BerandaKabar WashliyahPidato HUT 54 Ikatan Guru dan Dosen Al Washliyah (IGDA)

Pidato HUT 54 Ikatan Guru dan Dosen Al Washliyah (IGDA)

لسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين. الصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين.
وعلى آله وأصحابه أجمعين. أما يعد.

Mari kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga kita bisa berkumpul di tempat yang penuh berkah ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. Pendidik sejati yang telah mengentaskan manusia dari gulita kebodohan, menuju cahaya ilmu pengetahuan.

Bapak-ibu sekalian yang saya hormati
Tanggal 15 Februari adalah hari yang bersejarah bagi kita semua. Karena pada tanggal inilah, IGDA didirikan di Bandung pada tahun 1966 yang silam. Berdirinya IGDA jangan hanya diterjemahkan sebagai lahirnya organ bagian Al Washliyah yang menghimpun para guru dan dosen Al Washliyah dalam satu wadah. Lebih dari itu, kelahiran IGDA harus dimaknai sebagai lahirnya suatu semangat baru dan komitemen luhur untuk menata, membenahi, serta meningkatkan kualitas pendidikan di semua lini dan lembaga pendidikan yang dikkelola oleh Al Jam’iyatul Washliyah. Jadi, berdirinya IGDA merupakan wujud nyata dari upaya menyukseskan misi besar Al Washliyah dalam mencerdaskan umat, dan mempersiapkan generasi masa depan yang memiliki kemampuan mumpuni untuk membangun peradaban Islam yang lebih baik.

Pada usianya yang ke-54, kiprah dan jasa para guru dan dosen yang tergabung dalam IGDA sudah sangat luar biasa. Tidak terhitung berapa banyak pelajar dan mahasiswa yang mereka didik dan mereka cerdaskan. Untuk semua bakti dan perjuangan ini, tidak ada penghargaan layak yang mereka dapatkan. Bahkan dalam sejumlah kasus, masih dijumpai para pendidik IGDA yang menerima bayaran di bawah standart. Tapi semua itu, sedikit pun tidak menguragi semangat mereka untuk terus mengabdi dan berjuang di ranah pendidikan. Hasbunallâh wa ni’mal wakîl, ni’mal maulâ wa ni’man nashîr.

Ketulusan seperti inilah yang membuat para pendidik IGDA menjadi istimewa. sekaligus menjadi tanggung jawab kami sebagai pengurus untuk mengupayakan agar para pejuang ini mendapatkan upah yang layak, sesuai dengan jerih payah dan keringat yang mereka keluarkan.

Bapak ibu sekalian yang kami banggakan
Melalui kesempatakan ini kami ingin melaporkan bahwa proses pendataan dan penerbitan Kartu Tanda Anggota (KTA) bagi para pendidik IGDA masih terus berlangsung. Karena sampai saat ini, baru 5.147 anggota yang terdata, dengan perincian 4.816 guru dan 331 dosen. Jumlah ini masih belum seberapa, karena jika dibandingkan dengan jumlah lembaga pendidikan Al Washliyah dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi yang tersebar secara nasional, kami perkirakan ada sekitar 13.000 guru dan dosen yang aktif mengajar di lembaga-lembaga pendidikan tersebut.

Agar proses pendataan ini berjalan lebih efektif, kami harap bagi guru dan dosen yang mengajar di lingkungan Al Washliyah dan belum mendapatkan KTA IGDA, bersikap proaktif mendaftarkan diri kepada pengurus. Semakin cepat selesai proses pendataan ini, maka semakin mudah pula kita dalam memetakan kondisi para pendidik di lingkungan pendidikan Al Washliyah. Dengan begitu, semua kebijakan yang program yang kita canangkan ke depan, benar-benar tepat guna dan tepat sasaran.

Sebagai misal, ketika mengadakan diklat dan pelatihan, kita bisa memprioritaskan guru dan dosen di lembaga pendidikan yang mana yang harus didahulukan karena memang benar-benar paling membutuhkan. Atau ketika ada program-program sertifikasi dari pemerintah, siapa yang harus diutamakan. Atau ada yang mengalami kendala administrasi karena tidak memenuhi kualifikasi yang ditetapkan, kita bisa segera memproses agar mendapatkan beasiswa, dan seterusnya.

Bapak Ibu sekalian yang saya hormati
Sebagai organ bagian Al Washliyah yang mewadahi para pendidik, tugas IGDA bukan hanya melakukan pendataan guru dan dosen, memberikan pelatihan untuk meningkatkan mutu dan kualitas tenagara pendidik, atau memberikan bantuan advokasi bagi guru dan dosen yang tersandung masalah hukum karena menjalankan tugas, lebih dari itu, semua personel IGDA memiliki tanggung jawab untuk melakukan tranfer ilmu pengetahuan, etika, tradisi, budaya, sikap, dan sifat serta membentuk karakter pelajar dan mahasiswa agar menginternalisasi nilai-nilai ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an dalam konteks ahlus sunnah wal jamaah.

Tugas ini tidak mudah, karena yang kita lakukan adalah membentuk karakter manusia, bukan hanya mentranfer ilmu pengetahuan. Jika tugas kita hanyalah mentranfer ilmu pengetahuan, memberitahu anak didik tentang sesuatu yang belum mereka ketahui, maka Google sudah pasti lebih pintar dari kita semua. Karena Google mampu menjawab semua pertanyaan yang kita ajukan. Tapi mesin pencari secanggih Google pun tidak akan bisa membentuk karakter manusia untuk menjadi pribadi Islami.

Tugas kita semakin sulit karena di masa ini, ekspansi kebudyaan semakin massif. Pertarungan ideologi semakin sengit, dan imperialisme budaya datang dengan model baru yang sangat canggih. Semua ini hanya bisa kita netralisir melalui jalur pendidikan dan pembentukan karakter.

Coba perhatikan, pada masa kita bersekolah dulu, tanggal 14 Februari bukan tanggal yang istimewa. Tidak ada media apa pun yang mengulas apalagi meliput tentang tanggal 14 Februari. Tapi di era millenial ini, kita bisa melihat betapa massifnya media mengulas tanggal tersebut sebagai tanggal istimewa. Valentine Day. Tradisi berbagi coklat atau bunga pada tanggal ini, jelas budaya Barat yang tidak sesuai dengan budaya Islam. Ini adalah contoh imperialisme budaya di era millenial. Lihatlah, berapa banyak anak-anak didik kita yang memperingati momen ini.

Di sinilah kita melihat keajaiban yang luar biasa. IGDA lahir pada tanggal 15 Februari. Sehari setelah Valentine Day. Moment ini seolah menugaskan kita untuk menghapus beragam jejak dan sisi buruk dari tradisi Barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ke-Islam-an. Moment ini seolah menyuruh kita untuk segera menyadarkan anak-anak didik kita agar menjauhi budaya Barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ke-Indonesia-an dan ketimuran. Fa dzakkir fainnadz dzikra tanfa’ul mu’minîn.

Bapak Ibu sekalian yang saya hormati
Persoalan dan tantangan dalam dunia pendidikan semakin rumit dan pelik. Bukan hanya karena adanya sistem dan metode yang diaplikasikan, atau adanya target baru yang harus dicapai. Tapi iklim pendidikan saat ini sangat jauh berbeda dengan ketika kita bersekolah dulu. Sebagai contoh, saat ini banyak guru yang dihantui perasaan melanggar HAM saat akan menghukum murid. Padahal reward and punishment dalam dunia pendidikan adalah hal yang lumrah. Pelajar yang berprestasi diberi apresiasi, sedangkan pelajar yang nakal diberi perhatian khusus. Bentuk perhatian khusus inilah yang kadang-kadang sulit diterima oleh pelajar dan orang tuanya.

Kita tidak mungkin menutup mata dengan banyaknya lembaga pendidikan yang memaksakan kenaikan siswanya, karena alasan-alasan teknis dan psikologis. Kita juga tidak menutup mata dengan fenomena banyaknya guru yang dilaporkan siswa atau orang tuanya karena tidak terima dihukum, sehingga tersangkut persoalan hukum. Ada yang dipenjara, bahkan ada juga yang harus meregang jawab. Padahal hukumannya tergolong sepele, seperti dijewer, dijemur, dan bentuk-bentuk hukuman lain yang dianggap wajar dan lumrah saat kita bersekolah dulu.

IGDA siap untuk menjawab semua problem seperti ini. IGDA memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga mutu dan kualitas lembaga pendidikan Al Washliyah agar tetap komptetitif dan bermutu. IGDA juga punya tanggung jawab moral untuk melindungi para pendidik Al Washliyah dari bayang-bayang tuduhan melanggar HAM saat tersandung persoalan hukum karena menjalankan tugasnya. Oleh karena itulah, sekali lagi kami meminta agar bagi guru dan dosen yang belum memiliki KTA IGDA, bersikap proaktif untuk segera mendatfarkan diri. Ta’âwanû ‘alal birri wat taqwâ walâ ta’âwanû ‘alal itsmi wal ‘udwân.

Bapak Ibu Sekalian yang saya hormati
Terakhir saya ingin mengingatkan kembali mendidik adalah tugas mulia. Oleh karena itu, Ali bin Abi Thalib pernah berkata, Ana ‘abdan man allamanî harfan (Aku adalah budak bagi orang yang mendidikku, walaupun hanya satu huruf). Melalui momentum 54 tahun IGDA ini, mari kita luruskan niat dalam menjalankan tugas dan kewajiban. Mungkin balasan yang kita dapatkan di dunia ini tidak seberapa, tapi yakinlah bahwa Allah Swt. telah menyiapkan balasan yang tiada tara bagi kita di akhirat kelak. Amien ya rabbal ‘alamien.

هدى نا الله وإياكم أجمعين. ثم السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Medan, 14 Februari 2020

H. Dedi Iskandar Barubara, S.Sos, SH, MSP

About Author

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments

KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
M. Najib Wafirur Rizqi pada Kemenag Terbitkan Al-Quran Braille