Oleh: Dr. Drs. H. Masyhuril Khamis, SH, MM
Saudaraku.
Shiyaam berarti imsaak yaitu menahan diri atau mengekang dan mengatur diri. Salah satu Rahasia diwajibkan Shiyaam/Puasa adalah untuk menahan diri dari bergejolaknya nafsu, yaitu:
1. Nafsu yang ada disekitar perut, artinya makan, minum (Kisah Adam dengan buah yang dilarang dimakan/khuldi)
2. Nafsu yang berasal dari bawah perut, artinya godaan syahwat (kisah Qobil yang membunuh adiknya)
3. Nafsu yang berada di atas perut yaitu akal, mulut, mata, telinga (sekuler, liberalisme).
Sementara tujuan diwajibkan shiyaam dengan tegas mencakup:
- Taqwa, La’al lakumm Tattaqun.
Untuk mencapai Taqwa itu diperlukan:
a. Iman yang haqiqi
b. Islam yaitu menyerahkan diri, patuh dan taat dalam menunaikan rukun Islam secara konsisten dan memaknai ajarannya dengan istiqomah.
c. Ihsan, berbuat baik bagi dirinya, lingkungan, makhluk lainnya sebagai wujud kecintaannya kepada Allah SWT.
d. Ikhlas, dimana hakikatnya bahwa kita adalah kasirnya Allah, semua milik Allah, sedangkan kita hanya sebagai pemakai sementara.
Imam Ghazali dalam kitabnya Mukasyaful Qalbi, membagi hati manusia pada 4 bahagian :
a. Hati yang bersinar
b. Hati yang gelap
c. Hati yang tertutup
d. Hati yang setengahnya bersinar setengahnya redup. Kemudian Beliau juga merinci sifat taqwa (Hati yang bersinar itu) akan membentuk manusia sebagai berikut:
· Lidahnya tidak lagi dusta, fitnah, cela dan ghibah.
· Hati tidak lagi dengki, hasad, mendendam, benci.
· Mata selalu terpelihara dari memandang dari yang dilarang Allah.
· Tangan/kekuasaan,semakin terjaga dari perbuatan maksiat,tidak akan mengambil milik orang lain, malah sebaliknya selalu berada di atas untuk membantu yang kurang mampu.
· Kaki/fasilitasnya tidak melangkah ketempat maksiat, tapi semakin rajin berjalan pada jalan-Nya Allah dan Rasulullah SAW.
· Ketaatannya menunjukkan syukur yang meningkat sejalan dengan bertambahnya nikmat Allah padanya.
- Mendidik manusia bersyukur, la’allakum tasykurun.
Sangat banyak sekali nikmat yang telah Allah berikan pada kita, kita tidak mampu menghitungnya, tugas kita bersyukur.
Hakikat syukur adalah menghargai akan sesuatu yang telah kita terima, kita harus menyadari bahwa kita datang dari Allah dan kita pun kembali pada Allah, apa yang ada pada diri kita semua milik Allah, oleh karenanya kita wajib mengelolanya sesuai dengan aturan Allah, bila kita kelola dengan aturan Allah nikmat itu ditambahi, tapi bila kita kelola tanpa aturan Allah atau melenceng dari Allah, maka tunggulah siksanya sangat dahsyat sekali, masihkan kurang berbagi bencana yang ada?
Rasulullah SAW pernah didatangi Jibril, menyampaikan salam dari Allah SWT dan bertanya, manakah engkau yang sukai ya Muhammad menjadi Nabi yang kaya seperti Nabi Sulaeman atau menjadi Nabi yang menderita seperti Nabi Ayyub AS, Nabi menjawab, aku lebih suka kenyang sehari dan lapar sehari, jika kenyang aku bersyukur, jika lapar aku bersabar atas cobaan Allah padaku.
- Mendidik agar kita semakin cerdas, laállahum yarsyuduun.
Rasulullah SAW pernah bertanya pada sahabat, bagaimana sikap kalian nanti jika sekiranya telah terbukanya pembendaharaan Roma Parsi, sahabat menjawab, bahwa mereka akan tetap memegang agama yang asli, Rasul tersenyum kecut, sambil bersabda bahwa pada waktu itu kamu akan berkelahi sesamamu, berpecah belah, setengah yang lain memusuhi yang lain, padahal jumlah ummat Islam itu banyak sekali, tapi nasibnya seperti buih di tengah lautan, lemah kamu akan hancur laksana hancurnya kayu dimakan anai-anai.
Sahabat bertanya, apa penyebabnya ya Rasulullah, jawab Rasul, karena ketika itu hatimu telah terpaut pada dunia (kebendaan), dan kamu takut menghadapi maut/jihad dan perjuangan.
Allahu Akbar walillahilhamd!
Hari ini disebut dengan idul fitri bermakna hari bersih dan hari putihnya hati, hari yan penuh nikmat untuk disyukuri. Lewat tahmid dan tasbih, suasana khusyu’. Haru bercampur sedih. Khusyu’ disebabkan pengakuan diri bahwa Allah lah yang Maha Besar, Maha Agung dengan kekuasaannya, manusia kerdil bila dibanding dengan kebesaran-Nya.
Tahmid karena segala puji dan puji dikembalikan kepada-Nya. Tiada yang pantas dipuji selain DzatNya. Tasbih sebagai wujud pengakuan bahwa Allah Maha Suci, semua makhluk di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya, Tahlil dan Taqdis adalah ungkapan keesaan dan kesucianNya. Allah Maha Esa dengan segala kesucian-Nya. Semua ini keluar dari lubuk hati yang dalam, bagi setiap hamba yang beriman, setelah memenuhi segala suruhan dan menjauhi apa yang dilarang.
Allahu Akbar walillahilhamd!
Sebulan penuh kita berpuasa, tidak makan, minum, dan sesuatu yang membatalkan di siang hari, malamnya tarawih dan tadarus Al-Qurán, sebagai bukti taqarrub kepada Allah yang Rahman, Perilaku tersebut dapat melahirkan watak dan jiwa yang tenang, hati yang bersih, sebagaimana janjinya disiapkan syurga yang terbentang:
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah ke pangkuan Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya, masuklah ke dalam jamaáh hamba-hambaku, dan masuklah ke dalam syurgaKu.” (QS al fajr.)
Aidin waláidat rahimakumullah!
Hari ini kita saling bermaáf-maáfan, anak bersimpuh meminta maaf kepada ayah ibunya, adik dengan kakak, yang muda dengan yang tua, begitu juga jiran sesama jiran tetangga. Intinya hari-hari ini adalah hari silaturrahmi, rasa benci dan dendam dibuang, diganti dengan ramah-tamah, pintu rumah dibuka lebar menerima tamu untuk saling bersilaturrahmi, berjabat tangan dengan keikhlasan. Semua ini tak pandang siapa, baik yang puasa maupun yang tak puasa, pasti hatinya merasa bahagia, malah sebaliknya yang tak berpuasa biasanya lebih sibuk dari yang berpuasa.
Saudaraku, ingatlah, kalau diawal Ramadhan semua syaitan dibelenggu, kini mereka merdeka dan telah bebas, segala godaan di bulan Ramadhan telah mampu kita tantang, sedang saat idul fithri ini masih bisakah bertahan?, terpulanglah pada nilai Iman dan Taqwa, apalagi jika kita sudah kembali ke puncak kecintaan dunia, akibatnya lupa diri, lupa syukur dan lupa ukhrawi.
Kaum Muslimin yg mulia
Indonesia adalah negara yang paling banyak penduduk muslimnya, namun dengan jumlah ini kita punya tantangan ke depan antara lain:
– Kemiskinan, kemiskinan materi dan pemiskinan Iman
– Kebodohan akibat terlambatnya menguasai Ilmu dan Teknologi
– Terpecahnya Persatuan umat
Allahu Akbar walillahilhamd!
Solusi terbaiknya adalah merawat nilai agama, meningkatkan kualitas akhlak anak Bangsa ini, Sejarah telah membuktikan, bahwa bangsa yang tidak menjadikan agama, akhlak Islam sebagai landasan hidupnya akan hancur dan terbelakang.
Contoh sejarah misalnya Turki adalah negara Ialam yang pernah cemerlang selama enam abad dimuka bumi sewaktu mereka menjadikan Islam, nilai-nilai akhlakul karimah sebagai landasan hidup, tetapi karena gerakan sekulerisme Mustafa Kamal yang menindas ajaran dan umat Islam, maka Turki menjadi hancur dimata kawan dan lawan. Alhamdulillah Turki sekarang kembali bangkit, tentu dengan nilai-nilai Islami yang lebih menonjol dan berani bersikap utk kemajuan dunia.
Contoh lain, Universitas dan Masjid Al Hamra di Andalusia Spanyol, adalah pusat kemegahan Islam pada zamannya di Eropah, namun kini tinggal kenangan sebab para intelektualnya meninggalkan nilai-nilai islam sehingga hilanglah kemegahan pusat ilmu dan budaya Islam disana.
Allahu Akbar 3x walillahilhamd!
Saudaraku. Solusi berikutnya adalah meningkatkan sumber daya insan sebagai upaya mengejar ketertinggalan dan keterbelakangan, kita wajib melakukan usaha-usaha peningkatan iman, ilmu, akhlak dan keterampilan. Ilmu tanpa iman akan membuat orang menjadi iblis yang sombong dan angkuh bahkan perusak manusia sepanjang zaman.
Iman tanpa ilmu akan membuat seseorang bagaikan malaikat monoton yang membosankan. Ilmu dan imanlah yang menyebabkan Adam diangkat menjadi Khalifah Allah SWT.
Seorang yang beriman, berilmu, berakhlak dan mempunyai keterampilan akan menjadi manusia yang terhormat dan disegani, Mereka bagaikan masyarakat lebah mampu menghasilkan madu untuk obat dan minuman. Mereka punya senjata tapi tidak pernah mengganggu, mereka dapat dijadikan sahabat yang saling membantu, mereka tidak pernah merusak walau ranting dan dahan kayu. Lebah sangat terampil, lebah sangat pembersih, lebah sangat tertib dan tahu diri, lebah juga menghormati pemimpin dan yang dipimpin. (Q.S An-Nahl:68).
Allahu Akbar walillahilhamd!
Kaum Muslimin Yth.
Tugas kita saat ini adalah menjaga akhlak Bangsa maknanya kita wajib terus berperan menjadi contoh teladan terbaik, teladan penguatan Akhlak, penguatan ilmu pengetahun, sehingga akan lahirlah generasi yang berakhlakul Karimah, berbudaya, berkarakter. Untuk itu ayolah kita jadikan Ramadhan dan Idul Fitri kita sebagai penguat untuk bersatu padu memberi keteladanan, baik dari kaum ulama, penguasa, pengusaha dan semua orang tua.
Implemetasinya adalah orang tua harus serius mendidik anak-anaknya pendidikan agama,Tauhid, Syariah, Akhlak dan keterampilan. Bagi para pejabat dan penguasa harus berani mempergunakan kesempatan untuk menampilkan wajah dan akhlak Islam, membela kepentingan umat.
Untuk para ulama harus berani menyampaikan yang benar itu benar dan yang bathil itu salah, Dan Aparat keamanan harus berani menindak kejahilan dengan tegas dengan niat jihad agar diimbali Allah dengan syurga.
Kepada remaja dan pemuda Islam, jagalah pergaulan dan bergaullah sesama umat tauhid, Insya Allah akan jadilah kamu anak muda yang hidup bertauhid, idealis, tidak menjadi generasi cengeng, generasi sekuler dan bersikap seperti ayam sayur.
Makanan dan sumber mencari penghidupan, marilah kita upayakan supaya benar-benar halal, bukan dari sumber yang subhat, apalagi yang jelas haram. Sebab jika kamu makan yang haram maka akan lemahlah imannya, dan matilah hatinya dari mengingat Allah.
Kita biasakan mendidik diri kita dengan ibadah-ibadah yang konsisten, bericara dengan perkataan yang menyejukkan hati, berjalan dalam langkah kebenaran dan berbudaya dengan budaya ihsan, dan kita harus tetap berperan melanjutkan risalah Rasul.
Hidupkan semangat jihad dan suka berkorban untuk membela agama Allah, sehingga:
- Ada yang membela dengan jabatannya. – Ada yang membela dengan hartanya.
- Ada yang membela dengan ilmunya.
- Ada yang membela dengan tenaganya.
- Hilangkan pola materialis dan sikap hidup konsumtif.
Marilah kita robah menjadi produktif yang bermanfaat bagi banyak orang.
“Wahai generasi muslim pelanjut dakwah Rasul, obatilah jiwamu dengan jamu iman, berbusanalah dengan busana ibadah, harumkan dirimu dengan akhlakul karimah, berhiaslah dengan ilmu dan malu, melangkahlah dijalan Allah dengan tetap bersemangat membela, berpihak untuk kemenangan ajaran Allah dan Rasulullah SAW sembari mengharap ridho Allah.” []
Penulis adalah Ketua Umum PB Al Jam’iyatul Washliyah dan Ketua Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa MUI Pusat.