BerandaMajelisDakwahJangan Pernah Anggap Ayah dan Ibu Menjadi Beban Anaknya

Jangan Pernah Anggap Ayah dan Ibu Menjadi Beban Anaknya

SUATU WAKTU, seorang pemuda di Jepang ingin menjauhkan ibunya dari kehidupannya. Dia merasa bahwa sang ibu yang sudah tua tersebut sangat merepotkan dirinya. Belum lagi dia harus mengurus dirinya dan pekerjaannya sendiri, ditambah pula dia harus merawat sang ibu yang sudah sakit-sakitan. Pernah dia menawarkan kepada ibunya untuk tinggal di panti jompo, tetapi ibunya menolak, dengan alasan ibunya tidak ingin merepotkan anaknya dan orang lain untuk mengurus dirinya, karena meskipun di panti jompo, pastinya si anak akan tetap mengeluarkan uang membiayai kehidupannya di panti jompo tersebut.

Akhirnya ditemukanlah sebuah solusi. Sang ibu meminta kepada anaknya untuk ditaruh saja di hutan yang cukup lebat, yang terletak agak jauh dari kediaman mereka berdua,dengan berharap dia dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus merepotkan anaknya lagi.

Pada hari yang ditentukan, berangkatlah mereka berdua menuju hutan yang dimaksud. Si anak dengan meras terpaksa harus menggendong ibunya masuk ke hutan lebat tersebut, agar perjalanannya menjadi lebih cepat.

Setibanya di dalam hutan tersebut, sang ibu akhirnya meminta kepada anaknya untuk diturunkan dari gendongan si anak, dan meminta si anak untuk meninggalkannya.

Tetapi, yang terjadi kemudian adalah si anak merasa bingung bagaimana dia harus kembali ke jalan utama menuju rumah mereka, sedangkan hutan tersebut sangatlah lebat, dan dia tidak mengetahui ke arah mana di harus berjalan, ke Utara, Selatan, Barat, atau ke Timur?

Sang ibu yang memahami rasa bingung si anak, akhirnya berkata…”Janganlah kau merasa bingung untuk menemukan jalan pulang, anakku…aku telah membuat petunjuk jalan agar kau bisa pulang dengan arah yang tepat….”

“Bagaimana caranya…?” tanya si anak.

“Sewaktu kau menggendong aku tadi, aku telah menandai beberapa pohon yang kita lewati. Aku telah mengikat kain-kain yang berwarna kuning di pohon-pohon tersebut, ikutilah kain-kain tersebut, maka kau akan dapat keluar dari hutan ini dengan cepat, dan menemukan jalan utama menuju rumah kita….” jawab sang ibu.

Tanpa berpikir lebih lama lagi, akhirnya si anak langsung tersungkur meminta ampun atas segala keegoisannya kepada ibunya. Dia menangis sejadi-jadinya, memohon maaf kepada ibunya…dan akhirnya membawa pulang kembali ibunya ke rumah mereka untuk dia rawat sampai akhir masa hidupnya.***

Antara tahun 54 hingga 68 Masehi, kekaisaran Romawi pernah dipimpin oleh seorang kaisar yang sangat terkenal dengan kekejamannya dan juga terkenal karena berbagai tindakan curang dan serakahnya. Ya, kaisar tersebut adalah kaisar Nero. Dua macam saja kekejaman fenomenal yang sudah tercatat oleh sejarah dari kaisar Romawi yang satu ini adalah membunuh ibunya sendiri dan menganiaya dengan kejam umat Kristen pada waktu itu, tanpa pandang itu orangtua, wanita, bahkan anak-anak sekalipun.

Kaisar Nero membunuh ibunya, Agrippina, karena beberapa alasan yang berkaitan dengan kekuasaan dan politik. Agrippina awalnya memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan Nero, tetapi seiring waktu, Nero merasa bahwa ibunya terlalu mendominasi dan mengancam kekuasaannya. Ketegangan antara mereka meningkat, dan Nero akhirnya memutuskan untuk menyingkirkan Agrippina untuk memperkuat posisinya sebagai kaisar tanpa campur tangan ibunya. Kaisar Nero membunuh ibunya, Agrippina, pada tahun 59 Masehi. Pada saat itu, Nero berusia sekitar 21 atau 22 tahun.

Singkat cerita, ketika kaisar Nero berhasil menguasai sebuah wilayah di daerah Baltik Eropa, dia pun membuat sebuah sayembara, bahwa siapa saja dari penduduk wilayah tersebut yang mampu membunuh ibunya sendiri, maka dia akan mendapatkan uang yang banyak darinya.

Banyak penduduk wilayah jajahannya tersebut yang tidak menggubris sayembara kaisar Nero. Mereka lebih memilih mati dibunuh oleh para prajurit Nero karena membangkang untuk tidak ikut sayembara gila tersebut, daripada harus membunuh ibu mereka sendiri.

Suatu ketika, ada seorang pemuda yang datang ke istana kaisar Nero dengan membawa sebuah kepala wanita tua yang sudah terpenggal dari badannya. Dia ingin mempersembahkan kepala Wanita yang tidak lain adalah kepala ibunya sendiri yang sudah dia bunuh kepada kaisar Nero. Nero pun menunggu kedatangan pemuda tersebut.

Namun pada saat pemuda tersebut sedang berjalan di dalam istana Nero, tanpa sengaja kaki pemuda tersebut terpeleset, menyebabkan dia kehilangan keseimbangan dan hampir menjatuhkan kepala sang ibu yang dia bawa di atas sebuah baki tersebut.

Yang mengejutkan kemudian terjadi lagi, tiba-tiba kepala sang ibu yang sudah mati tersebut berbicara….”Hati-hati anakku, lantainya licin, berjalanlah dengan perlahan agar kau tidak terjatuh….”

Betapa terkejutnya si anak pembunuh ibunya tersebut. Betapapun ibunya sudah mati karena dia yang membunuhnya sendiri, tetapi ternyata masih memperhatikan keselamatannya. Belumlah sampai ke hadapan Nero, akhirnya pemuda tersebut mencabut pedangnya dan membunuh dirinya sendiri, dengan harapan dia dapat meminta maaf kepada ibunya di alam kematian.***

Di suatu siang yang cerah, datanglah seorang laki-laki tua bersama istrinya yang terlihat seusia dengannya ke sebuah toko perbaikan telepon selular (handphone/hp).

‘Apa yang bisa saya bantu, pak…” sapa si penjaga toko tersebut.

“Maaf, nak….saya hanya mau periksakan telepon saya ini, apakah ada kerusakan….sebab sudah lama kami berdua tidak mendengar dering telepon ini…” pinta lelaki tua tersebut.

“Baik, pak….saya periksa dulu ya teleponnya…” timpal si penjaga toko.

Setelah beberapa saat diperiksa oleh si penjaga toko, akhirnya dia mengembalikan telepon atau HP tersebut kepada si bapak tua tersebut.

“Pak….telepon bapak tidak ada masalah….baik-baik saja, kok….sudah saya periksa semuanya..” jelasnya.

‘Mungkin bisa diperiksa lagi, nak….sebab biasanya kami mendengar dering telepon ini kalau anak-anak kami menelepon sebulan sekali. Tapi sudah beberapa bulan terakhir ini, kami tidak mendengar deringnya lagi. Kami juga tidak berani menelepon mereka, karena kami takut mengganggu mereka, nak…..karena kami juga tahu mereka sibuk semuanya dengan urusan mereka masing-masing. Kami berdua hanya berani menunggu mereka untuk menelepon kami saja…” kata lelaki tua itu dengan mata berkaca-kaca.***

Ya, ketika kita masih kecil dan dalam keadaan yang sangat lemah, perlindungan datang dari ibu kita tanpa kita minta. Ibu dan ayah kita tidak akan merasa kerepotan untuk mengurus dan menjaga kita sepanjang waktu. Justru mereka merasa bahagia, karena mereka merasa bahwa disitulah letak kesempurnaan diri mereka sebagai orangtua. Disitulah bentuk tanggungjawab yang telah Allah Ta’alla embankan kepada mereka dengan kehadiran kita sebagai anak-anaknya.

Jangan biarkan perasaan gundah karena tidak ingin ‘merepotkan’ kita sebagai anak-anaknya muncul di hati mereka. Berikanlah apa yang sanggup kita berikan untuk mereka dengan penuh sayang dan keikhlasan, bagaimanapun kondisi mereka saat ini. Berikanlah, tanpa harus mereka merasa menjadi beban untuk kita. Karena ibu dan ayah kita tidak akan pernah menganggap kita anak-anaknya sebagai beban buat mereka. Dan karena mereka juga telah memberikan sayang dan ikhlas mereka tanpa syarat kepada kita sebagai anak-anaknya, seumur hidup mereka.

Berikanlah do’a-do’a terbaik untuk ibu dan ayah kita yang sudah tiada. Sebait do’a, istighfar, dan sholawat untuk mereka di alam kuburnya, merupakan ‘rezeki’ bagi mereka, yang sangat diharapkan dari anak-anak mereka yang masih hidup di dunia, karena do’a seorang anak untuk orangtuanya tidak akan pernah tertolak.

Do’a,sholawat, istighfar dan sedekah atas nama ibu dan ayah kita yang sudah tiada merupakan jalan yang tercepat untuk mengangkat derajat mereka di sisi Allah Ta’alla, sebagaimana mereka telah mengangkat derajat kita di dunia sampai saat ini, dengan semua do’a dan perjuangan mereka dahulu.

Jadi, ingin mengunjungi ibu dan ayah kita sekarang, dan melihat wajah mereka secara langsung? Kunjungilah sekarang…..

Ingin menanyakan kabar ibu dan ayah kita sekarang, dan mendengar suara mereka secara langsung? Teleponlah mereka sekarang…..

Sebelum penyesalan itu datang….

Wallahu’allam bisshowab

Jakarta, 29 Agustus 2024

H. J. FAISAL

  • Sekretaris PB Al Washliyah Bidang Risdiq
  • Dosen Prodi PAI UNIDA Bogor
  • Director of Logos Institute for Education and Sociology Studies (LIESS)
  • Pemerhati Pendidikan dan Sosial
  • Anggota PJMI

About Author

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments

KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
M. Najib Wafirur Rizqi pada Kemenag Terbitkan Al-Quran Braille