JAKARTA- Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sangat konsen dengan upaya memberikan pelayanan maksimum kepada Duyufurrahman. “Ini bisa dibuktikan dalam beberapa aspek,” kata Affan Rangkuti salah satu Pengurus Besar Al Washliyah melalui pesan tertulisnya, Senin (06/03).
Pertama, sebelum Raja Salman memimpin, Kementerian yang mengurusi tentang haji bernama Kementerian Urusan Haji. Saat beliau menjadi raja, Kementerian Urusan Haji diubah menjadi Kementerian Haji dan Umrah yang saat ini dipimpin oleh Dr Muhammad Shalih bin Thahir Bantan. Perubahan nomenklatur kementerian ini menyampaikan pesan bahwa Raja Salman melakukan peningkatan pelayanan bukan hanya pada urusan haji saja tetapi juga pada urusan umrah.
Kedua, hal itu sesuai dengan Visi Arab Saudi 2030 yang berkonsentrasi kepada peningkatan prosentase jamaah haji dan umrah, dan sudah pasti bahwa kualitas pelayanan-pelayanan akan menjadi faktor yang sangat berpotensi dalam meningkatkan kepuasan para jamaah.
Ketiga, pengembangan dan pembangunan fasilitas agar jamaah haji dan umrah nyaman dan khusuk dalam beribadah. Masjidil Haram direnovasi. Terus mengembangkan layanan Masya’ir (Arafah dan Mina) dan pelayanan untuk para jamaah haji, umrah, dan ziarah sehingga mereka dapat menunaikan ibadah dengan mudah.
Keempat, Arab Saudi memastikan hak-hak jamaah sesuai dengan kontrak yang telah ditandatangani oleh jamaah, perwakilan jamaah dan penyedia layanan dengan cara (a) memastikan bahwa jamaah mendapatkan akomodasi, transportasi, makanan dan logistik yang sesuai. (b) menerima keluhan dan komentar jamaah mengenai perusahaan penyedia layanan. (c) mengevaluasi laporan tentang kinerja dari pihak perusahaan penyedia layanan dan lain-lain.
Kelima, sekedar mengingatkan bahwa salah satu jamaah haji tahun 2015 yaitu Culan Kasim binti Kasim, selama hampir 8 bulan dirawat di Arab Saudi. Karena kondisi kesehatannya maka dipulangkan ke Tanah Air dengan menggunakan pesawat khusus Medevac atau Aeromedical Evcuation. Hal ini istimewa karena kejadian ini baru pertama dalam sejarah perhajian Indonesia. Biayanya pemulangan beliau lebih kurang dua miliar rupiah. Inilah Arab Saudi yang tidak berhitung untung dan rugi dalam memberikan layanan pada Duyufurrahamn. Cara berfikirnya adalah bagaimana memberikan layanan terbaik bagi jamaah.
Keenam, penyelesaian visa jamaah umrah rata-rata berkisar 600.000 orang setiap tahun. Jika kita bagi per hari maka akan diperoleh kisaran 2.500 visa selesai setiap harinya. Proses penyelesaian visa terbabyak dan secepat. Itu belum lagi penyelesaian visa haji yang harus selesai dalam waktu tertentu dengan jumlah ratusan ribu visa. Arab Saudi tak pernah mengeluh, bahkan bangga bisa berbuat yang terbaik bagi jamaah.
Kita sebagai umat Islam, patut memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Raja Arab Saudi sekaligus sebagai Penjaga Dua Masjid Suci. Tanggungjawab Raja Salman bukan hanya pada soal negara dan rakyatnya. Namun bagaimana beliau memberikan pelayanan sebaik-baiknya bagi umat Islam yang melakukan perjalanan ibadah umrah dan haji.
“Tugas itu terbukti dijalani dengan hati, bahkan mayarakat Arab Saudi sendiri seolah berebut untuk melayani jamaah, apalagi saat bulan Ramadhan. Subahanallah,” kata Affan.
Nilai Budaya Luhur Gotong Royong
Saat peningkatan layanan yang berorientasi kepada filantropi, sudah sewajarnya jamaah asal Indonesia lebih berperan dalam mengusung keberhasilan dalam pelayanan yang dilakukan Arab Saudi. Nilai budaya gotong royong bisa di laksanakan dalam memberikan dukungan layanan secara langsung.
“Kita tahu bahwa saat penyelenggaraan umrah apalagi haji ada dampak lingkungan yang terjadi. Mungkin dampak ini belum terlalu diperhatikan oleh para jamaah. Salah satu contoh adalah soal sampah,” kata Affan.
Jika satu orang jamaah haji Indonesia memproduksi sampah seberat 12 kilogram dalam masa 38 hari akan terakumulasi 2.652.000 juta kilogram atau 2.652 ton per tahun (jumlah jamaah Indonesia 221 ribu). 3 kilogram untuk jamaah umrah Indonesia (jumlah jemaah per tahun 600 ribu) akan terakumulasi 1.800.000 juta kilogram atau 1.800 ton per tahun. Total produksi sampah menjadi 4.452.000 juta kilogram atau 4.452 ton per tahun. “Ini hanya contoh. Bisa kurang bisa jadi lebih, dan contoh untuk jumah jamaah umrah dan haji kita saja,” kata Affan.
Produksi sampah dengan jumlah besar itu akan menjadi pengeluaran bagi Arab Saudi. Baik financial, manajemen, tempat, infrastruktur dan sumberdaya manusia. “Biaya pengelolaan sampah per tahun bisa ratusan hingga milyaran,” kata Affan.
Tambahya lagi, pasti ada biaya besar yang dikeluarkan Arab Saudi dalam pengelolaan sampah sebanyak itu. Jamaah bisa mengambil bagian dalam pengelolaannya. Misalkan jamaah tertib dalam membuang sampah ditempat yang disediakan, dan pada setiap hari Jumat bergotong royong untuk membersihkan sampah disekitar hotel atau pemondokannya,” kata Affan.
Jadi, memperkuat dan melaksanakan nilai budaya gotong royong dalam membersihkan sampah akan dapat membantu sekaligus cermin bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang memiliki nilai budaya luhur, apalagi kebersihan adalah sebagaian daripada iman,” kata Affan.
Semoga saja, hal-hal kecil bernilai besar ini dapat dibijaki oleh pemerintah kepada para jamaah. “Semoga saja hal-hal seperti ini dapat dipraktekan, bukan hanya soal sampah, juga soal nilai-nilai luhur lainnya yang ada pada budaya kita,” harap Affan.
(rilis/mrl)