JAKARTA – Gencatan senjata yang rapuh antara “Israel” dan Hamas masih berlangsung sejak ditengahi oleh Mesir pada 21 Mei. Namun juru bicara Hamas mengatakan masa depan gencatan senjata tersebut tergantung pada perilaku “Israel”, lansir Anadolu Agency.
Berbicara kepada Anadolu Agency selama kunjungan ke ibukota Tunisia, Tunis, Sami Abu Zuhri menggarisbawahi bahwa gerakannya akan menghormati perjanjian gencatan senjata selama Zionis “Israel” menghormatinya.
“Jika ‘Israel’ tidak mematuhi, wajar bagi kami untuk menghadapinya,” kata Abu Zuhri tentang kesepakatan yang mengakhiri 11 hari pemboman “Israel” di Jalur Gaza yang merenggut nyawa sedikitnya 289 warga Palestina dan meninggalkan sejumlah negara. jejak kehancuran yang melihat bangunan tempat tinggal, pusat kesehatan, sekolah dan rumah media di antara struktur sipil menjadi sasaran.
Dia mencatat bahwa apa yang dicapai adalah “perjanjian gencatan senjata bersama dan simultan, bukan gencatan senjata,” menggambarkannya sebagai “rapuh, karena sifat pendudukan yang berdarah dan kriminal”.
“Israel” “tidak menghormati kesepakatan dan melakukan serangan harian ke kota-kota Tepi Barat, dan ancaman pemindahan penduduk Yerusalem masih ada,” kata Abu Zuhri, menambahkan kelanjutan pelanggaran semacam itu membuat putaran konfrontasi lain mungkin terjadi. .
Putaran kekerasan terbaru meletus dengan latar belakang ketegangan atas keputusan pengadilan “Israel” untuk mengusir keluarga Palestina dari rumah mereka di lingkungan Syeikh Jarrah di Yerusalem Timur yang diduduki dan serangan polisi terhadap jamaah di dalam Masjid Al-Aqsha.
Pada tanggal 25 Mei, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memulai perjalanan empat hari ke “Israel”, Palestina, Mesir dan Yordania untuk membahas cara-cara memperkuat gencatan senjata di antara sejumlah isu regional.
Pada hari Senin (31/05/2021), kepala intelijen Mesir Abbas Kamel berada di Gaza untuk melakukan pembicaraan dengan pemimpin Hamas di daerah kantong yang terkepung, Yahya Sinwar, untuk membahas kemungkinan kesepakatan pertukaran tahanan Hamas-“Israel”.
Sehari sebelumnya, Kamel bertemu dengan Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu dan Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas untuk pembicaraan tentang gencatan senjata Gaza dan rekonstruksi wilayah tersebut.
Abu Zuhri menyambut baik kunjungan Kamel ke Gaza dan diplomasi antar-jemputnya, dengan mengatakan itu menunjukkan minat Mesir pada perjuangan Palestina dan dukungannya untuk Palestina setelah agresi terbaru.
Keramahan yang diterima delegasi Mesir di Gaza adalah “bukti keinginan Hamas untuk membangun hubungan baik dengan Kairo”, kata Abu Zuhri, menambahkan kunjungan itu melayani kepentingan rakyat Gaza dan memperkuat hubungan bilateral antara Mesir dan Gaza. [***/sir]