BANDA ACEH – Pengurus Besar Al Washliyah mengimbau seluruh lapisan masyarakat, khususnya kader, pengurus dan simpatisan Ormas Islam ini untuk menghargai toleransi beragama. Kasus intoleransi yang terjadi di Tolikara, Papua dan kerusuhan di Aceh Singkil, menjadi cambuk bagi kerukunan umat beragama di Indonesia. Untuk itu, para pengurus dan simpatisan Al Washliyah diminta selalu menjaga stabilitas kerukunan antarumat beragama.
“Sebagai Washliyin (warga dan simpatisan Al Washliyah) harus tegas dalam bersikap. Tidak boleh bertindak yang tidak benar,” kata Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr. H. Yusnar Yusuf MA, pada pembukaan Musyawarah Wilayah (Muswil) Al Washliyah Aceh, di Asrama Haji Banda Aceh, Sabtu (5/12).
Yusnar menceritakan sejarah berdirinya Al Jam’iyatul Washliyah atau lebih dikenal Al Washliyah, Ormas ini memiliki peran pada kemerdekaan Indonesia. Ormas yang didirikan sejak 1930 ini memiliki peranan penting dalam mengisi demokrasi di Indonesia. Dalam usianya yang sudah 85 tahun, telah memiliki 1.050 lembaga pendidikan dan Sembilan perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Foto: Ketum PB Al Washliyah Dr. Yusnar Yusuf, MS sempat foro bersama dengan pengurus Al Washliyah Aceh usai membuka Muswil.
Dikatakannya, sejak lahirnya belum pernah menantang pemerintah. Al Washliyah yang lahir di Sumatera Utara, juga belum pernah berkonflik dengan pihak manapun. Dakwah Islam yang dilakukan Al Washliyah cukup menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi antarumat beragama.
“Apakah pernah terjadi konflik agama? Tidak. Sampai hari ini tidak pernah terjadi konflik. Al Jam’iyatul Washliyah sangat menjaga toleransi di negeri ini,” kata Yusnar yang juga Ketua Bidang Kerukunan Umat Beragama di Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Ketua PW Al Washliyah Aceh, Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim MA, mengatakan, Al-Washliyah merupakan wadah untuk mengaktualisasikan diri dan mengabdi. Dia berharap Al Washliyah lebih banyak manfaatnya kepada masyarakat.
(rilis/mrl)