MEMBANGUN kepercayaan terhadap Al Jam`iyatul Washliyah (Al Washliyah), sebenarnya terletak pada kemampuan, keikhlasan serta kesungguhan pengurusnya pada berbagai tingkatan. Membangun atau mengembalikan kepercayaan umat kepada organisasi keagamaan ini, haruslah dimulai dari hulu (pengurus besar) hingga ke hilir (pengurus ranting).
Kalau keberadaan pengurusnya memiliki resistensi, maka akan berdampak besar kepada kepercayaan (trust) umat kepada organisasi ini. Sebenarnya, jika dipandang dari segi usia organisasi Al Washliyah ini bukan terbilang muda, bahkan organisasi ini lebih tua dari usia Kemerdekaan RI, tapi apa dinyana, kepercayaan umat kepada organisasi berlambang bulan sabit berbintang lima ini, kuranglah bisa dibanggakan.
Tentu banyak yang harus dibenahi. Ibarat mendiagnosa sesuatu penyakit, harus dilakukan general chek-up. Bila sudah ada hasil pemeriksaannya, maka lakukan tindakan medis agar setiap jenis penyakit itu dapat terobati dengan tepat dan akurat. Karena itu, maka mulailah dari pembenahan pengurus, program kerja dan mereformasi komitmen serta lainnya.
Lakukan pemetaan secara berjenjang. Pengurus mana saja yang memiliki komitmen tinggi terhadap kemajuan Al Washliyah, yang notabenenya bergerak di bidang pendidikan, dakwah dan sosial. Yang mau mewakafkan waktunya buat organisasi. Tidak mengharap imbalan materi atau lainnya. Apakah ada pengurus `cabutan` atau cacat akhlaq, kapabilitas, loyalitas dan dedikasi untuk berjuang bersama Al Washliyah masihkah pada tataran meragukan.
Kalau ada pengurus hanya `memperalat` Al Washliyah untuk kepentingan pribadi dan kepentingan politik praktis, sebaiknya orang semacam i ini `diamputasi` dari kepengurusan, atau ada pengurus yang mendua menjalankan perintah organisasi, yang akhirnya berujung sengketa, orang seperti ini juga wajar digusur melalui mekanisme oragnisasi.
Sadar atau tidak, kepercayaan umat terhadap Al Washliyah ini, sejak berdiri pada 30 November 1930 di kota Medan, Sumatera Utara, sebenarnya cukuplah tinggi dan membanggakan umat. Terlepas dari kharisma pendiri dan tokoh organisasi ini, namun realita perjalanan organisasi, trust (kepercayaan) itu belakangan ini mengalami naik-turun.
Hal itu dapat terjadi akibat kepercayaan terhadap pengurus, keuangan organisasi, program kerja yang berpihak kepada kepentingan anggota/umat, tertib administrasi, tertib aset dan wakaf , mengedepankan ukhwah daripada mengejar jabatan duniawi, dan seterusnya.
Kepercayaan itu hendaknya jangan diukur dari atensi lembaga pemerintah belaka, tapi harus lah dilihat secara utuh baik secara internal maupun eksternal. Apakah pengurus dapat merangkul semua potensi demi kekuatan organisasi? Atau sebaliknya pola yang diterapkan hanya sekadar mencari teman baru, tegai melupakan yang lama? Karena didasari sentimen suka dan tidak suka?
Dengan demikian, pengurus Al Washliyah di berbagai tingkatan, haruslah introsfeksi secara total. Mulai dari pimpinan tertinggi, inventaris permasalahan organisasi dan cepat ambil solusinya. Bila satu terabaikan maka dikhawatirkan terpapar ke masalah lain. Mari membangun kepercayaan terhadap Washliyah yang dimulai dari segenap pengurus. Jangan jadikan organisasi ini sebagai alat untuk mencapai kekuasaan dan kepentingan sesat. Wassalam
[syamsir]