BAYANGKAN di suatu siang yang teramat terik, dengan panas yang luar biasa menyengat, ditambah kerongkongan yang terasa kering, kemudian ada yang menawarkan segelas air di hadapan kita, akankah kita tolak? Penulis yakin, manusia yang normal pasti akan menerima segelas air itu. Karena ia dapat mengobati rasa haus dan menyegarkan badan kita. Namun setelah rasa haus itu hilang, pernahkah timbul pertanyaan di dalam pikiran kita apa yang terjadi seandainya Allah tidak menciptakan air?
Andaikata kita belum pernah merenungi hal ini, sebenarnya Al-Qur an sejak lama sudah menanyakan hal yang sama di dalam Q.S. Al-Waqiah ayat 68 sampai 70: “Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?”.
Al-Qur an dengan gaya bahasanya yang indah sering memulai ayatnya dengan kalimat tanya (harf al-istifham). Sudah barang tentu, suatu pertanyaan pastilah ditujukan hanya bagi makhluk yang berakal. Oleh karena itu ayat ini sebenarnya sedang mengajak kita untuk berpikir, menggunakan akal yang telah dikaruniakan Allah kepada kita, untuk merenungi tanda-tanda kebesarannya. Oleh karena pertanyaan di dalam Al-Qur an ini hanya ditujukan kepada makhluk yang cerdas saja, maka untuk menjawab pertanyaan ini hendaklah dengan argumentasi dan dalil yang cerdas juga. Bisa saja kita menjawab, jika tidak ada air maka kita tidak bisa mandi, kehausan, tidak ada ikan dan lain sebagainya. Namun apakah sesederhana itu? Oleh karena itu, sebelum menjawab pertanyaan ini, kita kaji dulu asal muasal air dengan mengkaji pada tingkat atomiknya.
Menurut penelitian para kimiawan, air terdiri dari unsur hidrogen dan oksigen. Namun jangan dikira , hidrogen dan oksigen itu seperti gula dan tepung untuk membuat kue ombus-ombus, karena gula dan tepung adalah bahan yang dapat dimakan, sedangkan hidrogen dan oksigen sejatinya adalah gas yang berbahaya. Hidrogen merupakan gas yang mudah terbakar, dan menghasilkan dorongan yang cukup tinggi. Oleh karena itu gas hidrogen digunakan sebagai bahan bakar roket.
Di sisi lain, oksigen adalah alasan mengapa ada api di muka bumi ini. Oksigenlah yang bertanggungjawab pada proses pembakaran kayu, kertas, lilin, kain, minyak dan materi karbon lainnya. Kita membutuhkan oksigen untuk membakar bahan makanan agar menjadi energiuntuk tubuh. Alangkah ajaibnya dengan mencampur hidrogen dan oksigen yang mudah terbakar didapat air yang justru dapat digunakan untuk memadamkan api.
Apakah sudah selesai sampai di sini? Belum, karena untuk mendapatkan air, hidrogen dan oksigen tidak boleh dicampur dengan sembarangan, sebab ada perbandingan komposisi antara gas hidrogen dan gas oksigen. Menurut penelitian perbandingan volume gas hidrogen dan oksigen pada air adalah 2:1 dan perbandingan beratnya adalah 1 : 8. Dengan demikian rumus kimia air adalah H2O yang menunjukkan di dalam 1 molekul air terdapat 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen. Apa yang terjadi jika terdapat 2 atom hidrogen dan 2 atom oksigen? Maka yang akan kita dapatkan adalah H2O2 alias hidrogen peroksida yang pada konsentrasi tinggi dapat digunakan untuk menghancurkan kayu, dan dalam konsentrasi yang rendah, sekitar 5% dapat menjadi obat untuk menghancurkan kotoran telinga.
Apakah sudah selesai? Masih belum. Antara atom hidrogen dan atom oksigen ternyata membentuk sudut tertentu. Menurut teori tolakan pasangan elektron valensi (VSEPR), besarnya sudut tolakan ini adalah arc cos -(1/3) yaitu 109,47o. Namun setelah diteliti, sudutnya lebih kecil yaitu 105,5 o. Dengan sudut ini, memungkinkan satu molekul air untuk berikatan dengan empat molekul air lainnya. Itulah sebabnya air mendidih pada suhu 100oC dan membeku pada suhu 0oC.
Andaikata tidak demikian, maka pada suhu kamar (25oC), air sudah mendidih, sehingga tidak ada air yang dapat diminum, dan kita akan mati kehausan. Di samping itu, air ternyata memiliki keunikan tersendiri, walaupun pada suhu 0oC air akan membeku, namun pada suhu 4oC air justru akan memuai. Itulah sebabnya ketika musim salju di belahan utara dan selatan bumi, air dipermukaan danau membeku namun air di dasar danau akan tetap cair dan ikan-ikan dapat hidup dengan baik.
Apakah sudah selesai sampai sudut molekul ini? Ternyata masih belum juga. Sebagaimana pertanyaan Al-Qur an di atas, mengapa air tidak terasa asin? Padahal antara air (H2O) dengan garam dapur (NaCl) yang asin terdapat banyak kesamaan sifat. Air dan garam dapur sama-sama dapat terurai menjadi ion sehingga garam dapur dapat larut dalam air. Keduanya juga memiliki kekuatan asam (pH) yang sama yaitu netral pada pH 7. Lalu mengapa air tidak berasa asin? Untuk menjawabnya, mungkin tidak dapat lagi hanya dikaji pada tingkat atom, tapi harus pada tingkat yang lebih kecil, pada tingkat sub atom yang menjadi ranah kajian pada dunia kuantum.
Setelah melihat beberapa fakta tentang air pada tingkat atom, kita akan tercengang mendapati betapa hebatnya ketelitian Allah SWT dalam menciptakan air. Itupun yang terungkap masih beberapa fakta saja, karena setiap hari, setiap waktu senantiasa ditemukan fakta-fakta baru tentang air di dalam penelitian para ahli. Oleh karena itu, ada ribuan bahkan jutaan misteri di dalam air yang masih belum terjawab hingga saat ini.
Setiap hari kita menggunakan air untuk mencuci dan melarutkan zat-zat makanan. Itulah sebabnya air digelari sebagai pelarut universal, karena ia dapat melarutkan tanpa merubah zat tersebut. Jika kita mencampurkan gula dengan air, maka yang akan didapatkan adalah larutan gula. Lain ceritanya jika yang dicampurkan adalah asam lambung (HCl) dengan NaOH, maka hasilnya adalah NaCl. Jadi bayangkan seandainya Allah Ta’ala menjadikan NaOH sebagai minuman makhluk hidup, tentu lambung mereka akan berisi penuh garam dapur.
Oleh karena itu, untuk menjawab pertanyaan Al-Qur an ini, tidaklah cukup hanya mengandalkan kemampuan rasio saja, karena akal dan manusia yang begitu terbatas. Dengan demikian, untuk menjawab pertanyaan ini, jawaban yang paling tepat adalah “Robbana ma kholaqta hadza batila, subhanaka faqina ‘azaban nar, Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Ali Imran ayat 191).
Dengan pertanyaan ini, maka kesombongan akal manusia akan bersimpuh sujud di hadapan kemahakuasaan Allah SWT. Walau sehebat apapun akal manusia itu tidak akan sanggup membuat tandingan atas berbagai rahmat Allah di jagad raya ini yang telah Ia berikan kepada kita. Karena dalam menciptakan alam ini, Allah Ta’ala telah membuat suatu hukum yang dikenal dengan sunnatullah. Bila sunnatullah ini dilanggar, akan menimbulkan bencana dan kekacauan pada seluruh semesta. Oleh karena itu alangkah naifnya bila ada manusia yang terlalu bangga dengan kecerdasan otaknya sampai lupa kepada sang pencipta otak. Dan sebaliknya, orang-orang yang menggunakan akalnya dalam rangka menambah keimanan kepada Allah dengan cara menggali tanda-tanda kebesarannya, mereka inilah yang disebut dengan Ulil Albab. Mereka diberi nikmat iman yang setara dengan para Rasul utusan Allah (QS. Ali Imran ayat 194). Semoga kita termasuk ke dalam golongan ulil albab ini. Aamiiin Ya Robbal ‘Alamin
Muhammad Abduh Nasution
Sekretaris Majelis Dakwah PD Al Jam’iyyatul Washliyah Kabupaten Deli Serdang, Sumut.