Refleksi Milad HIMMAH ke 62.
Oleh: Toni Firmayas
ORGANISASi yang lahir 30 November 1959 di Medan Sumatera Utara di pelopori oleh Gerakan Pemuda Al Washliyah (GPA). Berdasarkan hasil Kongres GPA maka dibentuklah Himpunan Mahasiswa Al Washliyah (HIMMAH). Kehadiran Universitas Al Washliyah (UNIVA) tahun 1955 menjadi cikal bakal di bentuk wadah ini untuk menampung aspirasi mahasiswa yang kala itu menimba ilmu di UNIVA.
Di usia yang tidak muda HIMMAH telah banyak melahirkan kader yang berkiprah di berbagai macam bidang baik Akademisi, Politisi, Birokrasi, Pengusaha dan lainnya.
Tahun 2021 merupakan momentum bangkit kembali eksistensi HIMMAH dan menjadi harapan bagi setiap kader. Program Satu Juta Kader yang di canangkan oleh Ketua PP HIMMAH RI Abdul Razak Nasution harus di sahuti oleh Pimpinan Wilayah dan Cabang dengan mendorong terlaksananya pengkaderan di tiap daerah.
Beberapa tahun belakangan akibat Pandemi Covid-19 hampir seluruh organisasi kepemudaan di Aceh mengalami kemunduran dan stagnasi akibat di batasi ruang dan gerak demi menekan tingkat penyebaran kasus Covid -19.
HIMMAH Aceh selaku salah satu organisasi kemahasiswaan juga merasakan dampaknya. Di tambah dengan gagalnya suksesi kepengurusan yang tidak berujung menambah deretan kevakuman dan melemahnya eksistensi serta daya juang kader. Gagal suksesi kepengurusan tidak hanya di Wilayah tetapi di tingkat Pengurus Cabang juga mengalami hal yang sama.
Pergantian estafet tidak berjalan sebagaimana amanat yang tertuang dalam AD/ART dan Peraturan Organisasi.
Sebagai organisasi Kader HIMMAH seharusnya menjadi motor penggerak untuk terus melahirkan kader-kader militan yang memiliki semangat juang dengan nilai-nilai kekeluargaan di dalamnya. Pengkaderan adalah hal yang wajib dilakukan sebagai sebuah organisasi kader. Dan hal ini harus kita dorong bersama sehingga di setiap cabang mampu melakukan pengkaderan.
Dengan momentum Konferwil HIMMAH IX dan Milad HIMMAH ke 62 kita berharap HIMMAH Aceh bisa menyiapkan diri menjadi organisasi yang mampu bersinergi dengan seluruh elemen masyarakat baik di pemerintahan maupun di organisasi kepemudaan lainnya.
Kita berharap siapa nantinya yang menahkodai HIMMAH Aceh bisa menjadi “penghubung” bagi semua golongan seperti sejarah awal berdirinya Al Washliyah pada 30 November 1930. HIMMAH harus memiliki “cita-cita” tinggi sebagai organisasi kader dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Perkembangan teknologi harus mampu di jadikan kesempatan untuk di jadikan ajang aktualisasi dan latihan kader dan menjadi corong dalam menyampaikan kebenaran dan mengawal kebijakan pemerintah.
Mahasiswa yang merupakan “agent of change” harus mampu membuktikan diri bahwasanya dia layak dikatakan sebagai agen perubahan.
Dengan momen Milad ini kita semua harus bergandengan tangan bersama-sama membesarkan organisasi sebagai khittah perjuangan sehingga tercapai kejayaan zaman berzaman. []
Manis Mata, 2 November 2021.
Penulis adalah mantan Ketua Pimpinan Wilayah HIMMAH Provinsi Aceh