BerandaOpiniPeka Terhadap Rangsang: 'Pisang dan Monyet'

Peka Terhadap Rangsang: ‘Pisang dan Monyet’

TAK sedikit orang membangun bingkai tentang kepemimpinan pada negara yang mayoritas muslim. Entah orang-orang ini paham apa yang dikatakannya, bentuk kesetiaan pada kelompok dimana dia merasa bisa hidup dan dihargai, atau hanya mencari panggung semata.

Terkait munculnya nama calon pemimpin yang bukan beragama Islam pada negara yang mayoritas muslim dimaksud, dibangunlah pemikiran-pemikiran yang mencoba untuk memetakonflikan keadaan. Analogi yang disampaikan cenderung sumir. Parahnya, tidak sedikit juga muslim yang hampir terpengaruh dan bahkan ada yang terpengaruh dengan analogi yang dibangun. Analogi yang dibangun itu menginduksi halaman-halaman media sosial. Seperti “Lebih baik memilih yang bukan muslim tapi adil daripada memilih muslim tapi dzalim”, bahkan analogi ini diinduksi dalam macam kemasan implementasi. Seperti pilot pesawat bukan muslim namun mengapa penumpang muslim mau ikut dalam pesawat itu dan lain-lain.

Dengan mengusung analogi itu, kata adil dijadikan bingkai yang dibangun agar dapat memengaruhi dan merubah pemikiran kaum muslim. Memang jika kita analisa analogi serta jargon yang dipopularkan membuat kita sebagai kaum muslim tersenyum. Mengapa tidak, dari jargon “Lebih baik memilih yang bukan muslim tapi adil daripada memilih muslim tapi dzalim” atau jargon lainnya sejenis menimbulkan perbedaan dan perdebatan pendapat.

Tanpa sadar, kaum muslim yang masuk dalam perangkap analogi itu seolah membenarkan bahwa tidak ada lagi kaum muslim yang adil, berilmu, berkinerja sehingga lebih baik memilih yang bukan muslim saja. Yang bukan muslim itu lebih baik dan berilmu dan banyak lagi pembenaran pemikiran-pemikiran itu tanpa sadar dan akhirnya terperangkap.

Seperti yang disampaikan di atas bahwa bisa jadi yang masuk dalam perangkap ini adalah orang-orang yang tidak paham apa yang dikatakannya, merupakan bentuk kesetiaan pada kelompok dimana dia merasa bisa hidup dan dihargai, atau hanya mencari panggung semata.

Apa hasilnya, hasilnya adalah perbedaan pendapat menuju perdebatan dan dapat berakhir dengan pertikaian dan bisa menjadi kontak pisik. Persis seperti yang pernah disampaikan seorang guruku puluhan tahun lalu “Jika ingin melihat kumpulan monyet bereaksi maka lemparlah pisang kepadanya. Karena monyet sangat peka terhadap rangsang”. #salamdamai.[]

Penulis adalah Affan Rangkuti fungsionaris PB Al Washliyah.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments

KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
M. Najib Wafirur Rizqi pada Kemenag Terbitkan Al-Quran Braille