terdapat cahaya. Sehingga pada waktu itu, banyak gadis yang ingin dipersunting olehnya. Akhirnya Abdullah menambatkan hatinya kepada Aminah. Ketika Aminah hamil muda, cahaya itu berpindah ke perutnya. Namun ketika 6 bulan di dalam kadungannya, Abdullah meningggal dunia. Sewaktu Nabi Muhammad lahir, seketika padamlah api abadi, sesembahan orang Majusi, yang telah dijaga selama puluhan generasi.
Sewaktu kecil, Nabi Muhammad disusui oleh Halimah, dari Bani Sa’diyah. Ternyata keberadaan beliau banyak membawa berkah, bagi Halimah dan suami. Sapi-sapi yang dulunya kurus, kini menjadi gemuk berisi. Pada usia beliau yang ke 4, datanglah malaikat Jibril membawa nampan, lalu dibelahlah dada Nabi Muhammad, untuk disucikan dengan air zam-zam. Namun Halimah takut mengetahui peristiwa itu, Ia pun mengembalikan Nabi Muhammad kepada sang Ibu.
Tak berselang lama Nabi Muhammad diasuh oleh ibundanya, sang Ibu pun jatuh sakit dan meninggal dunia. Kemudian beliaupun diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib namanya, penghulu Bani Hasyim, pemuka agama Nabi Ibrahim. Beliau hanya diasuh sang kakek selama dua tahun, karena kakeknya pun meninggal dunia di usia Nabi yang ke 8 tahun.
Setelah itu beliau diasuh oleh pamannya. Abu Thalib bukanlah orang kaya, namun memiliki hati yang mulia. Ketika dalam pengasuhan pamannya, beliau menjadi seorang penggembala. Selain itu beliau ikut belajar berniaga. Ketika menginjak usia 16 tahun, Nabi Muhammad memulai perniagaan yang tersusun, dengan mengambil distribusi barang, dari seorang yang ahli berdagang, janda kaya raya yang bernama Siti Khadijah.
Diumur yang ke 25, Nabi Muhammad mempersunting Khadijah tercinta. Rumah tangga mereka begitu romantis, dan dikaruniai tujuh orang anak yang manis-manis. Sebagaimana syair lagu yang indah : “anak-anak nabi ada 7 orang, 3 laki-laki 4 perempuan, pertama Qasim, Abdulah, Ibrahim, Zainab, Ruqayah, Ummu Kalsum, Fatimah. “
Pada usia yang masih muda, beliau juga dikenal sebagai orang yang adil dan amanah. Tersebutlah kisah setelah perang Fijar, tatkala kabilah di Mekkah bertengkar, memperebutkan kehormatan meletakkan Hajar Aswad, ke tempatnya yang awal, setelah Ka’bah selesai diperbaiki, yang rusak karena terjangan banjir berhari-hari. Hampir saja pecah lagi perang yang baru saja usai, maka beliau ambil kebijaksanaan yang adil. Beliau letakkan Hajar Aswad ke atas sorbannya, kemudian seluruh suku memegang ujungnya, dan bersama-sama membawa Hajar Aswad ke tempatnya. Maka kagumlah seluruh orang Arab atas kebijaksanaannya, apalah lagi beliau adalah orang yang paling jujur dan terpercaya.
Dan ketika Nabi Muhammad berusia 30 an, beliau berdiam diri dalam kesunyian, di gua hira hamper 3 tahun terlewatkan, merenungi sifat dan watak bangsa arab yang hancur-hancuran. Setelah genap umur beliau yang ke 40, datanglah malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu. Maka diutuslah beliau sebagai nabi dan rasul Allah. Nabi Muhammad diutus menjadi taulan bagi umat manusia dan memperbaiki aklak manusia.
Sebagimana firman allah didalam alquran surah al ahzab ayat 21: “Sungguh telah ada dalam diri Nabi Muhammad itu suri teladan sempurna bagi yang mengharap ridho Allah di hari akhir”
Jangan tanyakan bagaimana teladan yang sempurna itu. Carilah manusia yang setelah dimaki, dia tetap ikhlas memberi. Setelah dipukuli, ia tetap sabar menasihati, setelah dimusuhi, dia tidak menyimpan dendam dan emosi. Orang yang tadinya lawan, berubah menjadi kawan, bahkan teman yang paling depan, Bersama-sama membela agama Allah di medan perang. Mereka yang tadinya ingin mencelakakan, akhirnya menjadi orang yang paling kehilangan, manakala Rasulullah wafat, karena hilanglah sudah sang penuntun jalan selamat.
Tak kan habis kata untuk menceritakan kisah keteladanannya. Tak kan cukup kertas untuk menuliskan kitab tentang keindahan akhlaknya. Maka benarlah kata Sayyidah Aisyah : Akhlak beliau adalah Qur’an Kitabullah. Sedalam samudera menjelajahi isinya, maka semakin dalam pula akan kita temukan Mutiara, keindahan akhlaknya. Maka tidaklah aneh kiranya, bangsa Arab yang jahiliyyah semula, menjadi bangsa yang mampu menaklukkan imperium terkuat, membangun peradaban ke penjuru jagad, bersama ajaran Islam yang hebat.
Dialah orang yang apapun engkau minta akan diberinya, walaupun baju yang sedang dipakainya. Dialah yang paling setia, dan tak kan pernah bermuka dua. Dialah manusia yang paling sabar, hingga tak pernah tampak marah berkobar. Senyumnya begitu indah hingga sirnalah semua gundah. Hati yang keras akan menjadi lembut mendengar suaranya. Jangankan manusia, batu-batu pun memberi hormat kepadanya. Karena tak akan ada lagi manusia sebaik dia setelahnya.
Tersebutlah kisah seorang Yahudi yang hina. Dalam keadaannya yang buruk rupa, diliputi kemiskinan dan nestapa. Tapi dasar manusia hina, ia malah terus mencaci maki Nabi kita. Ia tak sadar dengan keadaannya yang buta, tapi buta pula mata hatinya. Hingga suatu hari, ketika ia sedang disulangi, ia pun menghardik, karena tercekik, akibat makanan yang disulangkan, terlalu besar sehingga tak tertelan. Selama ini ia selalu disulangi oleh seseorang, tapi karena buta ia tak tahu siapakah gerangan. Setiap hari sambil disulangi, ia akan bercerita tentang kejelekan Nabi, dan memberi tahu kepada yang menyulanginya, agar menjauhi Nabi dan jangan jadi pengikutnya. Tapi hari ini agak lain, ia pun menggapai-gapai kain, dan ternyata memang orangnya lain. Yahudi itu menghardik dan berkata, “Engkau bukan orang yang biasanya”. “Siapa engkau dan kenapa berani-beraninya menyulangiku?”.
Sayyidina Abu Bakar tak tahan menganggung pilu. Dia ceritakan bahwa yang biasa menyulanginya telah berpulang ke rahmatullah. Maka Abubakar ingin meneruskan kebiasaan Rasulullah. Dan Rasulullah yang waktu itu ternyata setiap hari menyulangi pengemis Yahudi, hanya mendapatkan cacian kepadanya. Betapa sabarnya ia. Betapa pengasih hatinya. Betapa mulia akhlaknya.
Tapi begitulah manusia, Allah tetap menetapkan takdirnya. Akhirnya Nabi Muhammad dipanggil juga ke hadirat Rabbnya. Berdukalah seluruh alam semesta. Ditinggal kekasih yang paling dicinta. Beliau wafat di usia yang ke enam puluh tiga. Namun selama hidupnya yang singkat, beliau telah mengangkat manusia naik tingkat, dari yang mulanya berada dalam kekufuran, menjadi muslimin dalam kemuliaan. Maka hingga sekarang, jutaan bahkan miliaran, manusia menyebut namanya, karena ingin berjumpa di surga, bersama dengan umatnya yang dicinta Duhai Rasulullah Shollalahu, bagaimana kami tidak rindu, bahkan engkaulah yang pertama kali mengingat nasib kami, di saat tidak ada satupun yang peduli. (****)
Muhammad Abduh Nasution
Sekretaris Majelis Dakwah PD Al Washliyah Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.