JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Al Jam`iyatul Washliyah (PB Al Washliyah), Dr.H.Yusnar Yusuf menerima kunjungan silaturahmi panitia dan pengurus Ikatan Guru dan Dosen Al Washliyah (IGDA) dan Angkatan Putri Al Washliyah (APA) di kantor PB Al Washliyah, Jalan Jenderal Ahmad Yani No 41 Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat, Kamis (28/4/2016) sore.
Kedatangan pengurus organisasi bagian ini berkaitan rencana penyelanggaraan muktamar bersama IGDA-APA di Wisma DPR, Ciloto, Puncak, Jawa Barat, pada 20-22 Mei 2016 mendatang.
Dariansyah, pengurus IGDA, melaporkan sejauhmana persiapan dua organisasi bagian itu. Mereka mohon arahan dan kesediaan Ketua umum PB Al Washliyah untuk membuka muktamar itu nanti, sekaligus dukungan dana demi suksesnya kegiatan organisasi kemasyarakatan Islam tersebut.
Turut mendampingi Ketua umum PB Al Washliyah, antara lain Drs.H.Aris Banadji (Ketua), H.Rivai Harahap M.Pd (Sekretaris) dan H.Syamsir (Sekretaris).
Yusnar Yusuf menyambut baik rencana penyelenggaraan muktamar bersama IGDA dan APA pada pertengahan Mei 2016. Dengan demikian, menurut dia, dari 7 Organ Bagian di jajaran Pengurus Besar Al Washliyah, hanya tinggal dua lagi yang belum melaksanakan muktamar, yakni Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Al Washliyah (GPA) dan Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Al Washliyah (Isarah).
Muktamar bersama yang dilakukan oleh IGDA dan APA, menurut Yusnar, sangat baik untuk efesiensi waktu dan dana.
Yusnar, yang juga qori dan juri internasional itu, mengharapkan muktamar dapat terlaksana sesuai rencana. Peserta muktamar tidak hanya fokus kepada siapa calon ketua, akan tetapi hendaknya peserta dapat membahas dan mempertajam program-program kerja yang dapat menyentuh kebutuhan umat Islam di perkotaan dan di pedesaan.
Mengenai dana muktamar, menurut Yusnar, PB Al Washliyah akan membantu sesuai dengan kemampuan dan kondisi keuangan organisasi yang ada sekarang ini. Akan tetapi, pihak panitia juga diminta harus berusaha dan berdoa untuk mendapatkan dana muktamar.
Orang nomor satu di jajaran Al Washliyah ini mengingatkan bahwa tidak selamanya makna transparan itu baik, terkadang ada yang disalahartikan orang lain. Karena itu, Yusnar berpendapat besarnya nilai dana muktamar tidak perlu diberitahukan kepada publik secara terbuka. Cukuplah hanya beberapa orang pengurus saja yang tahu.
Jika terbuka (transparan), kata Yusnar, nanti akan muncul tuduhan yang bukan-bukan. “Lebih baik sebetulnya orang tidak tahu berapa biaya muktamar, cukup beberapa orang saja yang tahu,” ucap Yusnar.
“Kita bermaksud transparan, tapi ada orang yang bilang macam-macam pula,” kata Yusnar dengan logat Sumatera-nya.
Namun demikian, kata Yusnar, muktamar itu wajib, mencari duit itu pun wajib dan membantunya juga wajib,” jelas Yusnar.
(esbeem)