Pertanyaan: Assalamu’alaikum Pak Kiai..Akhir-akhir ini kita disuguhkan problematika tentang aliran sesat seperti Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR),dll dan kelompok Agama radikalisme ekstrem. Kenapa begitu mudah menjamur di Indonesia. Khususnya idiologi keagamaan radikalisme ekstrem ini sangat susah di bendung karena mereka mayoritas orang-orang yang berpendidikan Agama dan para tokohnya banyak tamatan Timur Tengah.
Kenapa pendidikan agama yang mereka pelajari menyebabkan mereka berperilaku radikalisme ekstrem seperti munculnya kelompok terorisme, ISIS, Salafi Tasyaddud (keras), ormas-ormas Islam keras, dll? Atas Jawaban Pak Kiai, saya ucapkan terimakasih banyak. Wassalamu’alaikum dari Faishol Haidar Ja’far – Solo Jawa Tengah
Jawaban:
Penyimpangan Kelompok Sesat
Kelompok sesat dan menyesatkan di kalangan umat Islam sudah tidak asing. Ada kelompok atau secara individu mereka mengatasnamakan Islam, tapi mengakui adanya nabi akhir zaman selain dari Rasulullah Saw atau mereka secara peribadi yang mengaku sebagai Nabi atau Rasul. Mengingkari atau menolak Rukun Islam dan Rukun Iman, ini jelas-jelas sudah keluar dari Agama Islam (Murtad). Orang yang murtad lebih buruk dan lebih keji dari orang-orang Majusi. Seluruh amal kebaikan selama hidupnya sia-sia di sisi Allah Swt dan kelak kekal didalam neraka-Nya Allah Swt. Allah Swt berfirman,
الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَن سَبِيلِ اللهِ أَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ {محمد [٤٧] : ١}
“Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menyesatkan perbuatan-perbuatan mereka.” (QS. Muhammad [47] : 1). Maksud dari “Allah menyesatkan perbuatan-perbuatan mereka” adalah seluh amal kebajikannya di dunia sia-sia di sisi Allah Swt
وَقَدِمْنَآ إِلَى مَاعَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَآءً مَّنثُورًا {الفرقان [٢٥] : ٢٣}
“Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (QS. Alfurqan [25] : 23). Yang dimaksud dengan amal mereka disini ialah amal-amal mereka yang baik-baik yang mereka kerjakan di dunia Amal-amal itu tak dibalasi oleh Allah karena mereka tidak beriman.
Ada juga kelompok sesat, yang tidak menyebabkan dia sampai murtad, namun dapat merusak Akidah dan keimanannya sebagai seorang Muslim dan ini dapat menyebabkan amal kebajikannya selama di dunia dapat terkikis habis, dan Allah Swt menimpakan azab kepada golongan ini langsung di dunia dan kelak di akhirat adalah tergolong orang yang paling menyesal dan merugi. Yaitu mereka menggunakan simbol-simbol atau istilah-istilah keagamaan dalam menjalankan kesesatannya, seperti seorang Dukun ahli pengobatan mengaku Kiyai. Surialisme, kejawen, Meditasi, Seperitual Yoga, dll mengaku orang Sufi yang ber-Tasawuf ala Islami. Mengatasnamakan Zikir Thoriqah Sufi atau Istigotsah Islami tetapi dengan cara-cara mencari persugihan, kesaktian. Ruwat, dengan alasan melestarikan tradisi nenek moyang dengan mandi kembang, mandi tengah malam di sungai yang mengalir atau di dalam Gua-gua keramat, di tengah hutan. Memandikan Keris atau benda-benda keramat, dll.
Timbulnya pemahaman sesat dan menyesatkan disebabkan beberapa faktor diantaranya:
1.Lemahnya pendidikan Agama dan lemahnya pemahaman mereka terhadap kaidah-kaidah dasar ajaran Syari’at Islam.
2.Tidak pernah belajar atau bertanya tentang Syari’at Islam kepada guru yang memiliki pradikat sebagai Ulama Islam yang shalih. Kecenderungan lebih suka mengikuti ajaran orang-orang yang Fasiq (الفاسقون) atau orang-orang Munafiq (المنافقون).
3.Karena sebab kesusahan dan kemiskinan sehingga mencari jalan instan agar cepat menjadi orang kaya atau orang yang sakti yang akhirnya melakukan perkara-perkara supranatural seperti bersemedi mencari ilmu perdukunan yang bersekutu dengan hal-hal kemusyrikan menggunakan kekuatan alam Jin dan Syetan sebagai medianya. Mereka siap dengan membayar “Tumbal” apapun asal cita-cita dan tujuan mereka tercapai.
4.Terjebak dalam sifat kemunafikan (orang Munafiq; المنافقون) yang didasari dan diawali karena merendahkan ajaran Syari’at Islam, angkuh, congkak, sombong, arogan, tidak mau menerima nasehat dari para ulama-ulama shaleh. Tidak tahan dengan cobaan dunia karena kaya (matrialistis), miskin atau susah sehingga menjauh dari ajaran syari’at Allah Swt dan tidak memiliki sifat sabar, jihad (kesungguhan), etika akhlaq (moral), tidak memiliki rasa kasih sayang (empati) terhadap sesama maupun orang lain, dan mudah berputus asa, rendah diri (hilangnya rasa percaya diri), duka cita mendalam yang berlarut-larut sehingga menyalahkan Agama sebagai Syari’at dan menyalahkan Tuhan Allah sebagai sang Maha pencipta.
Di bawah ini dijabarkan dalil-dalil dari faktor-faktor di atas timbulnya pemahaman sesat dan menyesatkan sebagai berikut:
Kaidah dasar Agama dikenal juga dengan sebutan sumber-sumber hukum Islam yaitu: Alqur’an (القران), Alhadits (Sunnah: الحديث أو السنة), Ijma’ Ummah/para ulama (إجماع الأمة), Qiyas (القياس), bersandar kepada hukum asal Syari’ah jika tidak ada bukti-bukti yang dapat dijadikan pegangan (البقا على حكم الأصل عند عدم هذه الأدلة), Keputusan Fatwa-fatwa para ulama secara umum (فتيا العالم في حق العامة). Kaidah dasar ini dapat di lihat pada halaman: 5-6 Kitab Alluma’ Fi Ushul Alfiqh oleh Imam Abi Ishaq Ibrahim bin Ali bin Yusuf As-Syairazi Alfairuz Abadi As-Syafi’I beliau wafat pata tahun 476H.
Jika lemahnya pemahaman terhadap kaidah-kaidah dasar di atas dan Tidak pernah belajar atau bertanya tentang agama Islam kepada guru yang memiliki pradikat sebagai Ulama Islam yang shalih. Kecenderungan lebih suka mengikuti ajaran orang-orang yang Fasiq (الفاسقون) atau orang-orang Munafiq (المنافقون). Maka akan terjebak dengan kesalahan, penyimpangan bahkan sesat dan menyesatkan, maka langkah-langkah Syetanlah yang menjadi guru dan anutannya.
Allah Swt mewajibkan kepada hambanya umat manusia khususnya kepada umat Islam untuk taat, patuh dan mengikuti Allah Swt, Rasulullah Saw, dan para ulama shaleh agar tidak jatuh ke dalam lembah sesat dan menyesatkan. Sebagaimana Allah Swt berfirman di dalam Alqur’an sebagai berikut:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَ أُوْلِى اْلأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ ذَلِكَ خَيْرُُ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً {النسآء [٤] : ٥٩}
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri (para ulama) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. Annisa’ [4] : 59)
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلاَتَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلاَتُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا . وَقُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ فَمَن شَآءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَآءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّآ أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِن يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَآءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَآءَتْ مُرْتَفَقًا {الكهف [١٨] : ٢٨-٢٩}
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya (para ulama-ulama shaleh); dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. 29. Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (QS. Alkahfi [18] : 28-29)
يَوْمَ نَدْعُوا كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُوْلَئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلاَيُظْلَمُونَ فَتِيلاً {الإسراء [١٧] : ٧١}
“(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun”. (Alisra’ [17] : 71)
وَإِذَا جَآءَهُمْ أَمْرُُ مِّنَ اْلأَمْنِ أَوْ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِى اْلأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاَتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً {النسآء [٤] : ٨٣}
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri (Para ulama) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan para ulama [Ulil Amri]). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)” (QS. Annisa’ [4] : 83)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ {الحجرات [٤٩] : ٦}
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (Alhujarat [49]: 6)
وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَاتَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَاتَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَآءَتْ مَصِيرًا {النساء [٤] : ١١٥}
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. Annisa’ [4] : 115)
إن العلماء ورثة الأنبياء . وإن الأنبياء لم يرثوا دينارا ولا درهما وإنما ورثوا العلم . (سنن أبي داود و الترمذي ، ص : ٥٧ ، ، الإجتهاد في الإسلام للدكتورة نادية شريف العمري)
“Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya para Nabi itu, mereka tidaklah mewariskan Dinar dan Dirham (uang dan harta). Mereka para ulama hanya mewariskan ilmu”. (HR. Abu Dawud dan Imam Turmudzi)
وقال الشاطبي : إنه (العلماء) قائم في الأمة مقام النبي صلى الله عليه وسلم للجملة أمور منها: الوراثة في العلم الشريعة بوجه عام ومنها إبلغها للناس و تعليمها للجاهل بها والإنذار بها كذلك منها بذل الوسع في إستنباط الأحكام في مواطن الإستنباط المعروفة . (- ص : ٥٧ ، الإجتهاد في الإسلام للدكتورة نادية شريف العمري ، الطبعة : ٣/ ١٤٠٥ي – ١٩٨٥م ، مؤسسة الرسالة بيروت لبنان .)
“Berkata Imam Syathibi: Para ulama itu kedudukannya di tengah-tengah umat (adalah pemimpin) seperi Nabi Muhammad Saw yang mengatur segala urusan umat diantaranya mewariskan ilmu syari’at secara umum, menyampaikannya kepada manusia, mengajari orang-orang yang belum tau tentang syari’at dan ancaman bagi yang melanggarnya, begitu juga para ulama (pemimpin umat) itu berusaha dengan kesungguhan terus menerus untuk melahirkan Istinbath (kesimpulan) hukum dari sumber hukum Islam yang sudah dikenal”.
وَلاَتَقْفُ مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلاَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً {الإسراء [١٧] : ٣٦}
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Alisra’ [17] : 36)
….. فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَتَعْلَمُونَ {النحل [١٦] : ٤٣}
“…. maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (para ulama) jika kamu tidak mengetahui” (QS. Annahal [16] : 43)
Faktor berikutnya sebab jatuhnya seseorang dapat menjadi sesat dan menyesatkan yaitu karena sebab kesusahan dan kemiskinan sehingga mencari jalan instan agar cepat menjadi orang kaya atau orang yang sakti yang akhirnya melakukan perkara-perkara supranatural seperti bersemedi mencari ilmu perdukunan yang bersekutu dengan hal-hal kemusyrikan menggunakan kekuatan alam Jin dan Syetan sebagai medianya. Allah Swt berfirman di dalam Alqur’an. Sebagaimana Allah Swt berfirman:
وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ {٣٦} وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ {٣٧} حَتَّى إِذَا جَآءَنَا قَالَ يَالَيْتَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِينُ {٣٨} وَلَن يَنفَعَكُمُ الْيَوْمَ إِذ ظَّلَمْتُمْ أَنَّكُمْ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ {الزخروف [٤٣] : ٣٦-٣٩}
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada kami (di hari kiamat) dia berkata: “Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara masyrik dan maghrib, maka syaitan itu adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia)” (Harapanmu itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu di hari itu karena kamu telah menganiaya (dirimu sendiri). Sesungguhnya kamu bersekutu dalam azab itu” (QS. Az-Zukhruf [43] : 36-39)
Faktor lain sebab jatuhnya seseorang dapat menjadi sesat dan menyesatkan yaitu terjebak dalam sifat kemunafikan (orang Munafiq; المنافقون) yang didasari dan diawali karena merendahkan ajaran Syari’at Islam, angkuh, congkak, sombong, arogan, tidak mau menerima nasehat dari para ulama-ulama shaleh. Tidak tahan dengan cobaan dunia karena kaya (matrialistis), miskin atau susah sehingga menjauh dari ajaran syari’at Allah Swt dan tidak memiliki sifat sabar, jihad, etika akhlaq (moral), tidak memiliki rasa kasih sayang (empati) terhadap sesama, dan mudah berputus asa, rendah diri (hilangnya rasa percaya diri), duka cita mendalam yang berlarut-larut sehingga menyalahkan Agama sebagai Syari’at dan menyalahkan Tuhan Allah sang Maha pencipta. Maka sifat-sifat inilah yang menyebabkan seseorang jatuh kelembah kesesatan dan tergolong menjadi orang-orang yang “Munafik”. Allah Swt berfirman:
إِذَا جَآءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللهِ وَاللهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ {١} اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَن سَبِيلِ اللهِ إِنَّهُمْ سَآءَ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ {٢} ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ ءَامَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لاَيَفْقَهُونَ {٣} وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِن يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ {٤} وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُولُ اللهِ لَوَّوْا رُءُوسَهُمْ وَرَأَيْتَهُمْ يَصُدُّونَ وَهُم مُّسْتَكْبِرُونَ {٥} سَوَآءٌ عَلَيْهِمْ أَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَن يَغْفِرَ اللهُ لَهُمْ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ {٦} {المنافقون [٦٣] : ١-٦}
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik” (QS. Almunafiqun [63] : 1-6)
PENYIMPANGAN KELOMPOK AGAMA RADIKALISME EKSTRIM
Kelompok ini sudah ada sejak pada masa Rasulullah Saw dan munculnya secara besar-beasaran terjadi pada masa Khulafaurrasyidin (Abubakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhum Ajma’in). Kelompok ini bukan menyimpang dari segi akidah namum menyimpang dari pemikiran Islam yang sesungguhnya yaitu yang tidak memiliki sifat pemahaman syari’at yang baik dan benar atau tidak berperilaku dan berakhlaq yang Shahih (الصحيح ؛ صواب ؛ مضبوط ; right, correct, proper, just, accurate), tidak berperilaku dan berakhlaq yang shaleh (الصالح ؛ جيد ؛ صحيح ; good, right, valid) dan tidak berperilaku dan berakhlaq yang bersifat Ar-Rahmah atau Ar-Rahim yaitu Rahmatul Ummah (رحمة الأمة ؛ رحمة ؛ رأفة ; mercy, pity; sympathy).
Hikmah dari berperilaku dan berakhlaq yang bersifat Arrahmah atau Ar-Rahim yang harus dimiliki setiap orang Islam adalah, sebagaimana terdapat didalam Hadis Shahih, Rasulullah Saw bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لن تؤمن حتى تراحموا ، قالوا : كلنا رحيم ؟ قال : إنه ليس برحمة أحدكم صاحبه ، و لكنها رحمة الأمة ، أي رحمة جميع خلق الله تعالى . رواه الطبراني- رواة الصحيح عن إبن عباس .
“Rasulullah Saw bersabda: Selamanya kamu belum dikatakan beriman sampai kamu memiliki sifat kasih sayang. Sahabat berkata: sesama kamikah sifat kasih sayang itu? Rasulullah Saw bersabda: Sifat kasih sayang itu bukan hanya sesama sahabatnya saja, namun kasih sayang itu adalah kasih sayang untuk seluruh umat yaitu kepada seluruh makhluk ciptaan Allah Swt ” (HR. At-Thabrani – Hadis Shahih bersumber dari Ibnu Abbas)
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الراحمون يرحم الرحمن ، ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء . رواه أبو داود و الترمذى بإسناد حسن صحيح عن عبد الله بن عمرو بن عاص .
“Rasulullah Saw bersabda: Orang-orang yang memiliki kasih sayang, mereka akan mendapat kasih sayang dari Allah Swt yang Maha memiliki kasih sayang, maka kasih sayangilah siapapun yang ada dimuka bumi ini, maka mereka akan mendapat kasih sayang dari seluruh makhluk yang ada di langit” (HR. Abu Dawud dan At-Turmudzi- dengan Sanad Hasan Shahih bersumber dari Abdullah bin Amru bin ‘Ash)
Ciri-ciri kelompok Radikalisme Islam ekstrem (Pemikiran Tasyaddud atau Paham Takfiri) adalah diantaranya sebagai berikut :
a.Anti Madzhab Fikih Islam. Mereka mengatakan tidak perlu pakai-pakai Madzhab cukup Alqur’an dan Assunnah (Al Hadits) saja, namun kenyataannya mereka justru “Taqlid Buta” kepada tokoh-tokoh mereka dan rujukan bacaan kitab-kitab mereka adalah para ulama yang berkiblat kepada Madzhab Islam yang Mu’tabarah.
b.Anti Madzhab Aqidah Islam (Theologi Islam). Mereka banyak mengkeritik secara batil terhadap Madzhab Aqidah ‘Asya’irah (Abu Hasan Al’Asy’Ari), Maturidiah (Abu Masur Almaturidi) terlebih terhadap Teologi (Akidah) Mu’tazilah, dll.
c.Anti terhadap kebebasan pemikiran (ضد الحرية الفكر) yang meliputi: politik (السياسة), budaya (الثقافة), agama (الدين), pemikiran (الفكر), Filsafat (الفلسفة), Sastra dan Seni (الآداب و الفن), dll
d. Mereka memiliki pemahaman yang Tasyaddud (keras) dan fanatisme. Mereka lebih cenderung tertutup dari segi keyakinan, pemahaman, kaku tidak mau menerima pendapat orang yang berbeda dengan pemahaman mereka. Mereka mengatakan secara terbuka : “Siapa saja yang pernah menyalahkan pemahaman para ulama-ulama yang dijadikan rujukan oleh kelompok kita (salafi), maka para pengikut (salafi) tidak boleh mengikuti mereka dan tidak boleh mengambil pendapat mereka meskipun mereka itu dianggap sebagai orang-orang shaleh atau ulama”. Tercelanya sifat fanatisme, karena dikatagorikan oleh Rasulullah Saw bukan golongan umat Islam. sebagaimana ditegaskan oleh Beliau dalam sabdanya:
عن جبير إبن مطعم قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : “ليس منا من دعا إلى عصبية و ليس منا من قتل على عصبية وليس منا من مات على عصبية” . رواه أبو داود – حديث حسن (ص: ١٥٠٨/ج : ٢/ الفقه الإسلامي وأدلته)
“Rasulullah Saw bersabda: Bukan golongan umatku siapa saja yang mengajak kepada kefanatikan (‘Ashabiyah), dan bukan golongan umatku siapa saja yang membunuh karena kefanatikan, dan bukan golongan umatku jika mereka mati dalam kefanatikan”. (HR. Abu Dawud-Hadis Hasan)
e.Mereka terlalu mudah mengeluarkan fatwa untuk mengkafirkan dan menghalalkan darah sesama Muslim, jika tidak sepaham dengan kelompoknya.
f.Bertindak atau melakukan tindakan-tindakan kriminal (membunuh atau bertindak teroris kepada orang lain yang tidak sepaham dengan idiologinya). Allah Swt berfirman :
… مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي اْلأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا …(المائدة [٥] : ٣٢)
“barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.. (QS. Almaidah [5] : 32)
g.Mereka sering mencaci dan menyalahkan pemahaman Khawarij yang menyimpang di dalam majelis-majelis Ta’lim mereka, untuk mengkelabui agar orang-orang menilai mereka bukan termasuk kelompok “Al Khawarij”. Hadis-Hadis Rasulullah Saw tentang: “Khawarij adalah anjingnya penduduk Neraka” atau Hadis-Hadis ancaman Rasulullah terhadap orang yang keras (Tasyaddud) bahwa merekalah yang keluar dari hakikat agama yang sesungguhnya (يمرقون من الدين كما يمرق السهم من الرمية). Hadis-Hadis ini malah mereka ambil untuk menyerang kelompok-kelompok yang berbeda dengan mereka (tak ubahnya seperti ungkapan kata: “Maling Teriak Maling”).
Padahal jika kita melihat perilaku, cara, sikap dan tindak tanduk mereka dalam memahami, mengajarkan, dan mengambil kesimpulan hukum tak ubahnya mirip dan persis sama seperi kelompok orang-orang “Khawarij” sebagaimana Rasulullah Saw sifatkan mereka di dalam Hadis-Hadisnya. (Dapat di lihat perdebatan para ulama-ulam Timur Tengah khususnya para ulama Al Azhar As-Syarief terhadap kelompok aliran keras (Tasyaddud) dan Teroris ini, di Televisi, Media cetak Timur Tengah. Bahkan sekarang banyak dapat kita jumpai di media Internet You Tube)
Lantas kenapa bisa terjadi pemahaman Radikalisme ekstrem (Tasyaddud) atau jatuh kedalam kubangan terorisme seperti ISIS, dll. Padahal diantara mereka tidak sedikit adalah orang yang hafal Alqur’an, ilmu pengetahuan agamanya kuat. Meskipun mereka adalah orang-orang yang sabar dan istiqamah dalam menjalankan Agamanya, hafal Alqur’an, dll. Namun jika mereka memiliki perilaku dan sifat sebagai orang yang keras (Tasyaddud) dalam menjalankan agamanya (radikalisme ekstrem), tindakan mereka itu sangat dibenci dalam Islam dan mereka dianggap sudah keluar dari ajaran syari’at Islam yang sesungguhnya. Bahkan mereka boleh diperangi atau dihukum mati jika melakukan kriminal karena mereka berani menghalalkan darah orang lain.
Sifat kelompok atau golongan radikalisme ekstrem (pemahaman Tasyaddud dan Takfiri) sudah ada Rasulullah Saw gambarkan sejak beliau masih hidup. Terdapat di dalam Hadis Shahih diantaranya sebagai berikut:
فقال النبي صلى الله عليه وسلم:” الخوارج كلاب أهل النار ” ( صحيح سنن ابن ماجه: ١٤٣.)
“Rasulullah Saw bersabda: Khawarij anjingnya penghuni Neraka” (HR. Shahih Sunan Ibnu Majah)
وقال صلى الله عليه وسلم:” سيخرج قوم في آخر الزمان، أحداث الأسنان، سفهاء الأحلام، يقولون من خير قول البرية، لا يُجاوز إيمانُهم حناجرهم يمرقون من الدين كما يمرق السهم من الرمية، فأينما لقيتموهم فاقتلوهم، فإن في قتلهم أجراً لمن قتلهم يوم القيامة ” متفق عليه.
“Rasulullah Saw bersabda: “Akan muncul kelompok (golongan) kelak di akhir zaman, ucapannya baik, namun cita-citanya seperti orang bodoh, mereka banyak berbicara kebaikan, namun keimanan mereka yang teguh tersebut tidak memiliki kesan apa-apa, mereka (ajarannya) sudah keluar (melenceng) dari tuntunan Agama (yang sebenarnya) sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya ” (HR. Bukhari Muslim)
قال صلى الله عليه وسلم:” فوالذي نفسي بيده إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع ، فيسبق عليه الكتاب، فيعمل بعمل أهل النار فيدخلها “متفق عليه.
“Rasulullah Saw bersabda: “Demi jiwaku dalam genggaman Allah Swt, sesungguhnya akan muncul seseorang diantara kamu, mereka beramal seperti ahli Surga yang seolah-olah dia dan surga dekatnya hanya satu hasta saja, mereka hebat memahami kitab (hafal Alqur’an) namun mereka berbuat (berperilaku) seperti penghuni neraka, maka mereka akhirnya terjerumus masuk kedalam lubang apai Neraka” (HR. Bukhari Muslim)
وفي رواية عند مسلم: فقال: سمعته ـ وأشار بيده نحو المشرق ـ:” قوم يقرأون القرآن بألسنتهم لا يعدو تراقيهم، يمرقون من الدين كما يمرق السهم من الرمية “. وشرق المدينة، هي العراق.
“Rasulullah Saw mengisyaratkan dengan tangannya mengarah ke arah “Timur” (yang dimaksud adalah negeri Iraq) lalu beliau bersabda: “(ada) golongan yang mereka itu membaca Alqur’an hanya dengan sebatas lisan (mulut) mereka (saja), namun apa yang mereka baca (sama sekali) tidak memiliki kesan, mereka inilah (golongan) yang keluar dari ajaran agama (yang sesungguhnya) sebagaimana keluarnya anak panah yang keluar dari busurnya” (HR. Imam Muslim)
وقال علي بن ابي طالب رضي الله عنه: إني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول:” يخرج قوم من أمتي يقرأون القرآن؛ ليس قراءتكم إلى قراءتهم بشيء، ولا صلاتكم إلى صلاتهم بشيء، ولا صيامكم إلى صيامهم بشيء، يقرأون القرآن ، يحسبون أنه لهم وهو عليهم، لا تجاوز صلاتهم تراقيهم، يمرقون من الإسلام كما يمرق السهم من الرمية ” رواه مسلم.
“Imam Ali R.a berkata: “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: Akan muncul kelompok (golongan) dari umatku mereka adalah orang-orang yang membaca Alqur’an, bacaan Alqur’anmu mereka anggap tidak baik (tidak benar) dibandingkan bacaan meraka, shalat kamu (mereka anggap) tidak benar dari shalat mereka, (mereka menganggap) puasa kamu tidak benar dari puasa mereka, mereka adalah orang-orang yang membaca Alqur’an, mereka menyangka merekalah orang yang melakukan kebenaran dengan sesungguhnya. Mereka mengerjakan shalat namun tidak memiliki kesan apa-apa (dari shalat tersebut), mereka inilah (yang sesungguhnya) telah keluar dari Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya” (HR. Imam Muslim)
وقال صلى الله عليه وسلم:” رجلان ما تنالهما شفاعتي: إمام ظلوم غشوم، وآخر غالٍ في الدين مارقٌ منه ” ( أخرجه ابن أبي عاصم في السنة، وصححه الشيخ ناصر في التخريج. )
“Rasulullah Saw bersabda: Ada dua orang, yang tidak mendapat Syafa’atku (kelak pada hari kiamat): (Yaitu) pemimpin yang zalim aniaya perampas (harta rakyatnya) dan berikutnya adalah orang yang melampaui batas (Ghulu) dalam menjalankan ajaran agamanya yang telah keluar dari tuntunan agama yang sesungguhnya” (HR. Ibnu Abi ‘Ashim, Hadis ini di Shahihkan oleh Syekh Nashir).
Solusi agar tidak terjebak dalam perangkap pelaku radikalisme ekstrim (pemahaman Tasyaddud atau Takfiri) diantaranya adalah sebagai berikut:
1.Terlebih dahulu Ikutilah para ulama yang kiblat pemahaman ilmu Fikihnya kepada 4 Madzhab Ahlussunnah Waljama’ah yang Mu’tabarah seperti Madzhab Imam Hanafi (Bagdad, 80-150 H), Madzhab Imam Maliki (Madinah, 93-179 H), Madzhab Imam Syafi’I (Ghaza-Mesir, 150-204 H) dan Madzhab Imam Ahmad bin Hanbal (Bagdad, 164-241 H)
2.Dahulukan memahami ilmu-ilmu Fikih yang jelas Madzhabnya kalau di Indonesia sebaiknya pahamilah Madzhab Fikih Imam Syafi’I terdahulu atau mengikuti para ulama yang memiliki kemampuan dalam Muqaranah (Perbandingan) Madzahib Islamiyah yang mu’tabarah. Dan ulama tersebut tidak memiliki sifat fanatik buta terhadap Madzhab Fikih tertentu.
3.Waspadai dan berhati-hati terhadap pemikiran para ulama yang lebih cenderung mengarahkan umatnya kepada pemikiran, dengan memakai istilah “Pemurnian Aqidah atau Tauhid” dan “Salafi” . Mereka untuk meyakinkan umatnya sengaja memakai sumber Madzhab yang Mu’tabarah seperti Madzhab Imam Syafi’I, dll tapi tujuan dan intinya mereka mau menggiring dan mengarahkan umatnya kepada pemahaman yang kaku, sempit, Tasyaddud (keras) dan Fanatisme kelompok (idiologi). Dan mereka selalu memakai istilah “Kullu Dhalalah Finnar; segala perkara agama yang dibuat-buat masuk neraka” Jika umat atau pengikut para ulama seperti ini tidak punya dasar agama dan lemah dalam pemahamai ilmu ”Fikih Muqaranah (Fikih perbandingan Madzhab)”, dan “Ilmu Ushul Fikih (dasar-dasar ilmu Fikih)” maka akan rentan dan mudah tergelincir kepada pemahaman yang Tasyaddud (keras) bahkan bisa mengarah kepada radikal.
4. Waspadai dan berhati-hati terhadap para ulama yang memakai Fikih Madzhab Ahmad bin Hanbal yang kiblat dan tokohnya hanya bermuara kepada kitab-kitab “Ibnu Taimiyah [Taqiyuddin Ahmad : 661H-728H/1263M-1328M. Lahir di Harran dan menetap di Damasykus Syiria]”. Ibnu Taimiyah dikenal sebagai pembaharu Madzhab Fikih Ahmad bin Hanbal (Hanabilah). Pemikiran beliau sangat keras, jika bukan orang yang alim atau orang yang tidak memiliki dasar agama yang kuat, maka akan terjebak oleh pemikiran Ibnu Taimiyah yang Tasyaddun (Keras). Jikapun ingin mendalami Madzhab Ahmad bin Hanbal jangan monoton kepada pemikiran “Ibnu Taimiyah” saja, tetapi pelajarilah kitab-kitab ulama lain yang bermadzahab yang sama (Madzhab Hanabilah) seperti Ibnu Qudamah (Syarah Alkabir (Fikih) Ibnu Qudamah), Syekh Abdul Qadir Aljailani (dikenal oleh para ulama Tasawuf sebagai Wali Allah), Ibnul Qayyim muridnya Ibnu Taimiyah, dll
5. Waspadai Majelis Ta’lim yang para tokohnya mengarahkan untuk mengikuti hanya kepada pemahaman Ahli Hadis Modern Nasiruddin Albani, Abdul Aziz bin Baz, dan para ulama-ulama yang sependapat kepada mereka. Dan mereka inilah yang dijadikan sebagai rujukan para aliran-aliran yang mengatasnamakan gerakan “Salafi”. Istilah dan pemahaman salafi itu baik, tetapi ada kelompok tertentu menjadikannya nama tersebut sebagai idiologi pemahaman tersendiri bagi kelompok mereka saja. Yang kelompok ini merasa lebih baik dan benar dari kelompok yang lainnya. Tentang makna dan hakikat “Salafi” dapat di lihat dalam Maqalah KH.Ovied.R dengan judul “Pendidikan Salafi Tonggak Sejarah Al Washliyah” (12 Maret 2012M/ 19 Rabiul Akhir 1433H, Jakarta Timur)
6. Waspadai dan berhati-hati kalimat dan ucapan kelompok tertentu yang mengatasnamakan salafi dengan menggunakan Kaidah yang mereka buat sendiri yang kalimatnya “Lau Kaana Khairan Maasabaquunaa Ilaih ; لَوْ كَانَ خَيْرًا مَّاسَبَقُونَآ إِلَيْهِ” Mereka memaknai kaidah ini “Jika perkara bid’ah (contoh seperti Tahlilan, bacaan ayat-ayat Alqur’an kepada mayit, dll) yang orang Islam sekarang itu lakukan adalah benar dan baik, tentu para sahabat Rasulullah Saw sudah terlebih dahulu melakukannya..!”. Kaidah ini mereka jadikan senjata untuk menolak pemahaman kelompok yang berbeda dari mereka. Padahal kalimat yang mereka jadikan sebagai “Kaidah Salafi” tersebut di atas, pada hakikatnya adalah ucapan orang-orang Kafir yang menentang ajaran Rasulullah Saw. Mari kita lihat sama-sama kalimat tersebut terdapat didalam Alqur’an sebagai berikut:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَّاسَبَقُونَآ إِلَيْهِ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَذَآ إِفْكٌ قَدِيمٌ {الأحقاف [٤٦] : ١١}
“Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: “Kalau sekiranya di (Al Quran) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata: “Ini adalah dusta yang lama” (QS. Alahqaf [46] : 11).
Maksud ayat di atas adalah bahwa orang-orang kafir itu mengejek orang-orang Islam dengan mengatakan: Kalau sekiranya Al Quran ini benar tentu kami lebih dahulu beriman kepadanya daripada mereka orang-orang miskin dan lemah itu seperti Bilal, ‘Ammar, Suhaib, Habbab Radhiyallahu ‘Anhum dan sebagainya. Maka jelaslah kaidah yang mereka gunakan sebagaimana di atas adalah ucapan orang-orang kafir untuk menghujat Rasulullah Saw. Alangkah naifnya jika kaidah itu dijadikan dasar bagi mereka untuk menghantam ulama-ulama shaleh kita yang sudah ratusn tahun bahkan seribu tahun lebih mengamalkan amalan-amalan yang mereka anggap “Bid’ah Dhalalah” (perbuatan yang sesat)., Na’udzubillahimin Dzalik.
7. Dan perlu diwaspadai juga, berhati-hati terhadap mereka yaitu para ulama yang mengeluarkan Istinbat Hukum Islam dengan Zhahir Teks (يستنبطون بظواهر النصوص). yaitu para ulama yang mengeluarkan kesimpulan hukum dari Alqur’an dan Alhadis hanya memahami kalimat Tekstual Nash saja, tidak menggunakan Takwil, Tafsir dan pemahaman para shahabat, para ulama Madzhab yang Mu’tabarah, ulama salaf, ulama Khalaf dan para ulama Muta-akhirin atau fatwa-fatwa ulama yang umum dan yang sudah dikenal (Mu’tabar.)
Ancaman Allah Swt Terhadap Pelaku Penyimpangan Agama
Ancaman Allah Swt terhadap orang-orang yang membengkokan atau mengada-ngada terhadap ajaran Syari’at Islam, diantaranya : “Allah Swt timpakan azab langsung di dunia, dan Allah tidak akan menjadi penolong mereka, Allah Swt melaknat mereka dari dunia sampai Akhirat, dan dua kali lipat ganda siksaannya kelak di akhirat”. Sebagaimana Allah Swt berfirman sebagai berikut:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا أُوْلَئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَى رَبِّهِمْ يَقُولُ اْلأَشْهَادُ هَؤُلآءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلاَلَعْنَهُ اللهِ عَلَى الظَّالِمِينَ {١٨} الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا وَهُم بِاْلأَخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ {١٩} أُوْلَئِكَ لَمْ يَكُونُوا مُعْجِزِينَ فِي اْلأَرْضِ وَمَاكَانَ لَهُم مِّن دُونِ اللهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ يُضَاعَفُ لَهُمُ الْعَذَابُ مَاكَانُوا يَسْتَطِيعُونَ السَّمْعَ وَمَاكَانُوا يُبْصِرُونَ {٢٠} أُوْلَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُم مَّاكَانُوا يَفْتَرُونَ {٢١} لاَجَرَمَ أَنَّهُمْ فِي اْلأَخِرَةِ هُمُ اْلأَخْسَرُونَ {٢٢} {هود [١١] : ١٨-٢٢}
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah?. Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata: “Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka”. Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim (yaitu) orang-orang yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan menghendaki (supaya) jalan itu bengkok. Dan mereka itulah orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari akhirat.Orang-orang itu tidak mampu menghalang-halangi Allah untuk (mengazab mereka) di bumi ini, dan sekali-kali tidak adalah bagi mereka penolong selain Allah. Siksaan itu dilipat gandakan kepada mereka. Mereka selalu tidak dapat mendengar (kebenaran) dan mereka selalu tidak dapat melihat(nya) Mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, dan lenyaplah dari mereka apa yang selalu mereka ada-adakan Pasti mereka itu di akhirat menjadi orang-orang yang paling merugi (QS. Hud [11] : 18-22)
Ayat lain tentang ancaman yang membengkokkan ajaran syari’at Islam, Allah Swt berfirman:
يَقْدُمُ قَوْمَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَوْرَدَهُمُ النَّارَ وَبِئْسَ الْوِرْدُ الْمَوْرُودُ {٩٨} وَأَتْبَعُوا فِي هَذِهِ لَعْنَةً وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ بِئْسَ الرِّفْدُ الْمَرْفُودُ {٩٩} (هود [١١] : ٩٨-٩٩)
“Ia berjalan di muka kaumnya di hari kiamat lalu memasukkan mereka ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang didatangi Dan mereka selalu diikuti (laknat) dengan kutukan (laknat) di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. La’nat itu seburuk-buruk pemberian yang diberikan (QS. Hud [11] : 98-99)
Ayat berikutnya laknat yang berlipat ganda bagi yang menyesatkan umatnya. Allah Swt berfirman
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَالَيْتَنَآ أَطَعْنَا اللهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولاَ {٦٦} وَقَالُوا رَبَّنَآ إِنَّآ أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَآءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلاَ {٦٧} رَبَّنَآ ءَاتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا {٦٨} {الأحزاب [٣٣] : ٦٦-٦٨}
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”.Dan mereka berkata;:”Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar) Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar” (Alahdzab [33] : 66-68)
KESIMPULAN
Namun kami mengimbau kepada masyarakat dan pemerintah terutama pihak aparat keamanan seperti TNI/POLRI, Badan Penanggulangan Pencegahan Terorisme (BNPT), Mahkamah Agung, Kejaksaan, dll tidak terlalu cepat mengklaim, menuduh, menghakimi atau menghukumi kelompok, lembaga, pesantren, yang mereka dalam pendidikannya menerapkan ajaran-ajaran Tasyaddud (aliran keras) seperti yang telah di terangkan di atas.
Karena pemahaman Tasyaddu (keras) bukan hal yang baru dalam peradaban Islam. Sejak akhir-akhir dari keruntuhan Khilah Islamiyah Abbasiyah (yang berkuasa lebih dari 500 tahun lamanya) dikenal ada istilah “Madrasah Al-Hadis” yang berkembang di Madinah dan “Madrasah Ar-Rakyu” yang berkembang di Baghdad (Irak). Madrasah Hadis edintik dengan Tekstual (pemahaman Tasyaddud) sedangkan Madrasah Rakyu identik dengan Takwili, Tafsiri dan pemikiran (moderat ;Tasamuh). Dari kedua kelompok ini, akhirnya melahirkan peradaban besar dalam sejarah Islam. Terwujud dan lahirnya dikalangan ulama-ulama ketika itu karya tulis untuk menyusun kitab-kitab Madzhab Fikih, ilmu Hadis, Filsafat, Tafsir, Sejarah, dll. Karya para ulama tersebut pada masa itu mula-mula didasari karena ingin mempertahankan pendapat dan dukungannya terhadap madzhab atau golongan yang mereka anut.
Pemahaman Tasyaddud itu juga memiliki nilai filosofis yang baik dan bermanfaat yang begitu besar bagi peradaban sejarah umat Islam dari sejak pada masa Nabi Muhammad Saw dan sampai sekarang ini. Dan terjadinya benturan kedua kelompok ini antara Tasyaddud (keras) dan Tasamuh (muderat dan Toleransi) dalam dunia keilmuan sangat diperlukan. Bertujuan agar umat Islam dari kedua kelompok ini, bisa saling mengisi dan saling mengontrol untuk mencarai kebenaran dan agar dapat memperluas pemahaman dan metodologi dalam menggali ilmu pengetahuan syari’at Islam secara ilmiyah.
Namun jika kelompok Tasyaddud (kelompok aliran keras) tersebut di atas ketika dalam penyebaran pemahamannyanya dengan sikap dan tindakan yang mengarahkan kepada cara-cara tindakan kriminal (Teroris), maka ini sudah dapat dikatagorikan sebagai Bughat (Makar). Maka mayoritas ulama Ahlussunnah Waljama’ah sepakat siapa saja yang Bughat (Makar) boleh ditangkap, diperangi bahkan dihukum mati, sebagaimana Hadis Shahih yang telah diterangkan di atas dan juga harus sesuai dengan undang-undang Negara kita Republik Indonesia. Wallahua’lam Bis-shawab.
KH. Ovied.R
Wakil Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah Periode 2015-2020. Sekretaris Majelis Masyaikh Dewan Fatwa Al Washliyah Periode 2015-2020, Guru Tafsir Alqur’an/Fikih Perbandingan Madzhab Majelis Ta’lim Jakarta & Direktur Lembaga Riset Arab dan Timur Tengah [di Malaysia]. Email: dewanfatwa_alwashliyah@yahoo.com