JAKARTA – Suhu politik diprediksi memanas pasca mundurnya Setya Novanto sebagai Ketua DPR RI. Surat pengunduran dirinya dibacakan di sidang MKD, yang berlangsung hingga Rabu (16/12) tengah malam.
Kasus Setya Novanto, berawal dari beredarnya rekaman pembicaraannya dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin dan pengusaha M Riza Chalid.
“Mundurnya Setya Novanto, kami nilai belum menjadi akhir dari persoalan. Justru ini berpotensi menimbulkan persoalan baru dalam konstelasi politik Tanah Air,” kata Masyhuril Khamis, Sekjen PB Al Washliyah di Gedung PB Al Washliyah, kawasan Cemapa Putih Timur, Jakarta Pusat, Kamis pagi (17/12).
Mantan aktivis Islam era 80-an ini juga menilai, bahwa suhu politik ini elegannya harus dijaga oleh seluruh kalangan elit politik. Karena bagaimanapun juga dampaknya kepada rakyat.
Berpolitik itu keniscayaan, namun harus dijaga fatsun nya, ada etika, etiket dan kesantunan dalam berpolitik. Khamis menghimbau elit politik agar menjaga itu. Jangan merembet pada hal-hal yang mencederai hubungan, apalagi sampai ketarik pada harmonisasi umat yang sudah terbangun baik.
“Silahkan berpolitik, tapi ingat jaga keutuhan NKRI, toleransi beragama dan ketentraman rakyat. Al Washliyah akan menjadi barisan terdepan untuk menjaga itu semua, jika ada indikasi mengarah ke sana,” kata Khamis.
Lanjut dia, bagi Al Washliyah, keutuhan NKRI, toleransi beragama dan ketentraman rakyat adalah harga mati dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sudah saatnya elit negeri ini berfikir mendunia, menjadikan Indonesia negara yang bermartabat, jangan hanya sibuk dengan urusan partai dan kelompoknya.
(rilis/ar/esbeem)