MEDAN – Fenomena Lesbian, Gay, Bisexual dan Tansgender atau dikenal dengan LGBT, kini semakin hangat diperbincangkan oleh masyarakat di Tanah Air. Mulai dari pemuka agama, pejabat, dan akademisi hingga ke kalangan artis ikut berkomentar mengenai fenomena ini.
Berita LGBT mulai muncul di media berawal dari pengesahan legalitas pernikahan sejenis di Negara bagian Amerika Serikat. Kemudian ada pula pernikahan sejenis yang terjadi di Bali pada 2015 yang lalu. Dan yang paling hangat saat ini adalah berita pernikahan sejenis yang terjadi di Boyolali. Hal ini pun menjadi pembicaraan hangat masyarakat.
Komunitas LGBT pun mulai timbul ke permukaan media mau pun masyarakat. Mereka menyuarakan advokasi bagi para anggota LGBT di Indonesia yang dikucilkan bahkan ada yang diusir dari daerah tempat tinggalnya.
Melalui kuasa hukumnya, Forum LGBTIQ Indonesia meminta Presiden Joko Widodo menindak tegas Menteri dan pejabat-pejabat pemerintahan yang dianggap bersikap diskriminatif dengan membuat pernyataan yang mengucilkan komunitas LGBT. Mereka juga beranggapan bahwa penolakan LGBT di Indonesia adalah melanggar konstitusi negara dan tidak sesuai dengan UUD 1945 tentang kesamaan hak setiap warga Negara.
Pengurus Ikatan Pelajar Al Washliyah (IPA) Kota Medan, Sumatera Utara, berpendapat bahwa pernyataan komunitas LGBT yang mengatas namakan HAM perlu dikaji ulang. Jika hak kebebasan di artikan secara liberal seperti ini, maka tidak mustahil nantinya semua orang punya hak untuk keluar rumah tanpa mengenakan sehelai pakaian. Namun apakah ini dinamakan HAM juga? tentu ini harus dikaji ulang.
Virus LGBT sudah meluas di masyarakat bahkan menjadi tontonan di televisi. Mulai dari acara sinetron, talkshow, komedi dan serial kartun pun tidak luput dari virus LGBT. Karena saat ini karakter banci atau waria menjadi idola di masyarakat.
“Komunitas LGBT di Indonesia hanyalah minoritas saja, namun kita harus mewaspadai popularitas mereka saat ini. Karena jika popularitas naik, maka bisa jadi mereka yang awalnya minoritas bisa menjadi mayoritas di kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya.” kata Banu Wira Baskara, Korbid Dakwah PD IPA Kota Medan
Umat Nabi Luth harus menjadi pelajaran bagi umat Islam. Ketika bangsa Homo menjadi pencinta sesama lelaki, maka posisi Nabi Luth yang menolak hal itu menjadi dikucilkan oleh masyarakat mayoritas. Dan pada akhirnya Nabi Luth pun harus mengungsi dari negeri itu agar tidak terkena bencana yang teramat dahsyat.
Banu juga menambahkan kepada kabarwashliyah.com bahwa PD IPA Kota Medan siap untuk mendakwahkan bahaya virus LGBT kepada masyarakat dan khususnya kepada pelajar. Selain karena itu adalah dosa yang teramat keji, LGBT juga dapat merusak nama baik Negara Republik Indonesia yang selama ini dikenal sebagai Negara yang menjunjung tinggi sopan santun dan adat istiadat.
(rilis/esbeem)