Oleh: Dr. Ja’far, M.A.
Innâlillâhiwainnâilaihirâji‘ûn, umat Islam khususnya Keluarga Besar Al Jam’iyatul Washliyah berduka cita. Prof. Dr. Drs. H. Ramli Abdul Wahid, LC., M.A., ulama senior yang sejak lama menjadi benteng akidah umat Islam, khususnya warga Al Washliyah di Indonesia, telah meninggalkan kita semua, tepatnya tadi malam, 2 Mei 2020 pukul 20.00 WIB. Sampai akhir hidupnya, ia menjabat sebagai Ketua Dewan Fatwa Al Jam’iyatul Washliyah periode 2015-2020, hasil Muktamar Al Jam’iyatul Washliyah ke-21 yang diadakan di Jakarta, 22-24 April 2015. Ia telah menjadi pimpinan dewan syariah Al Washliyah ini sejak tahun 1992. Saat berusia 60 tahun, ulama Al Washliyah yang sangat produktif ini menerbitkan otobiografinya yang berjudul Anak Desa Tak Bertuan Jadi Profesor: Kisah Nyata Kehidupan 60 Tahun Prof. Dr. Drs. H. Ramli Abdul Wahid, LC., M.A yang diedit oleh dua muridnya: Irwansyah dan Ja’far. Buku otobiografi ini dilengkapi dengan banyak testimoni dari sejumlah kolega terdekatnya. Dengan membaca buku ini, kita akan tersadarkan bahwa umat Islam, khususnya warga Al Washliyah, betul-betul telah kehilangan sosok ulama yang inspiratif dan dedikatif ini.
Ustaz Ramli Abdul Wahid telah mendedikasikan hidup dan ilmunya untuk umat dan bangsa. Dedikasi itu bisa dilihat dari tiga hal berikut. Pertama, Ustaz Ramli turut serta mencerdaskan anak bangsa baik secara formal maupun non-formal sejak masih muda sampai akhir hidupnya. Ia mengawali karir sebagai guru madrasah di saat masih berstatus sebagai pelajar sampai akhirnya menjadi guru besar di perguruan tinggi. Di akhir hidupnya, ia merupakan Profesor dalam bidang Hadis di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, tempat terakhir ia mendedikasikan hidup dan ilmunya secara formal. Berbekal ilmu agama yang diperoleh sejak Madrasah Ibtidaiyah Al Washliyah di Sei Kepayang, Asahan (1969), Madrasah Tsanawiyah Madrasah Pendidikan Islam di Sei Tualang Raso, Tanjungbalai Asahan (1973), dan Madrasah Aliyah Perguruan Gubahan Islam di Tanjungbalai Asahan (1974), ia melanjutkan studi ke Kulliah ad-Da’wah di Tripoli, Libya (1980), kemudian meraih pendidikan di level Magister (1991) dan Doktor (1997) dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ilmu yang diraihnya telah secara nyata didedikasikan untuk umat dan bangsa baik secara formal maupun non-formal.
Kedua, Ustaz Ramli merupakan ulama yang memberikan perhatian serius terhadap perkembangan pemikiran dan keberagamaan umat Islam di Indonesia. Posisi terakhirnya sebagai Ketua Dewan Fatwa Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah sekaligus Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatera Utara semakin menguatkan keinginannya untuk membentengi umat dari kekeliruan dan kesesatan dalam menafsirkan dan mengamalkan ajaran Islam. Dalam banyak kesempatan, ia menyampaikan hasil pengamatannya terhadap keberadaan aliran sesat dan menyimpang di Indonesia. Ia bahkan memberikan solusi bagi kaum Muslim terkait strategi untuk mengantisipasi kemunculan dan/atau pengaruh aliran sesat.
Karyanya yang terkenal dalam bidang ini adalah Kupas Tuntas Ajaran Ahmadiyah (LP2IK, 2011; Perdana Publishing, 2011). Selama ia memimpin Dewan Fatwa Al Washliyah, dewan syariah Al Washliyah ini telah menghasilkan puluhan fatwa, termasuk fatwa sesat terhadap Ahmadiyah dan fatwa kafir terhadap pengikut komunisme. Di bawah kepemimpinannya, Dewan Fatwa Al Washliyah terasa lebih produktif dalam menghasilkan fatwa, dan fatwa-fatwa itu akan segera diterbitkan sebagaimana cita-cita Ustaz Ramli beberapa tahun terakhir. Banyak kritik terhadap dirinya yang dinilai terlalu keras dan fanatis, tetapi hal itu dilakukannya tidak lain karena ingin melindungi akidah umat dari kesesatan dan penyimpangan.
Empat karya berikut menjadi bukti kepeduliannya terhadap usaha meluruskan pemahaman dan pemikiran di kalangan umat Islam, yaitu Peranan Islam dalam Menghadapi Era Globalisasi Sekuler (2014), Mengenal Islam: Akidah dan Syariah (2015), Ilmu Fardu ‘Ain Islam (2016) dan Meluruskan Pemikiran dan Cara Beribadah dalam Islam (2017). Di sinilah terlihat bahwa Ustaz Ramli mewarisi dan melanjutkan semangat perjuangan ulama-ulama Al Washliyah dalam melindungi akidah umat seperti yang dilakukan oleh Ustaz Abdurrahman Sjihab, Ustaz M. Arsjad Thalib Lubis, Ustaz Yusuf Ahmad Lubis, dan Ustaz Adnan Lubis.
Foto: Almarhum Ustadz Prof. Dr. H. Ramli Abdul Wahid bersama dengan pengurus Dewan Fatwa Al Washliyah dalam sebuah pertemuan.
Ketiga, Ustaz Ramli merupakan ulama yang universalis dan produktif. Dalam beberapa diskusi secara informal dengannya, terlihat bahwa ia menolak sikap fanatis terhadap spesialisasi ilmu dalam konteks kajian keislaman. Ia menegaskan bahwa seorang ulama atau cendekiawan Muslim adalah mereka yang menguasai banyak disiplin ilmu keislaman demi menunjang profesinya sebagai benteng dan sandaran umat. Ia merasa sedih dengan adanya pakar yang hanya menguasai atau fokus pada satu disiplin ilmu saja dengan alasan linieritas. Ia berharap bahwa para pelajar agama yang kelak akan menjadi ulama dan cendekiawan Muslim harus menguasai semua cabang ilmu-ilmu keislaman.
Dilihat dari 20 judul buku yang telah dihasilkannya, selain puluhan artikel dan beberapa hasil penelitian, ternyata semua karangan Ustaz Ramli tidak melulu pada bidang hadis sebagai keahliannya secara formal. Meskipun akan dipandang tidak linier, tetapi ia punya argumen historis. Pikirannya ini diilhami dari figur ulama-ulama terkemuka di dunia Islam terdahulu, terutama dari kalangan mazhab Asy‘ariyah dan mazhab Syâfi‘iyah, yang ternyata tidak hanya menguasai satu disiplin ilmu saja, melainkan menguasai banyak ilmu-ilmu keislaman.
Untuk itulah, meskipun dikukuhkan sebagai Profesor dalam bidang Hadis, Ustaz Ramli menulis dalam bidang ilmu Qur’an, hukum Islam (khususnya fikih), bahasa, dan sejarah. Di antara buku terakhirnya berjudul Meluruskan Pemikiran dan Cara Beribadah dalam Islam (Perdana Publishing, 2017). Tiga karya lainnya yang ditulis bersama beberapa koleganya berjudul Tujuh Butir Peluru Untuk Negeriku: Perjuangan Syekh Ismail Abdul Wahab untuk Ibu Pertiwi dalam Merintis dan Mempertahankan Kemerdekaan RI (Perdana Publishing, 2017); Perkembangan Terkini Studi Hadis di Indonesia: Peran Lembaga-lembaga Pendidikan dalam Pengkajian Hadis (2018); dan Peringatan 1 Abad Maktab Islamiyah Tapanuli (K-Media, Januari 2020). Karya yang disebut pertama didedikasikan untuk memperingati ulama pejuang asal Tanjungbalai, Syekh Ismail Abdul Wahab dimana Ustaz Ramli dan tim ingin memperjuangkannya menjadi pahlawan nasional. Karya yang disebutkan kedua merupakan hasil penelitiannya di tiga provinsi: Sumatera Utara, Jakarta dan Yogyakarta.
Melihat kegigihannya dalam mengumpulkan data penelitian, seorang Profesor senior di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukkan rasa kagum karena meskipun Ustaz Ramli sudah berusia tidak muda tetapi masih semangat untuk melakukan riset dan bahkan turut serta mengumpulkan data di lapangan. Sedangkan karya yang disebutkan terakhir merupakan kumpulan hasil seminar untuk memperingati 1 abad Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) yang menjadi embrio kelahiran Al Washliyah dimana Ustaz Ramli menjadi salah satu pembicara utama dalam seminar tersebut. Sebuah artikel yang telah lama disiapkannya baru-baru ini terbit dalam Islamijah: Journal of Islamic Social Sciences dengan judul “Mengurai Diskursus Kepemimpinan dalam Perspektif Islam” (2020).
Gugusan karya akademik yang dihasilkannya selama hidup menjadi bukti betapa ia melanjutkan tradisi ilmiah para ulama di dunia Islam, khususnya tradisi ilmiah di kalangan ulama-ulama Al Washliyah. Di sinilah tampak bahwa ia benar-benar turut serta menyebarkan ilmu yang bermanfaat untuk generasi Muslim di era mendatang.
Ustaz Ramli memang telah mendahului kita untuk menemui Sang Ilahi. Tetapi yakinlah bahwa pikiran dan pengaruhnya masih akan terus hidup. Sebab, ia memiliki banyak murid yang kelak akan melanjutkan cita-cita dan perjuangannya. Ia juga mewariskan puluhan karya yang akan terus menjadi referensi bagi umat Islam secara umum dan para pengkaji Islam secara khusus. Ia juga memiliki perpustakaan pribadi yang representatif dengan koleksi ribuan kitab dalam bahasa Arab, Inggris dan Indonesia. Karya-karyanya harus terus dipelihara agar tidak “hilang” di telan masa sebagaimana sudah terjadi pada sebagian karya para ulama Al Washliyah terdahulu. Kita memang sedih dengan kepulangannya menemui Sang Ilahi, akan tetapi kita harus segera sadar bahwa ilmu dan dedikasinya selama ini untuk umat dan bangsa akan menjadi amal jariyah dan pahala yang melimpah, hingga ia bisa menghadap Ilahi dengan penuh ketenangan. Allâhummaghfirlahu warhamhu wa ‘âfihi wa‘fu ‘anhu.[]
Penulis adalah Anggota Dewan Fatwa Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah Periode 2015-2020.
[…] *tulisan ini sebelumna pernah diterbitkan di https://kabarwashliyah.com/2020/05/03/al-washliyah-berduka-ulama-produktif-itu-telah-tiada-mengenang-… […]