BANDUNG – Pemuda adalah masa depan sebuah bangsa. Namun sayang, generasi muda gampang sekali dipengaruhi pikirannya. Terutama terkait paham radikalisme dan komunisme. Demikian disampaikan Ishak Ali Muda Ketua Umum Ikatan Pelajar Al Washliyah dalam acara Seminar Kebangsaan Menangkal Bahaya Radikalisme dan Komunisme dan Deklarasi Pelajar Muslim untuk NKRI, Jum’at (29/09).
Kegiatan yang diikuti 500 pelajar dari masing perwakilan yaitu Ikatan Pelajar Al Washliyah (IPA), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Pelajar Islam Indonesia (PII) dan Ikatan Pelajar Persatuan Islam (IPPERSIS) di Gedung Pertemuan PP. PERSIS Cipagalo Bandung.
Ishak menyampaikan paham radikalisme dan komunisme banyak disebarkan melalui media sosial. “Media sosial merupakan sarana efektif untuk perekrutan dan mempengaruhi pikiran,” katanya.
Keberadaan media sosial merupakan media yang murah dan tidak terbatas aksesnya. Untuk itu para pelajar sebagai generasi melek media harus bisa menyaring informasi di sosial media. “Pastikan sumber berita dari sumber akurat dan kalau perlu bertanya dan klarifikasi terhadap isu atau kabar yang berkembang,” ingatnya.
Foto: Ketum PP Ikatan Pelajar Al Washliyah (IPA) menandatangani deklarasi Poros Pelajar Islam di Bandung.
Selain itu untuk mencegah terjangkit paham radikalisme dan komunisme, para pelajar harus beraktivitas dengan hal-hal positif. “Aktiflah di lingkungan dan ikut kegiatan positif baik di sekolah, rumah dan lingkungan sekitarnya,” tuturnya.
Sementara itu, Hafiz perwakilan dari PP. IPM memaparkan, Indonesia sebagai negara kaya dan strategis harus tetap meningkatkan kewaspadaan akan arus globalisasi. Ada kemungkinan bahaya laten komunis masuk ke Indonesia, terutama melalui aspek ekonomi dan sosial.
Di tempat yang sama Ketua Umum PP. IPPERSIS Birri Rahman juga menjelaskan bahwa radikalimes muncul dari salah satu aliran politik di Britania Raya, bukan dari ajaran agama tertentu. “Saat ini ada kesalahpahaman dalam agama menimbulkan gerakan radikal. Islam melarang tindakan radikal dan kekerasan. Bahkan terhadap binatang saja kita dilarang untuk menyiksa,” tegasnya.
Untuk mencegah masuknya paham radikalisme dan komunisme perlu penekanan pendidikan dan pembinaan dan pembinaan agama kepada pelajar dan pemuda. “Diharapkan dengan penekanan tersebut (pemuda) akan memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat sehingga dipengaruhi oleh pemahaman yang sesat,” terang Birri.
Lebih penting lagi, menurutnya pemerintah harus terus berupaya meminimalisir kesenjangan sosial di masyarakat.
(mrl/rilis)