MENCERMATI perkembangan nasional belakangan ini, penulis tergugah dan mengingat kata-kata penuh makna dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Himpunan Mahasiswa Al Washliyah (HIMMAH), dr.Muis AY (almarhum). Ucapan politisi Senayan ini pada waktu itu, tertancap dalam pemikiran penulis sejak tahun 1986 silam. Apa itu? “Ingat adinda, bahwa siklus politik dan kekuasaan nasional akan berputar. Sekarang di atas, mungkin esok di bawah…” Saat itu ucapan tokoh muda PPP ini, buat penulis, seperti angin lalu di era Orde Baru.
Muis AY, Ketua Umum PP HIMMAH periode 1986-1990, menurut pengamatan penulis, cukup visioner. Ia pada saat itu sudah memprediksi akan terjadinya suksesi pimpinan nasional, termasuk partai politik. Bahkan, kata dia, suatu saat partainya akan memegang tampuk kekuasaan di negara ini. Hanya saja, tokoh Pemuda Al Washliyah ini, tidak menyebutkan kapan waktunya.
Dari diskusi kecil itu, penulis baru dapat membuktikan setelah mengamati perkembangan politik di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), setelah Muis AY meninggal dunia di rumahnya di bilangan Tebet, Jakarta Selatan.
Ternyata, apa yang dikatakan Bang Muis, demikian penulis menyapanya, betul dan terbukti. Sekarang banyak muncul partai-partai politik. Kemudian menguasai Lembaga legislatif dan eksekutif. Yang dulu di atas, kini di bawah, dulu belum muncul, sekarang berkoar-koar di publik. Kemudian naik lagi ke atas, selanjut berputar ke arus bawah. Ibarat lingkaran, rodanya berputar sesuai dengan tarikan magnet bumi.
Demikian juga kekuasaan. Sekarang ini tidak ada penguasa seumur hidup, namun dibatasi suatu aturan yang ada. Akan tetapi hasrat berkuasa menjadi gejala yang terus menjalar ke sendi-sendiri kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Karena itu, perlu filter untuk meredam hal itu, yakni melalui filter agama agar kehidupan umat manusia berimbang, yakni dunia dan akhirat.
Apa hubungannya dengan pernyataan almarhum Muis AY, silakan simak kehidupan politik dan kekuasaan nasional sekarang ini, yang katanya era reformasi. Benarkah kehidupan ini berputar berdasar siklus. Tak perlu dibahas beropini, tapi cukup merasakan denyut nadi kehidupan masyarakat. Apakah lebih baik, atau sebaliknya? Yang belum dapat porsi, menurut hemat penulis, adalah Ormas Islam dalam membangun negara ini sejak era prakemerdekaan. Sejarah mencatat, andil tokoh Ormas Islam untuk negara ini cukup besar, kenapa tidak dilibatkan mengurusi negara, (tanda tanya). Wallahu a`lam bisshowaf. (syamsir)