BerandaMajelisDakwahSafari Ramadhan PB Al Washliyah 1437 H: Lain Padang Lain Belalang

Safari Ramadhan PB Al Washliyah 1437 H: Lain Padang Lain Belalang

BAGIAN PERTAMA

Safari Ramadhan Nasional PB Al Washliyah putaran ketiga berlangsung di propinsi Sumatera Barat pada 24 – 26 Juni 2016.

Acara cukup seru, makan waktu lama diperjalanan karena jaraknya jauh dari satu tempat ke tempat lain, ditempuh dengan jalan darat. Ketua Al Washliyah Sumatera Barat Nurkhalis dalam kegiatannya selalu bersama-sama-sama dan didukung oleh organisasi bagian, khususnya dalam kegiatan Safari ini.

Masyarakat di dua tempat tabligh akbar berlangsung pada umumnya tidak pernah tahu tentang Al Washliyah, tapi mereka terbuka untuk menerima kehadiran Al Washliyah.

Berbeda suasana dengan kunjungan sebelumnya diadakan di tempat yang berdekatan dan Al Washliyah sudah lama dikenal, seperti kata pepatah, “lain lubuk lain ikannya, lain padang lain belalangnya”.

Begitulah suasana yang dirasakan ketika melakukan Safari Ramadhan ke Sumatera Barat, setelah mengunjungi Propinsi Banten dan Propinsi Sumatera Utara.

Hari pertama, tiba di airport Minangkabau sudah lewat waktu Maghrib, H. Abdul Mun’im, SH, MH, wakil dari PB Al Washliyah yang bertugas ke tempat ini harus berbuka puasa di pesawat, sekedar minum dan makan kue kecil.

Karena ingin mengejar waktu, setibanya di airport, wakil dari dari pengurus besar ini langsung dibawa menuju Masjid Al Ihsan Desa Buayan. Kec. Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman. Jarak tempuh sekitar 30 km dari airport. Dijemput oleh Nurkhalis Ketua Pengurus Wilayah Al Washliyah Sumbar yang cukup aktif menggerakkan organisasi dan didampingi kawan-kawannya dari organisasi Pemuda Al Washliyah yang sudah menunggu sejak jam 17.00 di Airport.

Terlihat Ust Nurkhalis kompak dengan pengurus organisasi bagian Al Wasliyah, sehingga dalam kegiatannya sehari-hari selalu bersama dengan mahasiswa dan pemuda lainnya.

Setibanya di Masjid Al Ihsan Desa Buayan, mulai berkumandang suara azan Shalat Isya, jamaah mempersilakan H. Abdul Mun’im langsung memimpin shalat Isya dan lanjut ceramah Ramadhan, beliau belum sempat makan nasi.

Acara Tabligh akbar ini dihadiri oleh Wali Nagari (Kepala Desa) Buayan Bapak Deni Setiawan Lubis, para ustadz, tokoh masyarakat setempat, kaum ibu, anak-anak dan jamaah masjid.

Setelah ceramah usai diadakan kuis berhadiah mengulangi isi ceramah, lalu diadakan silaturrahim yang akrab dengan pengunjung. Anak-anak berkerumun melingkari penceramah meminta tandatangan dibukunya sebagai bentuk pertanggung jawaban pada guru.

Anak-anak Minta Ttd
Foto: H. Abdul Mun’im langsung diserbu para anak-anak yang meminta tanda tangan di buku agenda ramadhan mereka usai memberikan ceramah.

Setelah bubar, Ustadz Nurkhalis membawa ombongan kembali pulang ke Padang pada pukul 23.00, dengan jarak tempuh sekitar 30 km dari Buayan. Pada pukul 23.30 rombongan singgah di sebuah warung yang masih buka di Kota Padang untuk makan malam buka puasa, di warung tersebut hanya ada sate.

Saat itu datang beberapa orang pemuda Al Washliyah bergabung untuk makan bersama. Makan malam baru selesai pukul 01.30, namun dengan didorong oleh semangat jihad sudah cukup merasa kenyang.

Semula panitia menyediakan hotel utk istirahat, tapi tamunya ingin di rumah saja agar lebih kekeluargaan, jadi malam itu Ketua PW Al Washliyah Sumbar Nurkhalis mengajak Pengurus Besar untuk menginap di rumahnya.

Pada Acara Silaturrahim dengan komunitas masyarakat Buayan, telah terjalin hubungan persaudaraan yang erat dan hangat, setelah PB Al Washliyah mengenalkan diri tentang pribadi dan organisasi Al Washliyah secara singkat, lalu memberi ceramah agama yang santun, mengandung nilai semangat untuk menggunakan waktu muda agar kelak dapat menikmatinya di masa tua.

Sifat orang Buayan terbuka dan senang dikunjungi tamu. Desa ini tergolong antik, dihuni penduduk yang umumnya pendatang lama komunitas orang mandailing. Wali nagari (lurahnya) dan ninik mamak yang bermarga.

Desa ini dinamakan Buayan konon kabarnya dahulu ada pohon kayu besar (pohon Beringin) akarnya dijadikan untuk ayunan dipakai oleh para musafir terutama orang-orang berasal dari Komunitas Tapanuli Selatan yang lagi berdagang. Komunitas Tapsel ini akhirnya diizinkan untuk tinggal dan menetap di daerah itu turun temurun.

Karena komunitas Tapsel yang bermarga itu tinggal turun temurun maka marga di sini sudah berubah menjadi suku.
Tak jauh dari tempat itu di Nagari Sungai Buluh, ada komunitas dari Nias yang umumnya beragama Kristen. terdapat dua gereja yaitu gereja Protestan dan gereja Katolik.

Kunjungan Safari Ramadhan 2016 ini jadi bersejarah karena baru pertama Al Washliyah berkunjung dan mengenalkan diri di Desa ini. Umumnya mereka tidak pernah kenal dengan Al Washliyah.

Bersambung…

Oleh Abdul Mun’im Ketua Majelis Dakwah dan Komunikasi (MDK) PB Al Washliyah.

About Author

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments

KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
M. Najib Wafirur Rizqi pada Kemenag Terbitkan Al-Quran Braille