Pertanyaan:
Assalamualaikum, Pak Kiyai, yang dirahmati Allah Swt. Saya ingin bertanya tentang bidadari surga. Apakah ada bagi wanita bidadara surga sebagaimana laki-laki mendapatkan pasangan terbaiknya di dunia sampai di surga kelak. Saya akan memberikan contoh seperi Almarhun Ustaz Jefri Albukhari (Uje) apakah di surga kelak bisa berjumpa kembali kepada isterinya yang di dunia yaitu seperti Ummi Pipik Dian Irawati Popon sebagai bidadarinya. Lantas jika isterinya Ummi Pipik Dian Irawati kawin lagi di dunia kepada laki-laki lain, lalu di surga laki-laki yang mana yang akan menjadi pendampingnya atau bidadaranya kelak di surga? Suami yang pertama atau suami yang kedua? Wassalam atas jawaban Pak Kiyai saya ucapkan terimakasih.
Dari Ayu Nagita- Rempoa, Ciputat Timur Tanggerang Selatan.
Jawaban:
Setiap orang beriman wajib hukumnya beriman kepada hari akhirat seperti adanya surga dan neraka, karena ini merupakan diantara rukun Iman yang wajib diimani. Sebutan hari kiamat di dalam Alqur’an diantaranya : Kiamat (قيامة), Yaumuddin (يوم الدين), Ba’ats (البعث), Alhisab (الحساب), Alhasyar (الحشر), Ad-Dainunah (الدينونة), Alfashl (الفصل), An-Nasyr (النشر), An-Nusyuur (النشور), Alghasyiyah (الغاشية), Alqaari’ah (القارعة), Yaumul Jaza’ (يوم الجزاء), Al-Haaqah (الحاقة), At-Taghaabun (التغابن), As-Saa’ah (الساعة), Al-Yaum (اليوم).
Orang yang tidak percaya adanya hari akhirat termasuk surga dan neraka maka ia sudah tergolong orang-orang yang tidak beriman. Orang yang tidak beriman kelak akan kekal di dalam neraka. Na’udzubillahimin Dzalik. Macam-macam Neraka yaitu: [1] Jahannam (جهنم) diperuntukkan orang beriman yang maksiat, [2] Lazha (لظى) diperuntukkan orang-orang Yahudi, [3] Alhuthamah (الحطمة) diperuntukkan orang-orang Nashrani (Keristen), [4] Saqar (سقر) diperuntukkan orang-orang Majusi, [5] Alhawiyah (الهاوية) diperuntukkan orang-orang munafiq, [6] As-Sa’ir (السعير) diperuntkkan orang-orang penyembah bintang, [7] Aljahim (الجحيم) diperuntukkan orang-orang penyembah berhala. (hal, 95, Kitab Almursyid Al Azhar Cairo Mesir).
Allah Swt berfirman:
….. فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ {البقرة [٢] : ٢٤}
……. peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir (QS. Albaqarah [2] : 24)
Makna surga menurut bahasa adalah Taman (البستان). Sedangkan menurut istilah adalah tempat ganjaran pahala yang akan Allah Swt masukkan untuk orang-orang yang taat (دار الثواب التي أعدها الله للطائعين). (lihat hal, 106, Kitab Almursyid fi Imtihaanat Akhir Al’am oleh Shabri Ahmad Faraj).
Tentang surga Allah Swt berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ {آل عمران [٣] : ١٣٣}
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (QS. Ali Imran [3] : 133)
Jika kita percaya adanya surga maka kitapun percaya adanya kenikmatan yang ada di surga. Di dalam Alquran dan Sunnah Rasulullah Saw banyak sekali menceritakan tentang nikmat-nikmat yang ada di surga yang akan dinikmati sebagai ganjaran bagi orang-orang yang shaleh dan shalehah selama di dunia. Di antara kenikmatan di dalam surga itu ada diberikan oleh Allah Swt bidadari yang begitu cantik kepada laki-laki yang shalehah. Begitu pula bagi wanita yang shalehah ia kelak akan mendapat bidadara yang begitu tampan, gagah perkasa yang mereka itu akan selalu tidak pernah merasakan kekurangan bila di sampingnya. Lantas siapakah bidadara bagi wanita shalehah?
Dapat kita lihat di dalam Alquran tentang bidadara para wanita shalehah. Allah menerangkan seluruh para wanita yang telah dinikahi oleh Rasulullah adalah wanita-wanita shalehah yang akan dipertemukan kembali kelak di surga kepada Rasulullah Saw.
Seluruh wanita yang menjadi isteri Rasulullah Saw di dunia ini adalah Allah Swt yang menikahkannya dan atas perintah dan seizin-Nya pula, berapa jumlah dan siapa saja yang ia kehendaki sebagai isteri-isterinya. Begitu pula Rasulullah Saw tidak boleh menikah lagi setelah memiliki isteri-isterinya yang ada, juga atas perintah Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt:
يَآأَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّآ أَحْلَلْنَا لَكَ أَزْوَاجَكَ الاَّتِي ءَاتَيْتَ أُجُورَهُنَّ وَمَامَلَكَتْ يَمِينُكَ مِمَّآ أَفَآءَ اللهُ عَلَيْكَ وَبَنَاتِ عَمِّكَ وَبَنَاتِ عَمَّاتِكَ وَبَنَاتِ خَالِكَ وَبَنَاتِ خَالاَتِكَ الاَّتِي هَاجَرْنَ مَعَكَ وَامْرَأَةً مُّؤْمِنَةً إِن وَهَبَتْ نَفْسَهَا لِلنَّبِيِّ إِنْ أَرَادَ النَّبِيُّ أَن يَسْتَنكِحَهَا خَالِصَةً لَّكَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ قَدْ عَلِمْنَا مَافَرَضْنَا عَلَيْهِمْ فِي أَزْوَاجِهِمْ وَمَامَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ لِكَيْلاَ يَكُونَ عَلَيْكَ حَرَجٌ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا {الأحزاب [٣٣] : ٥٠}
Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri- isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Alahdzab [33] : 50)
Allah Swt mebatasi jumlah isteri-isteri Rasulullah Saw di dunia. Sebagaimana firman-Nya:
لاَّيَحِلُّ لَكَ النِّسَآءُ مِن بَعْدُ وَلآأَن تَبَدَّلَ بِهِنَّ مِنْ أَزْوَاجٍ وَلَوْ أَعْجَبَكَ حُسْنُهُنَّ إِلاَّ مَامَلَكَتْ يَمِينُكَ وَكَانَ اللهُ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ رَّقِيبًا {الأحزاب [٣٣] : ٥٢}
Tidak halal bagimu (Rasulullah Saw) mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu. (QS. Alahdzab [33] : 52)
Pengertian ayat di atas adalah Nabi tidak dibolehkan kawin sesudah mempunyai isteri-isteri sebanyak yang telah ada itu dan tidak pula dibolehkan mengganti isteri-isterinya yang telah ada itu dengan menikahi perempuan lain. Seluruh wanita yang menjadi isteri Rasulullah Saw di dunia ini akan menjadi bidadari Rasulullah Saw kelak di surga. Dengan demikianlah maka Allah Swt mengharamkan janda-janda Rasulullah Saw yang masih hidup setelah beliau wafat, dinikahi oleh siapa saja, sebagaimana Alquran menyebutkan:
……… وَمَاكَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللهِ وَلآَأَن تَنكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِن بَعْدِهِ أَبَدًا إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ عِندَ اللهِ عَظِيمًا {الأحزاب [٣٣] : ٥٣}
……………Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah (QS. Alahdzab [33] : 53)
Dari ayat ini (QS. Alahdzab [33] : 53) dapat di ambil kesimpulan sebagai hukum (istinbat Al-ahkam) bahwa, seluruh wanita yang telah dinikahi oleh Rasulullah (isteri-isteri Rasul setelah beliau wafat) hukumnya Haram dinikahi oleh siapapun. Ini adalah khususiyat bagi Rasulullah Saw.
Seluruh isteri beliau akan menjadi bidadarinya Rasulullah Saw kelak di surga, begitu pula sebaliknya Rasulullah Saw akan menjadi bidadara bagi seluruh isterinya tersebut. Isteri Rasulullah yang telah pernah menikah sebelum dinikahi oleh Rasulullah, maka hubungannya kepada suami sebelumnya telah terputus baik di dunia maupun di akhirat, karena sudah dinikahi oleh Rasulullah Saw.
Dari ayat ini pula, maka seorang wanita yang telah di cerai oleh suaminya di dunia atau kawin lagi dengan laki-laki lain, maka hubungannya menjadi terputus baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Dari ayat ini pula, sebaiknya orang-orang shaleh seperti para ulama, bagi isteri-isterinya yang telah ditinggal wafat oleh suaminya jangan kawin lagi kepada orang lain, karena kelak di akhirat hubungannya dengan suaminya yang ulama (sholeh) akan terputus dan tidak akan Allah pertemukan sebagai bidadarinya. Surganya ulama memiliki maqam lebih tinggi ketimbang surganya yang bukan ulama (orang-orang yang tidak shaleh). Jikapun mau menikah lagi hendaknya mencari pasangan yang lebih soleh dan alim dari suaminya terdahulu, jika tidak, maka dia akan merugi di dunia dan akhirat.
Maksud kerugian di sini hanya kedudukan maqam dan syafaat yang akan dia peroleh kelak di akhirat. Karena kedudukan para ulama (orang-orang shaleh) memiliki martabat yang berbeda dengan orang yang fasik atau jahil. Sebagaimana Sabda asulullah Saw:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” أئمتكم شفعاؤكم فانظروا بمن تشتسفعون ” (حديث ، ص : ٦٥ كتاب روح السنة لسيد أحمد بن إدريس)
Rasulullah Saw bersabda : “Para imam-imam (pemipin agamamu) akan memberikan syafa’at untukmu, maka lihatlah kepada orang yang akan memberikan syafaat (kepadamu kelak pada hari kiamat)” (lihat kitab Ruh Assunnah oleh Said Ahmad bin Idris)
Hadis di atas sesuai dengan firman Allah Swt:
يَوْمَ نَدْعُوا كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُوْلَئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلاَيُظْلَمُونَ فَتِيلاً {الإسراء [١٧] : ٧١}
(Ingatlah) suatu hari (yang di hari kiamat) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun (QS. Alisra [17] : 71)
Rasulullah Saw, para Rasul dan Anbiya, para waliallah dan siapa saja orang-orang yang beriman karena amal shaleh dan ketaqwaannya, maka ia akan Allah Swt pertemukan kelak di surga dengan ayah, kakek-kakenya, pasangan hidupnya, anak dan keturunannya, sebagaimana firman-Nya:
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَن صَلَحَ مِنْ ءَابَآئِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلاَئِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِم مِّن كُلِّ بَابٍ {23} سَلاَمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ {الرعد [١٣] : ٢٣-٢٤}
(yaitu) syurga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shabartum [selamat sejahtera bagi kamu semua, atas kesabaranmu selama di dunia dalam ketaatan kepada Allah Swt]. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu [yaitu surga] (QS. Ar-Radu [13] : 23-24)
Ayat yang lain, yang menerangkan orang-orang yang bertaqwa akan Allah berikan kenikmatan surga, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ . ادْخُلُوهَا بِسَلاَمٍ ءَامِنِينَ . وَنَزَعْنَا مَافِي صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُّتَقَابِلِينَ . لاَيَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَاهُم مِّنْهَا بِمُخْرَجِينَ {الحجر [١٥] : ٤٥-٤٨}
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan kepada mereka): “Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman” Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya (QS. Alhijr [15] : 45-48)
Gambaran bidadari surga yang akan Allah berikan kepada para orang-orang yang shaleh, yaitu:
وَعِندَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ أَتْرَابٌ {ص [٣٨] : ٥٢}
Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya (QS. Shad [38] : 52).
Tentang wanita yang shalehah yang belum pernah kawin dengan siapapun sampai ia wafat, lantas siapakah bidadaranya? Bidadara wanita shalehah yang belum pernah menikah atau suaminya murtad menjadi kafir atau durjana tidak shaleh, maka akan Allah anugerahkan kelak di surga bidadara orang-orang yang shaleh selama di dunia. Semangkin tinggi keshalehan seorang wanita di dunia, maka ia kelak akan mendapatkan kedudukan bidadara di surga yang akan Allah nikahkan dengan para ulama yang paling tinggi pula keshalehannya. Ini dapat kita kiaskan dan mengacu kepada Hadis Rasulullah Saw:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : “إن الله زوجني في الجنة مريم بنت عمران و إمرأة فرعون و أخت موسى” (رواه إبن جعفر العقيلي من حديث عبد النور به – مجمع الزوائد ، و كنز العمال – ص : ٤٧١ قصص الأنبياء لإبن كثير)
Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya Allah Swt menikahkan aku di surga kepada Maryam anak ‘Imran (ibunda Nabi Isa), Isteri Fir’aun, dan saudara perempuan Nabi Musa a.s” (HR.Ibnu Ja’far Al’uqaili, Kanzul Ummal, Qashashul Anbia’ oleh Ibnu Katsir)
Hadis berikutnya menerangkan sebagai berikut:
عن إبن عباس : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم دخل على خديجة وهي في مرض الموت فقال : يا خديجة إذا لقيت ضرائراك فاقرئهن مني السلام ، قالت يا رسول الله و هل تزوجت قبلي ؟ قال : لا ولكن الله زوجني مريم بنت عمران و آسية بنت مزاحم و كلثوم أخت موسى (تفسير إبن كثير ، ص : ٤٧١ قصص الأنبياء)
Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah Saw mendatangi isterinya Khadijah ketika itu sedang sakit menjelang akhir hayatnya, Rasulullah Saw berkata: Wahai isteriku Khadijah, apabila kelak engkau di surga hendak masuk kebilikku ucapkanlah terlebih dahu salam. Khadijah lalu berkata: Ya Rasulullah, apakah engkau telah pernah menikah sebelum dengan diriku, Rasulullah berkata: Belum pernah, akan tetapi Allah Swt menikahkan aku dengan Maryam anak dari Imran (ibunda Nabi Isa a.s), Asiah binti Muzahim (isteri Firaun) dan Kultsum saudara wanita dari Nabi Musa a.s. (terdapat di dalam Tafsir Ibnu Katsir dan Hal: 471 Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir)
Meskipun bidadara wanita shalehah kelak di surga mendapat bidadari yang lain selain dari bidadari yang berasal dari isterinya di dunia, namun di surga sudah tidak ada lagi kecemburuan, iri hati, dengki dan seluruh penyakit hati yang pernah dirasakan selama di dunia, sebagaimana Allah Swt berfirman:
…… وَنَزَعْنَا مَافِي صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُّتَقَابِلِينَ . لاَيَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَاهُم مِّنْهَا بِمُخْرَجِينَ {الحجر [١٥] : ٤٥-٤٨}
…….……..Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam (kelak di surga) yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya (QS. Alhijr [15] : 45-48)
Ayat lain menyebutkan sebagai berikut:
فيِ جَنَّةٍ عَالِيَةٍ .لاَتَسْمَعُ فِيهَا لاَغِيَةً . فِيهَا عَيْنُُ جَارِيَةٌ . فِيهَا سُرُرُُمَّرْفُوعَةٌ . وَأَكْوَابُُمَّوْضُوعَةٌ .وَنَمَارِقُ مَصْفُوفَةٌ . وَزَرَابِيُّ مَبْثُوثَةٌ {الغاشية [٨٨] : ١٠-١٦}
dalam syurga yang tinggi, tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna. Di dalamnya ada mata air yang mengalir. Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya), dan bantal-bantal sandaran yang tersusun, dan permadani-permadani yang terhampar (QS. Alghasyiyah [18] : 10-16)
Namun para isteri yang shalehah atau para wanita shalehah selama di dunia mereka kelak di surga akan menjadi bidadari yang memiliki kedudukan jauh lebih tinggi dan lebih besar kedudukan nikmat yang akan didapat dan dirasakannya di surga dibandingkan dengan bidadari yang telah ada Allah sediakan di surga. Allah Swt berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ . تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرُُ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ . يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ {الصف [٦١] : ١٠-١٢}
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar (QS. As-Shaf [61] : 10-12)
Bentuk manusia kelak di surga seperti Nabi Adam a.s. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : خلق الله آدم ، و طوله ستون ذراعا ، ………. فكل من يدخل الجنة على صورة آدم ، فلم يزل الخلق ينقص حتى الآن (رواه البخاري ، ص : ٩٥ / ج : ١ ، الأحاديث القدسية)
Nabi Muhammad Saw bersabda: “Telah diciptakan Adam, yang tingginya 60 hasta,……Setiap orang (yang beriman) yang masuk surga bentuknya seperti Nabi Adam a.s, sedangkan (bentuk) manusia terus berkurang semenjak awal penciptaannya sampai sekarang ini” (HR. Albukhari, lihat hal, 95/Juz:1, dalam Kitab Alhadis Alqudsiyah, Maktabah Aliman Alazhar Cairo Mesir).
Sedangkan ketampanan laki-laki penduduk surga seperti ketampanan cucu Rasulullah Saw Husain, sebagaimana terdapat dalam sebuah riwayat disebutkan:
عن جابر بن عبد الله أنه قال : “من سره أن ينظر إلى رجل من أهل الجنة فلينظر إلى الحسين بن علي ، فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقوله” (رواه أبي يعلى بإسناد رجاله رجال الصحيح ، قل حسين أسد : رجاله ثقات ، و أخرجه إبن حبان في صحيحه)
Dari Jabir bin Abdullah berkata: “Siapa yang ingin melihat kepada laki-laki penduduk surga, maka lihatlah kepada Husain bin Ali, maka sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah Saw mengatakan demikian” (HR. Abu Ya’la, sanad Rijal Hadisnya Shahih, berkata Husain Asad, Rijal Hadisnya Tsiqat, dan Hadis ini diriwayatkan didalam Shahih Ibnu Hibban).
Sedangkan tubuhnya Husain bin Ali r.a mirip seperti tubuhnya Rasulullah Saw, sebagaimana Abu Hurairah mengatakan:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : “كان جسد الحسين شبه جسد رسول الله صلى الله عليه وسلم” (أخرجه الطبراني بإسناد حسن)
Dari Abu Hurairah r.a berkata : “Bentuk tubuh Husain (anak Imam Ali r.a) adalah mirip dengan bentuk tubuhnya Rasulullah Saw” (HR. At-Thabrani dengan sanad Hasan).
Terdapat di dalam Hadis-Hadis Shahih ada sepuluh orang yang langsung masuk surga tanpa hisab (العشرة المبشرون بالجنة) mereka itu adalah: [1] Abu Bakar Shiddiq, [2] Umar bin Khattab, [3] Utsman bin Affan, [4] Ali bin Abi Thalib, [5] Sa’ad bin Abi Waqqash, [6] Sa’id bin Zaid bin Amru bin Nufail, [7] Thalhah bin Ubaidillah, [8] Zubair bin Al ’Awwam, [9] Abdurrahman bin ‘Auf, [10] Abu ‘Ubaidah ‘Amir bin Aljarrah (lihat hal, 284, Qawa’id Ushul Alhadits Oleh Prof.Dr. Umar Hasyim). Di dalam Hadis lain juga ada para sahabat lainnya selain dari yang ke-sepuluh di atas yang langsung masuk surga tanpa hisab.
Begitu juga sebaliknya bagi orang-orang yang kafir yang tidak beriman, meskipun di dunia mereka kaya raya, berpangkat, berkedudukan yang tinggi, digelar bak seorang raja, putri raja, Presiden, dlsb, bentuk tubuhnya tampan menawan, perkasa, cantik rupawan atau kecantikannya dan ketampanannya mendapat pujaan seluruh makhluk di dunia, namun jika tidak beriman (Kafir), di sisi Allah Swt maka kelak mereka di akhirat memiliki rupa dan bentuk seburuk-buruknya bahkan lebih buruk dari binatang yang paling buruk. Sebagaimana Allah Swt menegaskan di dalam Alqur’an sebagai berikut:
إِنَّ شَرَّ الدَّوَآبِّ عِندَ اللهِ الَّذِينَ كَفَرُوا فَهُمْ لاَيُؤْمِنُونَ {الأنفال [٨] : ٥٥}
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman(QS. Al-Anfal [8] : 55)
Ayat lain menyebutkan tentang seburuk-buruk bentuk manusia di sisi Allah Swt adalah mereka orang-orang yang tidak menjalankan syari’at Islam, sebagaimana Allah Swt berfirman:
إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِندَ اللهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لاَيَعْقِلُونَ {الأنفال [٨] : ٢٢}
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli (yaitu mereka yang sengaja ingkar akan kebenaran Islam) yang mereka itu adalah orang-orang yang tidak memiliki akal (yaitu tidak mau menggunakan akalnya untuk beriman kepada Allah Swt) (QS. Al-Anfal [8] : 22).
Kesimpulan
Seorang wanita ia kelak akan berjumpa dengan suaminya (sebagai bidadaranya) di antara syarat-syaratnya adalah disamping ketaqwaan, kesabaran dan ketaatan terhadap suaminya yaitu ia tidak kawin lagi kepada laki-laki lain selain suaminya yang pertama, jika ia kawin lagi maka suami yang sesungguhnya adalah suami yang kedua dan dari suami inilah ia akan disandingkan kelak di surga karena ketaqwaan mereka, bukan kepada suaminya yang pertama. Dengan suami yang pertama sudah terputus sebab perkawinan dengan orang lain atau sebab perceraian, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas melalui dalil-dalil Alqur’an dan Alhadis.
Maka jika Ummi Pipik Dian Herawati tidak menikah lagi di dunia ini sampai wafatnya, insya Allah Ustadz Jefri Albukhari (Uje’) akan menjadi bidadaranya kelak di surga, jika sudah memenuhi syarat-syaratnya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Alqur’an dan Alhadis. Dan Uje’ akan menyambutnya insya Allah kelak di surga, dengan mengatakan: “Engkaulah (Pipik Dian Irawati) bidadari surgaku”, lalu Ummi Pipik menjawab: “Wahai Uje’ engkaulah bidadaraku yang selalu kunanti-nantikan”. Insya-Allah.
Seluruh kenikmatan surga di dunia ini belum dapat dibayangkan, dihayalkan, dirasakan, dimimpikan, karena Allah Swt berfirman di dalam Hadis Qudsi, Rasulullah Saw bersabda sebagai berikut:
عن أبي هريرة رضي الله عنه ، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ، قال الله : ……….، ما لا عين رأت ، ولا أذن سمعت ، ولا خطر على قلب بشر …(رواه البخاري – ص : ٦٧ / ج : ١، الأحاديث القدسية)
Allah Swt berfirman, Rasulullah Saw bersabda: “……(kenikmatan surga yang Allah sediakan untuk hamba-hambanya yang shaleh) belum pernah dilihat oleh kedua matanya, belum pernah didengar oleh kedua telinganya, dan belum pernah terdetak oleh hati siapapun….” (HR. Imam Bukhari).
Wallahua’lam Bis-Shawab.
Penulis adalah KH. Ovied Alwashliyah: Wakil Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah Periode 2015-2020. Sekretaris Majelis Masyaikh Dewan Fatwa Al Washliyah Periode 2015-2020, Guru Tafsir Alqur’an/Fikih Perbandingan Madzhab Majelis Ta’lim Jakarta & Direktur Lembaga Riset Arab dan Timur Tengah [di Malaysia] Hp: 0813.824.972.35. Email: dewanfatwa_alwashliyah@yahoo.com
amiinn ..
Maen kesini yuk.. https://goo.gl/u8ytwk