BerandaKabar WashliyahPB Al WashliyahPerjalanan Sejarah Kantor PB Al Washliyah di Tanah Betawi

Perjalanan Sejarah Kantor PB Al Washliyah di Tanah Betawi

SEJARAH mencatat produk monumental hasil Muktamar ke-16 Al Jam`iyatul Washliyah [Al Washliyah] pada tahun 1986 di Wisma Haji Ciliwung, Bukit Duri, Jakarta Selatan adalah menetapkan Pengurus Besar Al Washliyah hijrah dari Jalan Sisingamangaraja, Kota Medan, Sumatera Utara ke Ibukota Jakarta.

Dengan demikian, otomatis kantor pengurus besar organisasi yang saat itu terpilih HM Ridwan Ibrahim Lubis sebagai Ketua Umum PB Al Washliyah dan H.Aziddin SE sebagai Sekretaris Jenderal PB Al Washliyah, ikut pindah ke Jakarta, tanah Betawi. Aktivitas sekretariat pun diawali dari kediaman almarhum KH.Yunan Helmi Nasution, yang akrab disapa Abah Yunan, di Kawasan Jalan Tomang Raya, Jakarta Barat.

Sebenarnya organisasi berlambang bulan sabit bintang lima ini pernah memiliki kantor yang definitif. Konon, sekitar tahun 1960-an, organisasi ini telah memiliki kantor perwakilan pengurus besar [PB] di Jakarta, menempati satu bangunan di Kramat Sentiong, Jakarta Pusat. Tanpa ada keterangan jelas bahwa kantor tersebut kini telah tiada dan berpindah tangan ke pihak lain. Sejak saat itu, Al Washliyah sebagai organisasi Islam yang berdiri 30 November 1930, Al Washliyah pun belum punya kantor permanen di ibukota hingga era kepemimpinan Prof.Dr.Muslim Nasution,MA.

HM Ridwan Ibrahim Lubis dan Haji Aziddin, memiliki andil besar untuk mendorong terselenggaranya muktamar Al Washliyah tahun 1986. Setelah rencana pelaksanaan muktamar molor sekitar 8 tahun dari jadwal semula.

Perjalanan kantor PB Al Washliyah mengalami perpindahan dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Dimulai dari Jalan Tomang Raya ke satu rumah toko [ruko] lantai 5 di Jalan Biak, Roxy, Jakarta Pusat dengan status sewa.

Berdasar kondisi dan berbagai pertimbangan, kantor PB Al Washliyah hijrah dari Jalan Biak ke Jalan Garuda, Jakarta Pusat. Plang nama kantor pun terpaksa diangkut staf sekretariat dengan suasana haru. Setelah dapat menyewa satu ruko bertingkat di Jalan Garuda, Jakarta Pusat, maka aktifitas secretariat berpindah ke Jalan Garuda. Dari kantor ini, organisasi Al Washliyah sempat menggelar Muktamar ke 17 pada 1992 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, yang digerakkan lagi Jalan Garuda, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Muktamar ke-17 Pondokgede, kembali memberi amanah kepada pasangan HM. Ridwan Ibrahim Lubis dan H. Aziddin. Beberapa tahun setelah kepengurusan baru terbentuk, kantor organisasi ini harus kembali angkat kaki dari Jalan Garuda. Kali ini PB Al Washliyah menyewa satu unit rumah di Jalan Kayumanis V Baru Jakarta Timur, yang lokasinya berjarak sekitar 200 meter dari perguruan Al Washliyah Kayumanis yang berdiri pada 1960 yang diprakarsai oleh Letkol Bahruddin Ali.

Tidak beberapa lama kemudian, organisasi yang dilahirkan para kaum muda/pelajar Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan ini kembali harus berpindah kantor dengan kondisi memprihatinkan. Selang beberapa saat, untuk kesekian-kalinya PB Al Washliyah menempati ruko di Jalan Letjen Soeprapto, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Di tempat ini Al Washliyah cukup lama berkantor. Muktamar ke-18 Al Washliyah di Pusdiklat Pos, Bandung, Jawa Barat pada 1997 dikerjakan atau digerakkan oleh panitia muktamar dari kantor di Jalan Letjen Soeprapto.

Muktamar Bandung yang dibuka Wakil Presiden Tri Sutrisno di Istana Wapres menghasilkan Ketua Umum H. Aziddin dan Sekjen HM. Kaoy Syah. Kepengurusan ini selama satu periode berkantor di Jalan Letjen Soeprapto.

Tidak beberapa lama setelah muktamar ke 19, kantor organisasi ini kembali harus beranjak pindah dari Jalan Letjen Soeprapto. Sebelum dapat kantor sewa yang baru, PB Al Washliyah sempat berkantor di kediaman Ketua Umum, Haji Aziddin di Jalan Bren Kompleks Kodam Jaya, Jakarta Pusat sampai kemudian menempati sebuah ruko di Jalan Howitzer Raya, Sumur Batu, Jakarta Pusat. Tidak jauh dari kediaman Ketua Umum Haji Aziddin. Selama satu periode Al Washliyah berkantor di tempat itu hingga digelar muktamar ke 20 pada tahun 2010 di Jakarta.

Lokasi muktamar yang dipilihpun kembali Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Meski sebelumnya panitia sempat berencana untuk menggelar muktamar di Manado atau Banten. Namun akhirnya perhelatan akbar itu digelar di Jakarta. Muktamar 2010 ini hampir saja tidak terlaksana. Namun karena tekad yang bulat dan dukungan dari semua pihak, akhirnya muktamar tersebut dapat juga terlaksana dengan sukses.

Di muktamar ke 20 ini terpilih Prof. Dr. Muslim Nasution sebagai ketua umum. Sebenarnya nama beliau sudah tidak asing bagi kalangan Al Washliyah. Beliau beberapa kali menjabat sebagai Ketua PB Al Washliyah. Bahkan pada muktamar ke 18 di Bandung, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah dan Mantan Kabid Haji pada Konjen RI di Jeddah, Arab Saudim ini pernah menjadi calon Ketum PB Al Washliyah bersaing dengan H. Aziddin.

DANA BANTUAN SOSIAL
Sejarah Kantor permanen PB Al Washliyah di Jakarta sungguh panjang. Dari muktamar ke muktamar belum juga memiliki kantor, kondisi inilah yang mendorong semua pengurus, simpatisan dan warga Al Washliyah untuk mewujudkan mimpi memiliki kantor di kota yang memiliki tugu Monumen Nasional [Monas] ini.

Diinisiasi sejumlah kader Al Washliyah yang menjadi anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara, pada periode H.Syamsul Arifin menjabat Gubernur Sumatera Utara, mendorong adanya bantuan sosial untuk dana pembangunan Kantor PB Al Washliyah di Jakarta. Melalui tahapan dan proses, akhirnya bantuan sosial sebesar Rp1 miliar disetujui dan cair. Berdasar modal tersebut, maka kepemimpinan PB Al Washliyah yang diketuai oleh Prof.Dr.H.Muslim Nasution mulai bergerak mencari lahan untuk lokasi pembangunan kantor baru, karena uang bantuan sudah tersedia.

Ternyata tidak berjalan mulus, karena melalui proses dan kajian. Dibawah komando Ketua Umum PB Al Washliyah, Prof.Dr.Muslim Nasution bersama sejumlah personel pengurus mencari lahan di Kawasan Jakarta. Terbesit dalam berita, Muslim Nasution pernah mensurvei dan mau membeli satu unit bangunan berlantai lima di daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan, namun berdasar berbagai pertimbangan akhirnya niat tersebut gagal. Selanjutnya pengurus juga sempat meninjau satu ruko di Jalan Jenderal DI Panjaitan, Jakarta Timur, ini pun akhirnya batal.

Melalui satu pertemuan di kediaman Prof Dr.H.Muslim Nasution, pengurus PB Al Washliyah menyepakati pencarian lahan untuk kantor menjadi prioritas. Setelah ke sana ke mari, maka ditinjau lahan dan memiliki bangunan semi permanen di Jalan Jenderal Ahmad Yani No 41 Rawasari, Jakarta Pusat, yang atas usulan Drs.H.Aris Banadji, unsur PB Al Washliyah, pada saat itu.

Alhamdulillah wa syukrillah, Prof Dr.H.Muslim Nasution yang terjun langsung meninjau lokasi, begitu melihat kondisi tanah beliau langsung sepakat dan setuju. Bahkan beliau sempat memimpin doa di atas lahan itu.

Setelah itu dilanjutkan negosiasi dengan pemilik lahan, setelah beberapa kali pertemuan. Karena pemilik lahan dan bangunan menawarkan harga jual sebesar Rp1,2 miliar. Akhirnya negoisasi terus dilancarkan, karena uang bansos dari Pemprov Sumatera Utara hanya diperoleh hanya sebesar Rp900 juta. Dengan demikian, uang untuk membeli lahan itu otomatis kurang. Maka pertemuan digelar lagi dengan pemilik di lokasi, akhirnya disepakati Rp1,1 miliar. Dan luas tanah tidak seutuhnya dapat dipergunakan karena sebagian terkena jalur hijau berdasar Rencana Umum Tata Ruang [RUTR) perkotaan.

Menindaklanjuti ke tahap pembayaran, seorang tokoh dan Ketua Dewan Panasehat PB Al Washliyah, H.Maslin Batubara, saat itu membantu/mengasih pinjaman sebesar Rp200 juta kepada PB Al Washliyah, dan akhirnya terlaksana transaksi jual-beli.

Prof Dr.H.Muslim Nasution berpesan kepada pengurus PB Al Washliyah agar tanah untuk kantor itu dilengkapi dengan dokumen pertanahan. Ia tidak mau kantor itu bermasalah di belakang hari. Karena itu beliau meminta hal tersebut menjadi perhatian pengurus.

Dengan kondisi kantor seadanya, jauh dari kelengkapan suatu kantor besar organisasi, maka secara berlahan aktifitas kantor mulai bergerak dari Jalan Jenderal Ahmad Yani No 41 Rawasari Jakarta Pusat.

Tanah yang berlokasi dekat Gedung SMAN 30 Jakarta dan sejumlah apartemen itu, kini menjadi milik Al Washliyah bukan atas nama pribadi pengurus. Meski Prof. Dr. Muslim Nasution tidak sempat menikmati hasil payahnya dengan berkantor di Jalan Jenderal Ahmad Yani No 41 Rawasari, Jakarta Pusat.

Prof.Dr.H.Muslim Nasution wafat dalam usia 60 tahun di RS Siloam, Tangerang, Provinsi Banten, pada hari Senin tanggal 6 Agustus 2012 pukul 19.15 Wib. Al Washliyah berduka atas kehilangan tokoh dan penggerak organisasi Islam ini.

Usai pemakaman almarhum di Islamic Village, Karawaci, Tangerang, PB Al Washliyah menggelar rapat dan menyepakati Wakil Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr.H.Yusnar Yusuf menjadi pejabat Ketua Umum PB Al Washliyah. Kemudian dalam waktu tidak terlalu lama, PB Al Washliyah membentuk panitia pembangunan Kantor PB Al Washliyah sebagai amanah almarhum Prof.Dr.H.Muslim Nasution.

SERTIFIKAT WAKAF
Panitia pembangunan Kantor PB Al Washliyah saat itu diketuai oleh Drs.H.Lukman Hakim Hasibuan, Sekretaris, Dr.H.Masyhuril Khamis,SH,MM dan Bendahara, H.Irgan Chairul Mahfiz. Perangkat panitia terus bergerak mengurus dokumen pertanahan, termasuk urusan notaris, Badan Pertanahan Nasional [BPN] Walikota Jakarta Pusat. Dengan modal gigih dan mengawal proses sertifikat, akhirnya tanah kantor PB ini telah memiliki sertifikat wakaf.

Alhamdulillah, akhirnya organisasi keumatan ini memiliki sebidang tanah untuk pembangunan kantor Pengurus Besar di tanah Betawi ini. Peresmian pembangunan kantor PB Al Washliyah dilakukan tepat di hari kelahirannya pada Sabtu 30 November 2013, juga ditandai dengan kegiatan Sholat Subuh Berjemaah dan minum susu pagi hari.
Pelatakan batu pertama pembangunan kantor PB Al Washliyah dalam suasana gembira bercampur haru. Lima pimpinan wilayah Al Washliyah dan tiga pimpinan perguruan tinggi Al Washliyah turut hadir dan ikut meletakan batu pertama pembangunan kantor. Setidaknya kelima PW dan pimpinan perguruan tinggi dapat mewakili warga Al Washliyah yang tidak bisa hadir dalam acara bersejarah tersebut.

Perjuangan untuk memiliki kantor PB Al Washliyah secara definitif merupakan cita-cita pengurusnya sejak lama. Namun itu semua baru terealisasi pada tahun 2012. Tepatnya dua tahun setelah kepengurusan baru PB Al Washliyah hasil Muktamar ke 20 di Jakarta terbentuk.

Setahun lebih menempati kantor semi permanen di lokasi tersebut, akhirnya dengan izin Allah SWT. pada hari Sabtu 30 November 2013, bertepatan dengan HUT ke 83 Al Washliyah diazamkanlah untuk melakukan peletakan batu pertama pembangunan kantor Pengurus Besar Al Washliyah sesuai gambar gedung yang telah disetujui bersama.
Peletakan batu pertama diawali oleh Drs.H.Yahya Tanjung, Dewan Panasehat PB Al Washliyah dilanjutkan dengan Ketua Umum PB Al Washliyah dan seterusnya seluruh undangan yang hadir pada saat itu. Inilah tonggak sejarah dimulainya pembangunan Kantor PB Al Washliyah.

PB Al Washliyah dibawah pimpinan Dr.H.Yusnar Yusuf, yang melanjutkan kepengurusan Prof.Dr.Muslim Nasution, telah berhasil membangun dua lantai kantor baru di lokasi tersebut. Kemudian dilanjutkan pada periode 2015-2020, kedua kantor baru itu telah ditempati, meskipun pekerjaan pembangunannya belum belum rampung secara total.

Alhamdulillah di bawah pimpinan Dr.H.Masyhuril Khamis,SH,MM, Sekjen PB Al Washliyah, Dr.Ir.H.Amran Arifin,MM,MBA dan Bendahara Umum, Drs.H.Rijal Naibaho, MM pada tahun kedua periode 2021-2026 ini, pekerjaan dua bangunan dapat diselesaikan, yakni penambahan lantai 3 dan satu unit bangunan bagian depan, terbentang jelang pintu gerbang kantor.

Adapun sumber dana pembangunan kantor ini, menurut keterangan, berasal dari kalangan internal Al Washliyah dan sumbangan dari eksternal Al Washliyah yang tidak mengikat.

Alhamdulillah pada 29 November 2022 ini dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim, bangunan Kantor PB Al Washliyah dinyataan secara resmi digunakan.

JASA-JASA
Pengurus Besar Al Washliyah mengucapkan banyak terima kasih atas jasa-jasa dan partisipasi semua pihak atas pembangunan kantor PB Al Washliyah yang kini sudah 3 lantai, antara lain:

1 H.Syamsul Arifin, Gubernur Sumut periode 2008-2011.

  1. Prof.Dr.H.Muslim Nasution,MA [Alm]
  2. Dr.H.Maslin Batubara. [Alm]
  3. Dr.H.Yusnar Yusuf MS.
  4. Dr.H.Ismail Effendi.
  5. Drs.H.Lukman Hasibuan.
  6. Dr.H.Masyhuril Khamis, SH,MM
  7. Dr.H.Ir.Amran Arifin,MM,MBA.
  8. Drs.H.Rijal Naibaho,MM
  9. Drs.H. Aris Banadji.
  10. Drs.Haris Sambas
  11. Wizdan Fauran Lubis, SE,MM
  12. Drs.H. Ikhyar Hasibuan.
  13. Kak Butet [Istri Almarhum Prof.Dr.Muslim Nasution).
  14. Kader-kader Al Washliyah, mantan anggota DPRD Prov Sumut.
    [syamsir/berbagai sumber]

About Author

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments

KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
M. Najib Wafirur Rizqi pada Kemenag Terbitkan Al-Quran Braille