Oleh: Tgk. Abd. Hamid Usman
اذاعة القران من الفاهرة
RADIO ini menjadi chanel favorit bagi banyak orang di Cairo, bilkhusus para mahasiswa. Jam siar radio ini selama 24 jam non stop. Apabila kita jalan-jalan di pertokoan, kantor, warung, naik kenderaan, suara radio ini terdengar dari beragam aktifitas rakyat Mesir.
Demikian juga kalau kita berkunjung ke rumah-rumah para mahasiswa, chanel radio ini selalu on, sambil belajar, kita bisa menyimak siaran dengan seksama, baik bacaan Al-Qur’an, ceramah para ulama, para dokter serta ilmuan lainnya. Program-programnya menambah kosentrasi belajar, daya kerja otak menjadi fresh dengan suara-suara Al-Qur’an Alkarim.
Mengikuti radio ini sekaligus mengulang hafalan Al-Qur’an. Setiap qurra’ yang mengisi acara selalu berurut, dalam siaran berikutnya akan diteruskan bacaan berikutnya sampai khatam. Dengan demikian sambil beraktifitas kita dapat memperbaiki bacaan, mengingat yang lupa, memahami isi yang dibaca dan seterusnya.
Porsi ceramah dengan suara Al-Qur’an hampir beribang. Untuk ceramah lebih singkat waktunya dibanding dengan bacaan Al-Qur’an. Menariknya, para pengisi acara kebanyakan dari kalangan ulama-ulama Mesir. Pendapat yang satu tidak menyalahkan yang lain, dan apabila mengemukakan pendapat yang berbeda, selalu mengedepankan teks perbedaan, bukan menghakimi kesalahan dan perbedaan pendapat itu, seperti sering kita dengar di siaran-siaran radio dakwah di Indonesia.
Untuk para qari’, kebanyakan diisi oleh ulama-ulama Mesir, baik yang hidup di zaman dahulu maupun yang sekarang, semisal Syekh Khalil Khusarie, Syekh Mustafa Ismail, Syekh Abdul Basith Abdul al Shamad, Muhammad Jibril dan lain-lain. Ulama-ulama qiraat Mesir sangat terkanal di dunia, suaranya khas, seperti merduanya suara Syekh Khalil Khusari, menjadi bacaan standar dunia, yang dimasukkan ke dalam chip kemudian disebar melalui internet Qur’an.
Ulama Qur’an sering bekomentar, Qur’an dikumpulkan di Bashrah, dibaca di Mesir dan dicetak di Istambul. Kajian ilmiah yg disampaikan para ulama, disiarkan dengan suara ulama yang bersangkutan, atau pembacaan karya tulis yang diambil dari kitab hasil karya, jurnal serta lainnya. Terkadang menyiarkan hasil rekaman atau siaran ulang, dan juga siaran langsung dari tempat acara, seperti Shalat Jum’at, atau lainnya.
Keberadaan radio ini sungguh mencerdaskan pendengarnya. Tidak ada suara musik dan iklan dalam semua acara siaran. Ia tidak menggiring pendengar kepada satu pendapat, tapi peran radio sebagai penyampai dari berbagai pendapat yang stiqah (diakui) kebenarannya. Para pendengar akan menyaring dari berbagai pendapat tsb untuk di jadikan hujjah (dalil) untuk mencari kebenaran.
Kita merindukan media dakwah yg berbobot. Dengan adanya media yg dikelola bermuatan ilmu pengetahuan, sangat dibutuhkan oleh banyak orang. Manusia akan terus berubah menuju yg terbaik apabila ia memfungsikan tiga keutamaan yang diberikan Allah kepadanya; Telinga untuk mendengar, Mata untuk melihat, Hati untuk menganalisa.
Cairo, 24 Juli 2019
*Penulis adalah Pengurus Dewan Fatwa Al Washliyah.