MEDAN – Kota Medan benar-benar kotanya Al Washliyah. Di sini lahir para pendiri, ulama, mujahid, pejuang dan penerus organisasi Islam ini. Sebagai kota tempat dilahirkannya, kita akan melihat banyak lembaga pendidikan Al Washliyah. Bisa kita jampai perguruan Al Washliyah mulai dari taman kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi (Universitas) di sana.
Selain sebagai tempat lahirnya tokoh-tokoh Al Washliyah, sudah barang tentu di kota ini juga banyak makam para mujahid-mujahid Washliyah. Kesempatan kali ini benar-benar saya manfaatkan untuk ziarah ke makam pendiri-pendiri Al Washliyah. Beberapa kali saya ke Medan, tapi baru kali ini memiliki kesempatan berziarah. Saya banyak mengetahui para pendiri dan pejuang organisasi ini dari buku monumental 1/4 Abad Al Washliyah. Selebihnya dari cerita orang tua dan tokoh Al Washliyah.
Usai berkunjung ke Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan yang kini menjadi Madrasah Diniyah Al Washliyah 1, saya dan Abdullah Fathoni berziarah ke makam tokoh Al Washliyah. Bermodal informasi yang diberikan pimpinan Madrasah Al Washliyah 1 (MIT) Silmy Tanjung, kami berangkat ke kuburan Mandailing di Kampung Baru, Medan.
Di sini banyak kita temui makam tokoh-tokoh Al Washliyah. Di perkuburan Mandailing dimakamkan mujahid dan mujahidah Washliyah. Namun kali ini kami hanya fokus pada makam pengarang lagu Mars Al Washliyah H. Umar Ya’kub Nasution. Beliau adalah seorang komponis Al Washliyah. Karyanya itu hingga kini masih dinyanyikan dalam setiap kegiatan organisasi. Mars Al Washliyah merupakan lagu wajib yang harus dinyanyikan setiap acara atau kegiatan.
Bahkan lagu ini diajarkan di seluruh sekolah-sekolah Al Washliyah. Tidak sedikit perguruan bulan sabit bintang lima menyanyikan pada setiap upacara bendera. Berkat H. Umar Ya’kub Nasution organisasi Al Washliyah sejak dahulu telah memiliki lagu kebangsaan. Kita patut bangga memiliki tokoh seperti beliau. Dia seorang komponis yang telah melahirkan karya monumental bagi Washliyah.
Makna Ya Banil Authon
Menurut H. OK. Mahiddin Syafei yang merupakan kawan beliau, pernah sebelum lagu Al Washliyah diputuskan sebagai Mars Al Washliyah dirinya mengkritik bait di syair tersebut. Dirinya merasa ada yang tidak pas dengan salah satu bait di lagu tersebut. “Saya sempat menanyakan karena di telinga saya kurang pas didengarnya,” ujar Mahiddin.
Bait syair yang diprotes adalah kata ‘Ya Banil Authon’. Mahiddin muda ketika itu menanyakan mengapa harus Banil Autho dan bukan Ibnul Wathon atau Banil Wathon. “Saya memang bukan ahli bahasa Arab, tetapi saya menanyakan hal itu kepada Bapak Umar Ya’kub,” katanya saat ditemui di Kota Tebing Tinggi, Sumut pada (23/9).
Berkat pertanyaan Mahiddin Syafei itu akhirnya masalah tersebut dibahas di tingkat pengurus besar. Ini dilakukan agar di masa depan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. “Saya masih ingat betul, kritikan saya itu lalu dibawa ke rapat Al Washliyah,” tutur pengarang lagu Mars IPA ini.
Kerisauan Mahiddin itu ternyata memang terbukti. Selain mengenai artinya, ketika lagu tersebut dinyanyikan banyak orang yang berbeda melantukannya. “Ada yang menyanyikannya dengan ‘Ya Banil Authon’ ada pula ‘Ya Ibnul Wathon atau ‘Ya Banil Wathon’. Suka-suka orang saja dimana yang dirasakanya enak menyembutnya. Jadi berbeda-beda orang menyanyikannya,” jelas pria yang kini berusia 93 tahun itu.
Setelah dibahas para pemimpin organisasi itu dalam rapat Al Washliyah maka diputuskanlah bahwa yang digunakan adalah bait ‘Ya Banil Authon’. Kenapa Banil Authon, menurut Mahiddin karena kata Banil memiliki makna jamak. Kata Ya Banil Authon berarti Wahai Anak-anak Bangsa. Sejak saat itulah kata Ya Banil Authon tetap digunakan dalam bait Mars Al Washliyah yang dikarang Umar Ya’kub Nasution.
Hingga kini lagu tersebut menjadi lagu Mars Al Washliyah. Untuk menguatkannya maka lagu tersebut dicantumkan dalam Anggaran Dasar Al Washliyah. Sehingga lagu tersebut menjadi lagu wajib bagi organisasi yang lahir 68 tahun lalu itu.
Selain tercatat sebagai pengarang lagu Mars Al Washliyah, beliau juga sebagai motor dari Pandu Al Washliyah. Di masanya Kepanduan Al Washliyah atau kini Satuan Komunitas Pramuka tumbuh berkembang. Semoga ibadah Almarhum H. Umar Ya’kub Nasution diterima Allah dan terus memeroleh pahala atas karyanya itu. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin. []
Penulis M. Razvi Lubis, Redaktur www.kabarwashliyah.com sekaligus Sekretaris PB Al Washliyah Periode 2015-2020.