Oleh. Irwansyah
Manusia Makhluk Dua Dimensi
MANUSIA terdiri dari dua dimensi. Yakni, ruh dan jasad. Masing-masing dimensi memiliki kebutuhan pokok (primer). Jasad perlu asupan masakan untuk menopang pertumbuhan dan kebutuhan metabolisme tubuh manusia. Sebaliknya ruh juga memiliki kebutuhan pemenuhan asupan makanan. Hanya saja bentuk dan materinya berbeda. Jika kebutuhan jasadiah/fisik tidak dipenuhi, manusia bisa mati. Sedang jika kebutuhan psikis/ruhaniah tidak dipenuhi, manusia bisa bingung, kekosongan jiwa, kalap, bahkan bisa mati dengan mengakhiri hidupnya. Ini lah kekosongan nestapa manusia modern terutama Barat, maju dengan teknologi dan pengetahuan, dan fasilitas material, namun keropos dalam batin.
‘Aliya Izzatbegovic melakukan penelitian tentang masyarakat Barat dalam bukunya, Islam Between East dan West. Dalam buku ini dia menjelaskan bahwa ilmuan Amerika, Julius Robert Oppenheimer pencipta lebih banyak kemajuan teknik dan material selama 40 tahun terakhir daripada 40 abad sebelumnya. Ketika dia menunjukkan sejumlah kemajuan material dan teknologi, dia mengajukan pertanyaan, “apakah dengan ini semua manusia bisa menjadi bahagia dan manusiawi?” dia sendiri menjawab, “secara pasti, tidak”. Selanjutnya dia menjelaskan bahwa Amerika termasuk negara yang paling kaya secara material, namun miskin spiritual dengan segala konsekwensinya seperti kejahatan, kegoncangan jiwa, dan penyakit mental.
Di AS, 4 dari setiap 1000 orang berada dalam RS Jiwa. Lebih separoh dari pasien RS di sana dihuni oleh orang yang sakit jiwa. Tahun 1986, WHO melaporkan bahwa delapan urutan pertama dari daftar rasio bunuh diri di dunia adalah negara-negara maju. Yaitu, Jerman Barat, Australia, Kanada, Denmark, Finlandia, Hongaria, Swedia, dan Swiss. Menurut penelitian Anthony Rail, jumlah bunuh diri di Perguruan Tinggi Inggris, empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat bunuh diri nasional. Di Cambridge University, tingkat bunuh diri lebih tinggi sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat bunuh diri di kalangan muda Inggris pada usia yang sama.
Masih menurut Rail, semua mahasiswa Inggris mendapatkan beasiswa dari negara, bahkan mereka berasal dari keluarga kaya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa material telah gagal menjamin kebahagiaan manusia.
Selanjutnya ‘Aliya menegaskan, “bahwa jika peradaban tidak mampu memberikan kebahagiaan pada manusia, maka gagasan agama tentang asal-usul manusia adalah alternatif yang benar”
Pentingnya Agama
Dadang Hawari menulis dalam bukunya, Alquran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, bahwa Howerd Clinebel berkata, ”Pada dasarnya dalam diri setiap manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual, tidak hanya bagi mereka yang ber-agama saja, akan tetapi bagi mereka yang sekuler sekalipun”. Dijelaskannya, bahwa pengguna narkotika, alkohol dan zat adiktif lainnya ternyata adalah sebagai pelarian atas tidak terpenuhinya kebutuhan spiritualnya. Mereka semua memiliki kekosongan ruhani, padahal kebutuhan spiritual adalah kebutuhan yang sudah menjadi fitrah manusia.
Menarik untuk dicermati, Sayyed Hossein Nasr menulis dalam buku, Islam and The Plight of Modern Man mengamati bahwa di Barat pada tahun-tahun terakhir, banyak yang tertarik untuk mempelajari sufisme. Di Madrid, London dan Sydney muncul toko-toko buku tentang Tasawuf. Hal ini menunjukkan tentang kebutuhan spiritual manusia begitu penting ada dalam kehidupan.
Agama, memberikan pemenuhan spiritual terhadap manusia. Tak heran, jika banyak pengusaha, pejabat, dan orang-orang kaya yang sudah cukup dan berlebih secara material untuk ikut dalam berbagai kegiatan keagamaan seperti suluk misalnya untuk menenangkan jiwa dan mendapatkan ketenteraman batin. Walau bagaimana pun, agama adalah solusi terbaik atas kekosongan jiwa. Seseorang yang sedang panik, gundah, bingung, terkena musibah, ketakutan, cemas dan lain sebagainya akan menjadi netral kembali ketika dihadapkan dalam Agama dan dinetralkan dengan “cara Agama” seperti salat, dan bertawakkal kepada Allah Swt.
Semua kekayaan, jabatan, karir, tak bisa menjamin kebahagiaan, dan ketenteraman jiwa. Sebaliknya, pemenuhan spiritual dengan nilai-nilai Agama akan bisa menenteramkan walau dengan material dan finansial yang terbatas. Persoalan yang dihadapkan pada manusia yang kosong nilai-nilai spiritualnya, akan membuat buntu dengan semua jalan keluar. Beda halnya dengan manusia yang penuh dengan nilai Agama, maka apapun masalahnya, dia akan kembalikan kepada Allah bahwa semuanya adalah milik Allah dan akan kembali kepadanya. Di setiap detik, dan saat dari semua perjalanan hidup, tidak terlepas dari hikmah yang terkadang manusia bisa tahu, bahkan tidak sama sekali maksud dan tujuan dibalik apa yang diterimanya.
Penutup
Manusia modern adalah manusia yang penuh dengan fasilitas materialistik. Semakin maju peradaban, maka semakin maju pulalah tingkat teknologi dan fasilitas yang diterima masyarakatnya. Akan tetapi, ternyata, itu semua tidak menjamin kebahagiaan. Secara materi penuh, namun spiritual kosong dan hampa. Untuk menyeimbangkan semuanya itu, perlu nilai-nilai Agama dalam kehidupan. Itu juga lah salah satu di antara sederetan fungsi Agama dalam hidup seorang manusia.[]
Wallahua’lamu
Penulis adalah Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Medan, Dewan Fatwa Al Jam’iyatul Washliyah Pusat & Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Provinsi Sumatera Utara. WhatsApp : 082165810724
[…] https://kabarwashliyah.com/2017/09/09/solusi-nestapa-manusia-modern/ […]