MEDAN – Ketua Umum PB Al Washliyah Dr. H. Yusnar Yusuf, MS menyatakan faham komunisme bisa lahir dimana pun, dan potensi terbesar komunis bisa bangkit dari daerah perkebunan. Saat ini Sumatera Utara banyak memiliki wilayah perkebunan sehingga sejak dini harus diantisipasi.
Mudahnya faham komunis berkembang di daerah perkebunan karena daerah tersebut jauh dari kesejahteraan. Di daerah-daerah seperti ini komunisme akan mudah masuk dan memengaruhi masyarakat. Hal ini menjadi tugas pemerintah untuk menghadang gerakan komunisme. Bila pemerintah tidak sanggup menghempangnya maka bersinergilah dengan umat Islam.
Untuk mengantisipasi faham tersebut maka pemerintah harus memanfaatkan para ulama, ustadz, da’i dan muballig guna menanamkan tauhid kepada masyarakat. Demikian disampaikan Ketum PB Al Washliyah Yusnar Yusuf dalam Seminar Internasional yang diadakan Harian Umum Waspada, Senin (18/7) di salah satu hotel di Medan, Sumut.
“Kalau pemerintah tidak mampu maka berikan kepada Ormas Islam untuk merajutnya. Ulama-ulama dimasukan ke perkebunan sehingga warga yang tinggal di perkebunan faham dengan Islam, dan faham lain tidak masuk,” tuturnya. Sebagai Ormas Islam yang turut merebut kemerdekaan Indonesia, Al Washliyah tegas menyatakan bahwa NKRI harus dipertahankan.
Foto: Ketua Umum PB Al Washliyah Dr. H. Yusnar Yusuf, MS menerima cinderamata yang diberikan Pimpinan Umum Harian Waspada usai menjadi pembicara.
Faham komunis menurutnya sangat gampang masuk ke wilayah pra sejahtera. Faham ini menolak tentang kepemilikan modal dari orang kaya. “Orang miskin dan hampir miskin sangat mudah disusupi faham komunis. Mereka menyatakan bahwa modal tidak boleh dimiliki seseorang, modal harus dimiliki masyarakat,” terangnya.
Dikatakan Yusnar metode berdakwah saat ini harus bervariasi. Terkadang perlu lembut dan ada waktunya keras. Bahkan bila melihat kondisi saat ini maka metode dakwah harus keras. “Berdakwah sekarang harus keras. Anda mau beriman apa tidak, kalau mau masuk ke sini. Kalau tidak seperti itu maka komunis masuk,” tegasnya di hadapan peserta seminar dari berbagai daerah di Indonesia itu.
Saat ini ada kesan pemerintah begitu takut dengan komunis di Indonesia. Bahkan sampai sekarang pemerintah terus diminta untuk menyampaikan permintaan maaf ke pada orang-orang komunis yang telah melakukan berbagai pemberontakan di nusantara. Pemerintah baru berani menolak ketika TNI dengan tegas menolak meminta maaf kepada komunis.
Kesan takutnya pemerintah itu disampaikan Yusnar dengan contoh maraknya simbol komunis di Indonesia. Namun sayangnya pemerintah tidak sigap membersihkan simbol palu arit tersebut. “Spanduk palu arit itu ada dimana-mana tetapi tidak ada yang melawannya,” ungkap Ketum PB Al Washliyah.
Seminar Internasional satu hari itu juga menghadirkan pembicara dari Thailand yaitu Rektor Fatoni Univercity Prof. Ismail Lutfi Japakiya. Sebelumnya turut menyampaikan materi mantan PM Malaysia Tun Dr. Mahathir Mohammad.
(mrl)