Pertanyaan:
Assalamualaikum, Yang terhormat Pak Kiyai Ovied. Saya pernah membaca dalam buku terjemahan bebahasa Indonesai bahwa kelompok Mutazilah itu memiliki persamaan dengan pemahaman Syiah dari segi Theologi (Akidah) apa benar demikian? Bolehkah kita mengambil pendapat atau pemahaman Muktazilah dalam menjalankan akidah dan syariat kita? Karena mayoritas para ulama kita di Indonesia sering saya dengar menyesatkan pemahaman Muktazilah. Atas jawaban Pak Kiyai saya ucapkan terimakasih Dari Shaleh Ahmad RifaI- Alalak Utara Banjarmasin Kalimantan Selatan.
Jawaban:
Didalam peradaban Islam sangat banyak lahirnya sekte (Madzhab) bahkan sudah muncul sejak wafatnya Baginda Rasulullah Saw sudah ada sekte-sekte yaitu Aljamaiyayh (الجماعية), Syi’ah (الشيعة) Khawarij (الخوارج), Almurji’ah (المرجئة) dan Almu’tazilah (المعتزلة) lihat hal, 9/ Juz: II/DR.Hasan Ibrahim Hasan/Kitab Tarikh Alislami Assiasah, Addiniyah, As-Tsaqafi, Alijtima’i/Penerbit: Alkitab Az-Dzahabi Muassasah Razulyusuf- Cairo Mesir/2003. Kelompok, Madzhab (sekte), partai, organisasi Islam, dll Ini semuanya sudah diisyaratkan oleh Allah Swt dan Rasulullah Saw.
Allah Swt berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَىْءٍ إِنَّمَآأَمْرُهُمْ إِلَى اللهِ ثُمَّ يُنَبِئُهُم بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ {الأنعام [٦] : ١٥٩}
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu (Muhammad) kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat (QS. Alan’am [6] : 159)
Rasulullah Saw bersabda,
ستفترق أمتي نيفا و سبعين فرقة الناجية منهم واحدة ، فقيل : من هم ؟ ، فقال : أهل السنة والجماعة ، فقيل : وما أهل السنة و الجماعة ؟ ، فقال : ما أنا عليه الآن و أصحابي . (ص : ٢٦/ إلزام العوام عن علم الكلام/ الإمام أبي حامد محمد بن محمد الغزالي المتوفى سنة ٥٠٥ هجرية)
Akan terpecah umatku lebih dari 70 golongan, yang selamat dari mereka hanya satu, Sahabat bertanya, siapa mereka ? (Ya Rasulullah..?). Rasulullah berkata: Ahlussunnah Waljamaah, Sahabat bertanya kembali apa yang dimaksud dengan Ahlussunnah Waljamaah? Rasulullah berkata: Siapa saja yang mengikut jalanku sekarang ini dan mengikuti para sahabatku (lihat hal, 26/ Ilzam Alawam An Ilmil Kalam/ Oleh Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali wafat: 505H)
Siapakah Ahlussunnah Waljamaah menurut Alquran? Selaras dengan Hadis di atas yaitu mereka yang mengikuti Allah Swt, Rasulnya dan para sahabatnya, bukan golongan atau kelompok yang mencaci atau merendahkan para sahabat Rasulullah Saw, sebagaimana Firman Allah Swt sebagai berikut:
وَالسَّابِقُونَ اْلأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ {التوبة [٩] : ١٠٠}
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar (QS. Attaubah [9] : 100)
Bolehnya Perbedaan Kelompok
Didalam Islam tidak ada larangan kita berkelompok, bermadzhab-madzhab, berpartai, bergolongan-golongan selagi tidak keluar dalam tuntunan Alquran, Hadis, dan Ijma ulama. Sebagaimana Allah Swt berfirman,
مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ {الروم [٣٠] : ٣٢}
yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka (QS. Arrum [30] : 32)
Ayat lain tentang bolehnya berkelompok-kelompok dan ancamannya jika keluar dari aturan Syari’at Islam, sebagaimana Allah Swt berfirman
فَاخْتَلَفَ اْلأَحْزَابُ مِن بَيْنِهِمْ فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ عَذَابِ يَوْمٍ أَلِيمٍ {الزخروف [٤٣] : ٦٥}
Maka berselisihlah (berbeda-beda) golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka, lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim (golongan sesat) yakni siksaan hari yang pedih (kelak pada kiamat) (QS. Az-Zukhruf [43] : 65)
Perbedaan itu adalah rahmat dari Allah Swt sebagaimana Firmannya,
إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّى {الليل [٩٢] : ٤}
sesungguhnya usaha kamu (kelompok, golongan, dll) memang berbeda-beda (QS. Allail [92] : 4)
Ayat lain menyebutkan sebagai berikut,
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمُت رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجَمْعَوُنَ {الزخروف [٤٣] : ٣٢}
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia (kelompok, golongan yang berbeda-beda), dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu (terhadap perbedaan itu) lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan [jika ingin kelompok golongan itu mereka satukan] (QS. Az-Zukhruf [43] : 32)
Muktazilah
Sekte ini muncul di negeri Iraq pada masa pemerintahan Khilafah Abbasiyah yang dipengaruhi oleh dua peradaban besar yaitu peradaban Persia dan peradaban Assamiyah (السامية). Assamiyah adalah masyarakat yang identik dari keturunan Sam bin Nuh dari sini munculnya beradaban masyarakat Armenia, Asyiria, Alfiniqiyun (Lebanon pada abad 28SM), Ibrani dan Arab.
Mu’tazilah mereka juga disebut dengan Qadariyah (القدرية) karena mereka mengatakan adanya kebebasan terhadap kehendak manusia itu sendiri (بحرية إرادة الإنسان). Mereka menjadikan akidah mereka atas 5 dasar yaitu: Tawhid (التوحيد), Al’adl (العدل), Alwa’id (الوعيد), Ucapan (pendapat) Almanzilah Baina Almanzilatain (المنزلة بين المنزلتين) dan Amar ma’ruf Nahi Munkar (الأمر بالمعروف و النهي عن المنكر). Lihat hal, 12/Juz: II/Tarikh Al-Islam.
Pemahaman Qadariyah yang beranggapan bahwa setiap hamba dialah yang menciptakan akan perbuatannya sendiri (segala amal perbuatannya atas kehendaknya sendiri tidak ada campur tangan AllahSwt), jadi kafir atau perbuatan maksiat oleh seseorang itu bukan (tidak ada) taqdir Allah Swt didalamnya. Lihat hal, 174/Kitab At-Tarifat/oelh: Aljurzani.
Kelompok Muktazilah semata-mata konsen hanya terhadap masalah keagamaan, dan tidak masuk dalam kancah politik berbeda dengan sekte Khawarij, Syiah dan Murjiah yang terlibat dalam perpolitikan kala itu.
Muktazilah dikenal juga sebagai aliran sekte teology Islam dengan para pengikutnya setiap berdialog tentang masalah ilmu kalam (Tawhid) selalu menggunakan Mantiq; logika (المنطق) dan Qiyas (القياس). Nama Muktazilah ini muncul berasal dari pemimpinnya Washil bin ‘Atha’ yang mengasingkan diri (keluar) dari majlis Hasan Albashri (110H/728M, dari kalangan Tabiin lahir di Madinah tinggal di Bashrah). Setelah keluarnya dari majelis tersebut bergabungnya Amru bin Ubaid lalu diikuti oleh para pengikut kedua tokoh ini yang akhirnya dikenal dengan sebutan Muktazilah. Tokoh yang terkenal dan berpengaruh di Bashrah adalah Washil bin Atha, Amru bin Ubaid, Abu Alhudzail, Ibrahin An-Nazdzam dan Aljahizh. Sedangkan tokoh yang terekenal dan berpengaruh di Baghdad adalah : Bisyar Ibnu Almutamir, Ahmad bin Abi Duad. Lihat hal, 537/Almunjid Fi Allughah wa Alalam/Percetakan: Almasyriq Bairut-Lebanon. Dan lihat pula hal, 222/ Kitab At Tarifat oleh AsSyarif Ali bin Muhammad Aljurzani.
Abdurrahman Badawi seorang filsuf Mesir ternama mengingkari kemunculan paham Muktazilah atas sebab berbeda pendapatnya Washil bin Atha dengan Hasan Al-Basyri, jauh sebelum itu pemahaman dan kelompok Muktazilah memang sudah ada. Karena kelompok ini sudah banyak mendalami teori-teori filsafat Yunani, Persia, budaya dan sastra Arab yang berkembang begitu pesat ketika itu (masa Khilafah Abbasiyah).
Kedekatan Sunni, Mutazilah dan Syiah
Akidah Muktazilah dipengaruhi oleh paham Syiah yang mengatakan tentang kebebasan (Hurriyah) dan kehendak (Aliradah). Teori Akidah ini bersumber dari para Imam Ahlul Bait Ali r.a. (lihat hal, 13/Juz: II/Tarikh Al-Islam). Namun dalam perkembangannya teori-teori Mutazilah dalam ilmu kalam (Tawhid atau Aqidah) sampai saat ini malah justru menjadi rujukan dan pijakan mayoritas kelompok-kelompok Syiah seperti Syiah Zaidiyah [80-122H], Syiah Rafidhah Istna Asyariyah Jafariyah [80-148H], dan Syiah Ismailiyah (Nishfu Tsani th ke-3 Hijriah).
Sedangkan dari segi Fikih kelompok Muktazilah berkiblat kepada Madzhab Sunni Imam Hanafi (Alhanafiyah), begitu juga sebaliknya para kelompok Madzhab Hanafi (Alhanafiyah) dari segi Aqidah (Theology) mayoritas berkiblat kepada Theology Sunni Almaturidiyah (Abi Manshur Muhammad bin Muhammad Almaturidi As-Samarqandi, wafat tahun 333H) dan Madzhab Muktazilah dan sebagian lagi ada yang berkiblat kepada ilmu kalamnya Sunni Asyairah (Abu Hasan Ali AlAsyari asal Baghdad wafat:334H/936M).
Theori Ushul Fikhih Ahlussunnah Waljamaah yang dipengaruhi oleh theori ushul Fikihnya Muktazilah. Kitab-kitab Sunni di bawah ini banyak mengangkat teori-teori Ushul Fikih Mutazilah diantaranya sebagai berikut,
Kitab yang ber-Madzhab Hanafi (Alhanafiyah) yaitu kitab: Majma Albahrain Wa Multaqa An-Nahrain oleh Muzhaffaruddin Albaghdadi (w: 656H), kitab Manar Alanwar Fi Ushul Alfiqh oleh Hafizhuddin An-Naszfi (w: 710H), dll.
Kitab yang ber-Madzahab Malikiyah yaitu kitab: Alfuruq Filfiqhi Almaliki oleh Syihabuddin Alqarafi wafat : 684H, kitab Almukhtashar Filfiqhi Almaliki Oleh Khalil bin Ishaq Musa Almashri wafat: 767H, dll.
Kitab yang ber-Madzhab Syafiiyah yaitu kitab: Mukhtashar- Minhaj At-Thalibin oleh: Abu Zakariya Muhyiddin An-Nawawi (wafat: 676H), kitab Jamul Jawami Filushul oleh Taqiyuddin As-Subki (wafat: 771H), dll.
Kitab yang bermadzhab Hanabilah (Imam Ahmad bin Hanbal) yaitu kitab: Majmuah Ar-Rasail Alkubra oleh Ibnu Taimiyah (wafat: 727H), kitab At-Thuruq Alhukmiyah Fi As-Siasah As-Syariyah oleh Ibnul Qayyim Aljauziyah (wafat: 751H).
Dari keterangan sebagaimana di atas bahwa banyak sekali para ulama Ahlussunnah Waljamaah (Sunni) yang mengambil pendapat dari kelompok ulama-ulama Mulktazilah khususnya tentang theory Ushul Fiqh. (lihat kitab Alushur Aljadidah Cairo Mesir/Alfiqhul Islami Fi Thaur Al-inhiyar). Namun dari segi Theology (Tawhid, Ilmu Kalam, Aqidah) Kelompok Sunni lebih berkiblat kepada ilmu kalamnya Alasyairah (Abu Hasan Ali AlAsyari asal Baghdad wafat:334H/936M) dan Almaturidiyah (Abi Manshur Muhammad bin Muhammad Almaturidi Assamarqandi, wafat: 333H/944M).
Dapat kita simpulkan kedekatan Sunni, Mutazilah dan Syiah terhadap Madzhab Fikih dan Madzhab Aqidah (ilmu Kalam) sebagai berikut:
Madzhab Hanafiyah dari segi Fikih Ahlussunnah Waljamaah sedangkan dari segi Aqidah (Ilmu Kalam) berkiblat kepada Aqidah (Ilmu Kalam) Almaturidiyah (Sunni), Mutazilah dan Asyairah (Sunni).
Madzhab Malikiyah dari segi Fikih Ahlussunnah Waljamaah sedangkan dari segi Aqidah (Ilmu Kalam) tetap Sunni yaitu berkiblat kepada Asyairah (Sunni) dan Almaturidiyah (Sunni).
Madzhab As-Syafiiyah dari segi Aqidah (Ilmu Kalam) berkiblat kepada Ilmu Kalamnya Asyairah (Abu Hasan Ali AlAsyari asal Baghdad wafat:334H/936M). Sedangkan Imam Asyari dari segi Fikih bermadzhab Syafiiyah. Imam Asyari ini pula dikenal sebagai pencetus dan penggerak pemahaman Ahlussunnah Waljamaah dalam peradaban Islam. Ibnu Taimiyah mengatakan: “Ushuluddin (ilmu Kalam) Asyairah adalah yang terbaik daripada Ushuluddin (Ilmu Kalamnya) Muktazilah. Dan minoritas Syafiiyah berkiblat kepada ilmu kalamnya Almaturidiyah (Abi Manshur Muhammad bin Muhammad Almaturidi Assamarqandi, wafat: 333H/944M) yang juga adalah Sunni, bedanya adalah Almaturidiyah dari segi Fikih berkiblat kepada Madzhab Imam Hanafi (Al-Hanafiyah).
Imam SyafiI (Mesir-Ghaza:150H-204H) jauh lebih duluan muncul daripada Imam Asari (Alasyairah; Baghdad, wafat: 334H/936M), lantas kenapa ilmu kalam AlAsyairah identik bahkan disebut ilmu kalamnya Madzhab Syafii. Karena Imam Asyari dari segi Fikih tulen bermadzhabkan Syafiiyah dan beliaulah yang banyak menjabarkan dan meneruskan Fikih Akbar (Ilmu Tawhid) Imam SyafiI, dan Fikih Akbarnya (Ilmu Tawhid) Imam Hanafi. Dan mayoritas ulama-ulma Syafiiyah kiblat ilmu kalamnya adalah kepada Imam Asyari (Alasyairah).
Madzhab Hanabilah (Imam Ahmad bin Hanbal) dari segi Aqidah (Ilmu Kalam) berkiblat kepada Madzhab Asyairah dan Almaturidiyah.
Syiah Zaidiyah dari segi Fikih banyak persamaannya dengan Madzhab Hanafiyah (Imam Hanafi-Sunni) sedangkan dari segi Aqidah (ilmu Kalam) berkiblat kepada Muktazilah. Meskipun Syiah lebih dahulu lahir dari Muktazilah yang asal muasal aqidah Mutazilah mengambil dari Ahlul baitnya Imam Ali r.a dalam perkembangannya bahwa theory ilmu kalam Mutazilah menjadi acuan dan rujukan oleh kelompok-kelompok Syiah sampai saat ini.
Syiah Itsna Asyariyah disebut juga dengan Rafidhah atau Jafaariyah dari segi Fikih banyak persamaannya dengan Fikih Madzhab Syafiiyah (Imam Syafii-Sunni). Lihat hal, 59/ Juz: I/ Alfiqhul Islami Wadillatuhu oleh Prof.DR. Wahbah Az-Zuhaili. Sedangkan dari segi Aqidah (Ilmu Kalam) tentang masalah Syafaat, Nubuwah dan Ilahiyah berkiblat kepada Madzhab Sunni Asairah (Abu Hasan Ali AlAsyari asal Baghdad wafat:334H/936M), sedangkan pemahaman Aqidah lainnya berkiblat kepada Madzhab Muktazilah. Kelompok Muktazilah dari segi Fikih bermadzhab Sunni Hanafiyah (Imam Hanafi).
Asyairah (Abu Hasan Ali AlAsyari asal Baghdad wafat:334H/936M) dari segi Fikih tulen bermadzhabkan Imam As-SyafiI (Sunni). Dan beliau pula yang dikenal sebagai pencetus pertama istilah pemahaman Ahlussunnah Waljamaah. Sehingga sampai saat ini kelompok apa saja dari golongan Islam yang Aqidahnya merujuk kepada Imam Asyari (Asyairah) maka ia akan disebut sebagai golongan Ahlussunnah Waljamaah (Sunni).
Almaturidiyah (Abi Manshur Muhammad bin Muhammad Almaturidi Assamarqandi, wafat: 333H/944M) dari segi Fikih bermadzhabkan Imam Hanafi (Alhanafiyah-Sunni).
Kelompok Tasawuf dari segi Fikih berkiblat kepada Madzhab Sunni mutabarah yang empat yaitu Hanafiyah, Malikiyah, Syafiiyah dan Hanabilah (Imam Ahmad bin Hanbal). Sedangkan dari segi Aqidah (Ilmu Kalam) berkiblat kepada Madzhab Asyairah (sunni) dan Almaturidiyah (Sunni). Kelompok Tasawuf ini banyak diserang oleh kelompok-kelompok pengikut dari kelompok Mutazilah dan Ibnu Taimiyah (paham Salafi Ekstrim) sebagai golongan yang sesat, bersumber dari ajaaran Yahudi, bahkan dianggap Mulhid (Kafir). Yang akhirnya para murid-murid daripada Ibnu Taimiyah diantaranya seperti Ibnul Qayyim Aljauziyah meluruskan bahwa kelompok Tasawuf adalah Thariqah yang murni bersumber dari ajaran Alquran dan As-Sunnah dan tidak boleh dianggap sebagai ahlu Bidah apalagi sampai dikafirkan.
Kesimpulan
Lalu bolehkah kita mengambil pendapat atau pemahaman Muktazilah dalam menjalankan akidah dan syariat kita..? Kita di Indonesia dari segi Fikih bermadzhab Imam SyafiI sedangkan dari segi Aqidah adalah bermadzhab Asyairah dan Almaturidiyah (keduanya adalah mengajarkan Aqidah Ahlussunnah Waljamaah). Maka sebaiknya kita harus pertahankan Aqidah (ilmu Kalam) kita untuk merujuk kepada pemahaman Sunni yaitu Asyairah dan Almaturidiyah. Sedangkan dari segi teori Ushul Fikih sebagaimana telah dijabarkan di atas maka kita boleh mengambil teorinya Mutazilah. Dan tidak boleh kita menyesatkan pemahaman kelompok Mutazilah karena sebab teori ilmu kalamnya yang berbeda.
Kenapa demikian, karena kita ketahui bahwa ormas Islam Al Washliyah tulen dari segi Fikih berkiblat kepada Madzhab Imam SyafiI sedangkan dari segi Aqidah (Ilmu Kalam) berkiblat kepada Madzhab Asyairah dan Almaturidiyah (keduanya adalah Ahlussunnah Waljamaah) ini semua dapat kita jumpai dari kitab-kitab pendidikan Al Washliyah dari jenjang Ibtidaiyah, Tsanawiyah sampai ke jenjang Alqismul Ali kitab Muqarrar wajibnya dari segi Aqidah (ilmu Kalam) selalu merujuk kepada kitab-kitab pemahaman Asyairah dan Almaturidiyah.
Namun dari segi ushul Fikih ormas Islam Al Washliyah tidak kaku kepada satu Madzhab, saja, bahkan teori ushul Fikihnya Mutazilah dijadikan sebagai rujukan perbandingan dengan teori ushul Fikih madzhab Imam Syafii. Ini dapat kita lihat sudah puluhan tahun sejak berdirinya ormas Islam Al Washliyah 1930M, bahkan sebelum berdirinya ormas ini pun para Syeikh dan para pendiri ulama-ulama Al Washliyah telah menjadikan kitab rujukan Ushul Fikih untuk tingkatan Alqismul Ali karyanya Al-Imam Abi Ishaq Ibrahim bin Ali bin Yusuf As-Syairazi Alfairuz Abadi As-SyafiI (bermadzhab Syafiiyah) judul kitab Al-Luma Fi Ushul Alfiqh” yang kandungannya banyak mengangkat pendapat Muktazilah dan Syiah sebagai bahan perbandingan dalam teori ushul Fikih dengan Ahlussunnah Waljamaah (Sunni). Lihat dalam kitab Al-Luma cetakan Dar Alkutub Al-Ilmiyah-Bairut Lebanon. Lihat pendapat Mutazilah dalam buku tersebut pada halaman: (13-17-18-19-20-25-31-35-54-55-56-71-77-93-97 dan halaman 122) begitupula lihat teori Ushul Fikih Syiah (Rafidhah) dalam kitab yang sama Madzhab SyafiI Al-Luma tersebut di atas pada halaman : (56-72-91 dan 97).
Dan ini pula sesuai dengan pandangan Ibnu Taimiyah yang mengatakan Ushul Fikih Mutazilah lebih baik daripada Ushul Fikih Asyairah, Ushuluddin (Ilmu Kalam) Asyairah lebih baik daripada Ushuluddin (Ilmu Kalam) Muktazilah. Ucapan ini bersumber dari Imam Shalahuddin As-Shafadi di dalam kitab Alwafi ketika menceritakan tentang Abi Alhusain Almutazili pengarang kitab Almutamad mengatakan,
” وقد سمعت الشيخ الإمام العلامة تقي الدين أحمد بن تيمية غير مرة يقول : أصول فقه المعتزلة خير من أصول فقه الأشاعرة، وأصول دين الأشاعرة خير من أصول دين المعتزلة.
“Sesungguhnya aku telah mendengar As-Syeikh Al-Imam Al-’Allamah Taqiyuddin Ahmad bin Taimiyah sering beliau mengatakan: “Ushul Fiqh Muktazilah lebih baik daripada Ushul Fiqh ‘Asya’irah, dan Ushuluddin (Ilmu Kalam) ‘Asya’irah lebih baik daripada Ushuluddin (Ilmu Kalam) Muktazilah”
Di Universitas Al Azhar Cairo Mesir yang bermadzhab Sunni tulen di kuliah Banat yaitu kuliyah S2 bagian putri jurusan Tafsir Alqur’an menjadikan Tafsir Alkas-Syaf (تفسير الكشاف) oleh Abi Alqasim Az-Zamakhsyari bermadzhab Muktazilah, kitab ini sebagai muqarar/diktat wajib dan begitu pula kitab “Jam’ul Jawami’ Fil-ushul” oleh Taqiyuddin As-Subki As-Syafi’I (wafat: 771H) bermadzhab Syafi’iyah, di dalam kitab ini pula banyak mengangkat teori-teori Ushul Fiqh Muktazilah. Dari kedua kitab di atas pula saya sebagai penulispun pernah belajar Talaqi langsung di Masjid Al Azhar Cairo Mesir kepada Mantan Mufti Mesir Prof.DR. Ali Jum’ah seorang ulama sunni yang tersohor sampai saat ini.
Wallahua’lam Bis-Shawab.
Penulis adalah KH. Ovied: Wakil Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah Periode 2015-2020. Sekretaris Majelis Masyaikh Dewan Fatwa Al Washliyah Periode 2015-2020, Guru Tafsir Alqur’an/Fikih Perbandingan Madzhab Majelis Ta’lim Jakarta & Direktur Lembaga Riset Arab dan Timur Tengah [di Malaysia] Hp: 0813.824.972.35. Email: buyaovied@yahoo.com
BAHAN RUJUKAN KITAB-KITAB SUNNI
المراجع من كتب أهل السنة و الجماعة :
١. مساندة للسلطة الفقهاء يدمرون العلوم ، لدكتور محمود إسسماعيل ، العصور الجديدة ، العدد ٨ ، أبريل ٢٠٠٠ – ص : ١٦٢- ١٧٥
٢. الفقه الإسلامي في طور الإنهيار، لدكتور محمود إسسماعيل ، العصور الجديدة ، العدد ٨ ، أبريل ٢٠٠٠ – ص : ١٢٨-١٤٢
٣. الفراق الإسلامية في طور الإنحطاط ، ، لدكتور محمود إسسماعيل ، العصور الجديدة ، العدد ٨ ، أبريل ٢٠٠٠ – ص : ١٤٨-١٥٨
٤. الفقه الإسلامى و أدلته لأستاذ الدكتور وهبه الزهيلي ، الطبعة : ٤- ١٩٩٧م/١٤١٨ه – دار الفكر المعاصر بيروت لبنان. ، ص : ٥٦-٥٩ ، ج : ١
٥. التقريب بين المذاهب الإسلامية للأستاذ الدكتور محمد عمارة
٦. Petaka Syi’ah Di Indonesia Oleh KH.Ovied.R
٧. رأي الشيخ الشعراوي في الشيعة : الشيعة الامامية الاثنى عشرية وامامهم جعفر الصادق ابن محمد بن زين العابدين بن الحسين بن علي بن ابي طالب وهو أحد أساتذة الإمام أبي حنيفة رضي الله عنهم جميعا وهؤلاء الامامية الجعفرية الذين نوضح انهم من ارباب المذاهب النقية ، وهم الذين أصدر شيخنا المرحوم شيخ الازهر محمود شلتوت فتواه المشهورة في صحة التعبد بمذهبهم معللا ذلك بانه من المذاهب الاسلامية الثابتة الاصول المعروفة المصادر المتبعة لسبيل المؤمنين ( الشيخ الشعراوى يرفض تكفير الشيعة ، الشيخ الشعراوى رحمه الله كان له هذا التصريح فى ، ( الاهرام ، السنة 103 ، العدد : 32932 )
٨.. شنَّت وكالة أنباء «مهر» الإيرانية شبه الرسمية في 13 من رمضان 1429هـ الموافق 13 سبتمبر 2008م، هجوماً عنيفاً على شخصي، تجاوزت فيه كلَّ حدٍّ، وأسفَّت إسفافاً بالغاً لا يليق بها، بسبب ما نشرته صحيفة «المصري اليوم» من حوار معي، تطرَّق إلى الشيعة ومذهبهم، قلتُ فيه: أنا لا أكفّرهم، كما فعل بعض الغُلاة، وأرى أنهم مسلمون، ولكنهم مبتدعون. ( موقـف الشـيخ يـوسف القرضاوي من الشـيعة )
٩. ما وجه قول ابن تيمية : أصول فقه المعتزلة خير من أصول فقه الأشاعرة ؟
قال الإمام صلاح الدين الصفدي رحمه الله تعالى في الوافي في ترجمة أبي الحسين المعتزلي صاحب المعتمد : ” وقد سمعت الشيخ الإمام العلامة تقي الدين أحمد بن تيمية غير مرة يقول : أصول فقه المعتزلة خير من أصول فقه الأشاعرة، وأصول دين الأشاعرة خير من أصول دين المعتزلة .
١٠. التراث و التجديد للأستاذ الدكتور حسن حنفى .
١١. تجديد المنهج فى تقويم التراث لأستاذ طه عبد الرحمن .
١٢. تاريخ الأدب العربي لشوقي ضيف .
١٣. مقدمة إبن خلدون .
١٤. الأصول العامة الفقه المقارن لمحمد تقي الدين الحكيم .
١٥. ظهر الإسلام لأحمد أمين .
١٦. تاريخ المذاهب الدينية في اليمن حتى نهاية القرن السادس الحجري لأيمن فؤاد سيد .
١٧. الفكر الشيعي و النزعات الصوفية لكامل مصطفى الشيبي .