AHLAN Wasahlan ya Ramadhan, kami rindu setelah setahun berpisah denganmu. Kini Engkau datang lagi, kami sambut dengan hati gembira. Salah satu kegiatan besar umat Islam termasuk organisasi Al Jam’iyatul Washliyah di bulan Ramadhan adalah Dakwah.
Bulan Ramadhan dikenal juga sebagai bulan tarbiah, bulan pendidikan, bulan dakwah, dimana umat Islam disuguhkan dengan berbagai pengajaran Islam melalui mimbar tabligh.
Diawali dari suatu keyakinan akan firman Allah yang berbunyi “jaal haqqu wazahaqal bathil, innal bathila kana zahuqa.” artinya; Apabila datang yang hak maka hancurlah kebathilan, karena sesungguhnya kebathilan itu pasti lenyap. Baca QS. Al Israk 81.
DI SAAT DAKWAH DIHIDUPKAN
Allah telah membuat salah satu sistem dalam kehidupan ini bahwa jika kebenaran itu datang, maka kebenaran itu dapat menyingkirkan kebathillan.
Kedudukan kebenaran itu jauh lebih kuat daripada kebathilan. Melakukan suatu kebenaran melalui kegiatan Dakwah adalah suatu perbuatan yang mulia dan menyenangkan.
Berdakwah suatu perbuatan yang sesuai dengan perintah Allah dan sejalan dengan hati nurani manusia yang beradab, seperti; mengajarkan percaya kepada Allah, taat atas perintah Allah, menjauhi laranganNya, bertindak adil dan jujur, penyayang, sopan santun, dsb.
Saat kebenaran itu ditegakkan, diantaranya melaui dakwah yang semarak, kebathilan itu insyaallah akan tersingkir. Orang akan berlomba-lomba tampil untuk mencari kebaikan dan berusaha sekuatnya untuk menjauhi kemungkaran.
Menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan tidak mesti memperbesar penjara dan menambah jumlah polisi, jaksa dan hakim. Menegakkan kebenaran dan menghancurkan yang bathil bisa juga dilakukan dengan cara menghidupkan dakwah dimana-mana.
Orang-Orang yang berbuat baik tidak akan malu melakukan kebaikan di depan orang yang berbuat kebathilan. Bahkan kedudukan dan derjat orang berbuat baik di tengah-tengah masyarakat sangat tinggi dan mulia.
Orang melakukan kebaikan merasa suatu keharusan dan menjadi kewajiban untuk memberi pendidikan dan keteladanan di depan orang yang melakukan kebathilan, serta meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Sebaliknya orang yang berbuat kebatilan akan merasa malu melakukan perbuatan buruknya di depan orang yang baik-baik, jika dipaksakan dilakukan tidak akan bertahan lama dan ia melawan hati nuraninya.
Orang-orang yang melakukan kebathilan akan meruntuhkan kehormatannya sendiri. Kebaikan dan kehormatan yang dibangun dan dijaga selama ini bisa hancur seketika.
Allah dengan segala kekuasaannya telah menciptakan sifat dasar manusia adalah senang akan kebaikan dan setiap kebaikan itu dimuliakan dan dijunjung tinggi.
Jika kebenaran ditegakkan penuh dengan keberanian, maka hasilnya sekurang-kurangnya ada dua yaitu; terlaksananya kebenaran itu sendiri dan tersingkirnya kebathilan.
Menyingkirkan kebathilan tidak mesti dengan kekerasan, tapi dapat juga dilakukan dengan cara banyak melakukan kebenaran dan kebaikan dengan sungguh-sungguh.
Menegakkan kebenaran dengan cara berdakwah perlu dilakukan dengan semangat jihad fi sabilillah. Jihad dengan harta dan fisik milik sendiri. Dakwah dilakukan dengan semangat, berwibawa, sabar, penuh dengan keyakinan dan keberanian.
Kebathilan itu suatu perbuatan yang tercela, sifatnya sementara tidak abadi. Kebatilan adalah perbuatan yang dilarang Allah dan tidak sesuai dengan hati nurani manusia yang beradab, seperti mengingkari perintah Allah, berani berbohong, korupsi, berzinah, memanipulasi, membalikkan kebenaran dengan mengakal-akali, membunuh, menghina, dsb.
DI SAAT DAKWAH SUDAH REDUP
Kebathilan akan bangkit dan meraja lela pada saat Dakwah meredup dan kebenaran dijauhi dan diingkari.
Jika dakwah tidak hidup, sifat orang dapat bergeser. Orang yang tadinya punya sifat baik, jadi ragu untuk berpihak kepada kebenaran meski dalam hatinya mengakui kebenaran itu.
Kegiatan Dakwah itu jadi kurang diminati disaat manusia menonjolkan nafsu duniawiahnya semata. Yang dominan diminati menjadi kegiatan yg menghasilkan uang dan kekuasaan semata.
Pada saat dakwah meredup, kebatilan akan tampil merajalela, orang jadi berani melawan hati nuraninya, membutakan hatinya, timbul rasa hawatir, jika ia berpihak kepada yang benar nanti dia tidak kebagian kue dunia diantaranya uang, kedudukan, pengaruh dan pertemanan.
Lemahnya suatu kebenaran jika manusia telah menonjolkan rasa cinta kepada kesenangan dunia, semakin besar dan takut akan kematian. Jika dakwah redup, yang batil bisa tampil jadi yang berkuasa dan yang benar bisa jadi tak berdaya.
Disaat dakwah redup, kebenaran menjadi kurang diminati walau diakui, karena yang dikejar dalam kehidupan sudah bergeser. Ia melawan hati nuraninya.
Dakwah itu semakin lemah jika diantara yang tampil berdakwah juga mau ikut melakukan kebathilan. Bermain-main dibalik firman Allah untuk melindungi dirinya dari kesalahan.
Orang yang cinta dunia menjauh dari orang yang jujur dan menegakkan kebenaran, karena khawatir jika ia mendekat nanti tidak kebagian rezeki dunia. Orang seperti itu akan merapat kepada orang yang diyakininya bisa membagi uang, pengaruh dan kekuasaan kepadanya.
Walau bernaung di satu organisasi dakwah, jika orientasi pengurus dan anggotanya sudah berbeda-beda, maka dalam organisasi itu akan terbentuk kelompok-kelompok kepentingan. Tidak bersatu dan malah merasa bersaing sesamanya.
Menghidupkan dakwah dimulai dari dalam rumah sendiri. Jika di rumah dakwah gencar dilakukan, akan tercipta tradisi orang soleh. jika tidak ada dakwah, maka rumah itu menjadi tidak jelas kemana arahnya, mau kemana pergi dan apa yang dicari.
Mari kita hidupkan dakwah agar yang hak akan muncul dan yang bathil akan menyingkir.
Dalam kesempatan ini Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah mengucapkan selamat berpuasa dan menghidupkan Dakwah dibulan Ramadhan.
Salam
Abdul Mun’im
Ketua Majelis Dakwah dan Komunikasi (MDK)
PB Al Washliyah.