Oleh: H. Abdul Mun’im Ritonga
Menyongsong HUT Al Washliyah Ke 89 tanggal 30 Nopember 1930.
Bagian ketiga
SAYA mencoba membagi periode perjalanan Al Washliyah menjadi tiga periode mulai dari lahirnya tahun 1930 sampai mencapai usianya seabad tahun 2030. Periode pertama seperempat abad (1930-1955). Periode kedua setelah seperempat abad sampai pindahnya PB Al Washliyah ke Jakarta (1955-1986). Periode ketiga sejak PB Al Washliyah di Jakarta sampai usianya mencapai seabad (1986-2030).
Tulisan ketiga ini meninjau perjalanan Periode kedua Al Washliyah, mulai dari seperempat abad sampai pindahnya Pengurus Besar Al Washliyah ke Ibukota Jakarta, tahun 1956-1986. Periode pertama telah disampaikan pada tulisan kedua yang lalu.
Periode ini berlangsung dalam rentang waktu selama 30 tahun setelah berlalu seperempat abad, sebelum alamat sekretariat PB Al Washliyah pindah dari jalan Sisingamangaraja di depan makam Pahlawan Medan (sekarang menjadi Kantor Pimpinan Wilayah Al Washliyah Sumatera Utara), ke Jakarta, bersamaan dengan kegiatan Muktamar Al Washliyah ke XVI bulan Pebruari 1986 di Jakarta.
Pada periode ini kegiatan yang dilaksanakan adalah kelanjutan dan pengembangan dari kegiatan sebelumnya. Kegiatan yang membuat Al Washliyah tetap bertahan hingga saat ini masih terfokus di bidang pendidikan, dakwah dan amal sosial. Kegiatan lain seperti peran bidang politik dan bidang ekonomi belum berkembang dengan baik. Kegiatannya juga masih tertumpu di daerah Sumatera Utara, ada juga beberapa kegiatan berkembang di provinsi lain.
Pada periode ini, Madrasah dan Sekolah Al Washliyah terus tumbuh berkembang, kegiatan belajar mengajar, pembangunan sarananya, dan penyempurnaan kurikulum terus berlanjut. Hampir setiap keluarga di Sumut mengenal Al Washliyah terutama melalui kegiatan pendidikan. Jika tidak dirinya sendiri yang belajar di Al Washliyah, mungkin anaknya atau keponakannya, atau temannya atau famili dari keluarga dekatnya.
Kegiatan bidang pendidikan Al Washliyah semakin maju dan cukup mewarnai dan menonjol khususnya di Sumut. Hampir di setiap kecamatan bahkan Desa didapati bangunan dan kegiatan pendidikan nadrasah maupun sekolah umum Al Washliyah.
Di provinsi lain juga tumbuh satu persatu sekolah Al Washliyah termasuk di Aceh, di beberapa daerah di Pulau Jawa, dan lain-lain. Namun kemajuannya tidak sepesat apa yang dicapai oleh dua ormas besar seperti Muhammadiyah dan NU yang masing-masing pusat organisasinya sejak awal sudah berada di Pulau Jawa.
Pada periode ini, berdiri Perguruan Tinggi yaitu Universitas Al Washliyah di jalan Sisingamangaraja, Marindal Medan. Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 1 Maret 1956 dan setelahnya berdiri beberapa fakultas dan berdiri pula cabang-cabangnya di beberapa daerah.
Untuk meningkatkan kualitas SDM, Al Washliyah juga mengirimkan pengurus dan pelajarnya untuk menuntut ilmu ke Timur Tengah khususnya ke Mesir, Saudi Arabia, Libya, dan lainnya. Menuntut ilmu ke Timur Tengah bertujuan untuk menyiapkan kader ulama Al Washliyah.
Di bidang dakwah, para da’i Al Washliyah terus menyinari dan mewarnai dakwah Islam. Hampir setiap kota di Provinsi Sumut da’i Al Washliyah mengisi kegiatan seperti; Tabligh Akbar, Majlis Ta’lim, menjadi imam dan khatib di berbagai masjid dan surau, menggerakkan kegiatan Perwiritan Yasin di masyarakat, mengisi acara hajatan, dan lain sebagainya.
Al Washliyah juga membawa misi dakwah ke daerah pedalaman, dulu masih daerah terpencil seperti; ke Tanah Karo, Tapanuli Utara dan Mentawai. Seringkali misi dakwah Al Washliyah berhasil mengislamkan ratusan orang yang belum beragama, mengokohkan iman yang sudah beragama Islam dan terus melanjutkan dakwah di tempat itu.
Di Sumatera, khususnya di Medan, Ulama Al Washliyah mewarnai Dakwah Islam (di Medan orang menyebut ulama itu dengan panggilan Ustad, kalau di Jawa Kiyai). Pada periode ini beberapa Ulama Al Washliyah sangat terkenal dan berpengaruh terutama Alm. Ustad. H.M. Arsyad Thalib Lubis. H. Mahmud Yunus, H. Nukman Sulaiman, dan lainnya.
Almarhum H.M. Arsyad Thalib Lubis tampil menjadi ulama kharismatik, yang cukup disegani dan sangat berpengaruh di Sumatera Utara. Almarhum dikenal sebagai ulama yang menguasai ilmu Kristologi, ilmu perbandingan agama Islam dengan Kristen.
Almarhum juga menulis beberapa buku yang dipakai menjadi rujukan di Madrasah Al Washliyah seperti ilmu Fiqih Mazhab Iman Syafi’i yang diimani dan diamalkan oleh Warga Al Washliyah dan umat Islam di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara. Tugas khusus Ulama Al Washliyah adalah menjaga faham Ahlussunnah waljamaah dan mendamaikan para pihak yang berselisih faham.
Melalui program Majlis Dakwah Islam PB Al Washliyah, dilakukan pendidikan kader Dakwah. Setelah selesai pendidikan, para peserta langsung diterjunkan melakukan dakwah ke daerah terpencil seperti ke Mentawai, Tanah Karo, Tapanuli Utara, dll, sambil membangun rumah ibadah.
Kegiatan sosial Al Washliyah berjalan biasa tidak pesat, seperti pendirian panti asuhan memelihara anak yatim piatu, pada masa ini berdiri satu dua panti saja asuhan. Anak Yatim yang tinggal di asrama atau panti asuhan mendapatkan makanan dan pendidikan.
Begitu juga kegiatan lain, pernah diupayakan untuk mendirikan rumah sakit Islam, tetapi masih belum berhasil. Peran membangun ekonomi Islam juga telah diupayakan, tapi masih belum menunjukkan hasil yang memadai.
Peran dibidang politik, Al Washliyah ikut aktif berpartisipasi melakukan dakwah dijalur Politik Islam untuk memperjuangkan kepentingan Islam dan bangsa. Al Washliyah berjuang bersama ormas Islam lainnya seperti; Muhammadiyah, Al Ittihadiyah, NU dan lain-lain.
Awalnya Al Washliyah ikut bergabung di Majlis Islam A’la Indonesia (M. I. A. I.) yang menjadi cikal bakal berdirinya partai politik Masyumi. Dalam partai Masyumi Al Washliyah juga ikut bergiat. Namun pada era Orde Lama di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, partai Masyumi membubarkan diri.
Setelah Masyumi bubar, Al Washliyah ikut bergabung ke dalam Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), kemudian bergabung Masuk ke dalam Ormas Partai Persatuan Pembangunan (PPP), di era orde baru semua partai politik Islam difusikan menjadi satu partai PPP.
Dari kegiatan ini beberapa tokoh Al Washliyah menjadi anggota DPRD dan DPR Pusat. Mereka ikut menyuarakan kepentigan Islam di pemerintahan maupun dalam masyarakat. Di Sumatera Utara pengaruh Al Washliyah dalam kegiatan politik Islam saat itu masih cukup besar pengaruhnya karena Al Washliyah masih menjadi ormas lslam terbesar di Sumut.
Pada tahun 1966, Al Washliyah ikut berjuang menumpas Komunis di Indonesia khususnya di Medan dan sekitarnya. Para Ulama Al Washliyah ikut bergabung dengan masyarakat bahu membahu menghadapi Komunis yang menjadi musuh bersama umat Islam dan menjadi musuh negara.
Dalam rangka mempertahankan eksistensi organisasi, di tingkat pusat diadakan Muktamar Al Washliyah 5 tahun sekali berkesinambungan secara periodik sampai Muktamar ke XVI pada bulan Pebruari 1986 di Jakarta. Kegiatan Muktamar ini bersamaan dengan pindahnya sekretariat Pengurus Besar Al Washliyah ke Jakarta dan juga organisasi bagiannya di tingkat Pusat.
Pada setiap kegiatan Muktamar, pengurus lama mempertanggungjawabkan tugasnya kepada peserta Muktamar dan berakhirlah masa tugasnya. Lalu diadakan pemilihan pengurus baru PB Al Washliyah periode berikutnya. Pada waktu yang sama diadakan penyempurnaan AD dan ART, Program Kerja Pengurus Besar yang baru, dan lainnya. Muktamar merupakan forum tertinggi dalam pengambilan keputusan dalam organisasi.
Di tingkat provinsi dan kota atau kabupaten juga diadakan Musyawarah Al Washliyah secara berkala dan berkesinambungan untuk memilih pengurus baru, sesuai aturan hasil Muktamar, membuat program kerja dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan eksistensi organisasi dan kelangsungannya di tingkat Provinsi dan Daerah dari periode satu ke periode lain.
Pada masa ini organisasi bagian Al Washliyah juga terus berkembang, mulai dari kaum ibu Muslimat, Pelajar, Mahasiswa, Pemuda, keputrian, guru, dan Sarjana. Organisasi ini kebanyakan berkembang di Sumatera Utara, ada beberapa di daerah lainnya.
Organisasi bagian Al Washliyah ini sering melakukan berbagai kegiatan di bidang pendidikan, dakwah dan amal sosial seperti kegiatan organisasi induknya, selain itu juga melakukan kegiatan kekhususannya.
Dari organisasi ini muncul kader-kader baru yang melanjutkan estafet perjuangan para pendahulu ke depan. Beberapa organisasi pelajar, pemuda dan mahasiswa selalu mengadakan kegiatan pengkaderan dari waktu ke waktu melahirkan para aktifis organisasi yang dinamis dan bersemangat tinggi.
Organisasi bagian Al Washliyah ini masing-masing melakukan Musyawarah seperti Muktamar yang dilakukan oleh organisasi induknya Al Washliyah, mulai dari Tingkat Pusat dan Tingkat Provinsi maupun tingkat daerah kota dan kabupaten.
Meski pada periode ini perkembangan Al Washliyah berjalan perlahan, ada pasang surutnya, namun dalam berbagai hal mengalami peningkatan dan dapat bertahan sampai usianya 55 tahun.
Catatan:
Referensi tulisan tentang Al Washliyah pada periode ini tidak cukup banyak didapatkan, kebiasaan menulis di lingkungan Al Washliyah masih kurang maksimal. Referensi resmi dapat diambil dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Al Washliyah, hasil-hasil Muktamar. Beberapa sumber pendukung lainnya dapat diambil dari beberapa tulisan berupa buku, artikel, media cetak dan pengamatan di lapangan.
Wassalam.[]
*Penulis adalah Ketua PB Al Washliyah.