DEWASA ini kalangan orangtua ataupun masyarakat merasa prihatin, jika mengamati sebuah realita hidup dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Yang menjadi pokok perhatiannya adalah adanya kondisi pergaulan bebas yang dilakukan oleh kalangan anak muda bahkan juga kalangan orangtua [yang sudah berkeluarga].
Belakangan ini sering juga diekspos lewat media massa, adanya bentuk penyelewengan dalam rumah tangga yaitu adanya wanita simpanan ataupun pria simpanan, wanita idaman lain [Wil], pria idaman lain [Pil], serta perselingkuhan yang kini hangat dibicarakan. Apapun alasannya dan bagaimanapun bentuknya, pergaulan bebas tanpa batas sebelum menikah, merupakan penyimpangan dari norma-norma sosial ataupun agama.
Beberapa kemungkinan yang dapat menjadi penyebab terjadinya kasus-kasus dalam masyarakat.
1.Pengaruh budaya asing yang membawa opini. Dalam hal ini, seakan-akan cara hidup demikian itu [pergaulan bebas] adalah praktis, ekonomis, dan efisien.
- Lingkungan pergaulan yang tidak sehat, maksudnya untuk pertumbuhan dan perkembangan nilai moral dan agama.
- Gangguan-gangguan kejiwaan seringkali membuat yang bersangkutan melakukan hal yang aneh dan menyimpang dari kaidah sosial atau ajaran agama.
- Heterogennya unsur-unsur yang berkembang dalam masyarakat, sehingga sulit untuk diidentifikasi.
Beberapa faktor penyebab pergaulan bebas
- Lemahnya Aqidah.
Kelemahan akidah potensial untuk melakukan pelanggaran maupun pelecehan terhadap norma atau agama. Aqidah yang lemah dapat disebabkan karena sistem pengajaran prinsip-prinsip agama yang hanya berorientasi pada aspek kognitif [pengetahuan]. - Cultural Shock [keterkejutan budaya].
Yaitu keterkejutan budaya atau silau dalam melihat kebudayaan Barat, sehingga yang bersangkutan memiliki sikap aneh, meremehkan dan mencela apa yang dianut masyarakat, sementara dirinya sendiri tidak tentu arah. Faktor ini bisa menyerang golongan mana saja, bahkan bukan mustahil menyerang kalangan santri, sehingga mempunyai pola hidup lain, yang berkiblat ke Barat.
Kelompok yang kena wabah ini tidak harus meninggalkan agamanya, akan tetapi selalu berdalih kemajuan pembaruan dan sebagainya, untuk mendukung pola hidupnya. Akibat dari sistem ini ialah melemahnya segi rasa, sprit dan rasa malu, tidak lagi menjadi penghalang untuk melakukan apa saja meskipun tidak dibenarkan agama.
- Melemahnya Pengawasan Masyarakat.
Dampak negatif dari kehidipan di kota besar, yang juga menggejala pada lapisan masyarakat desa, yaitu “melemahnya ikatan sosial”. Masing-masing individu mengutamakan dirinya sendiri dan acuh, tak mau tahu dengan keadaan orang lain.
Dengan demikian, upaya apapun guna mencegah kemungkaran dan menegakkan kebenaran, bukan berarti mencampuri urusan pribadi lain, tetapi juga merupakan pembelaan diri, agar tidak terkena murka Allah lantaran tidak mau dan enggan mencegah kemungkaran.
Pergaulan bebas tanpa batas, dalam hal ini ormas-ormas Islam hendaknya bersuara dan menjadi “garapan” para da’i, individu muslim maupun masyarakat, sehingga menjadi tanggungjawab bersama, kemudian mengupayakan alternatif penyelesaiannya secara hikmah dan bijaksana. Wallahu ‘alam bishshowab.
Referensi: SKJ.194.1997.
Aswan Nasution
Lombok, NTB