JAKARTA – Peran Ormas Islam sangat dibutuhkan dalam mengawal nilai-nilai demokrasi di Indonesia. Ormas Islam telah banyak memberikan sumbangsihnya bagi bangsa dan negara, bahkan dari sebelum Indonesia merdeka.
Demikian disampaikan Sekretaris PB Al Washliyah M. Razvi Lubis yang juga Ketua Panitia dialog dengan tema ‘Peran Ormas Islam dalam Menjaga Demokrasi di Indonesia’ di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Ormas Islam itu ditegaskan Razvi turut dalam memerdekakan Indonesia dari tangan penjajah. Banyak Ormas Islam yang lahir sebelum Indonesia merdeka, salah satunya Al Washliyah yang lahir pada 30 November 1930 di Kota Medan, Sumatera Utara. Organisasi yang berlambang bulan sabit bintang lima ini turut mengusir penjajah dan kini turut dalam mengisi kemerdekaan Indonesia.
Menurutnya saat ini Indonesia tengah melaksanakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak di seluruh Indonesia. Ada sekitar 270 daerah yang menggelar pemilihan kepala daerah. “Ini merupakan pilkada serentak pertama di Indonesia bahkan juga di dunia,” kata M. Razvi di depan peserta dialog di aula Masjid Istiqlal. Kondisi ini menunjukan bahwa Indonesia merupakan negara yang besar dalam hal demokrasi.
Foto: Ketua Panitia Dialog M. Razvi Lubis saat menyampaikan laporannya di hadapan peserta dialog.
Namun di sisi lain kondisi konflik juga berpeluang besar. Dengan jumlah 270 daerah yang menggelar Pilkada serentak, maka potensi konflik horizontal juga terbuka lebar. “Untuk itu perlu peran Ormas Islam dalam mengawal demokrasi di Indonesia,” tambah Razvi.
Acara dialog tersebut secara resmi dibuka oleh Ketua Umum PB Al Jam’iyatul Washliyah Dr. H. Yusnar Yusuf, MS. Dalam sambutannya Ketum Al Washliyah mengharapkan Al Washliyah bisa berperan aktif dalam demokrasi di Indonesia. Al Washliyah merupakan organisasi yang cukup tua, sehingga kader Al Washliyah bisa menunjukan perannya dalam kancah bernegara dan berbangsa.
Hadir sebagai pembicara dalam dialog tersebut dengan Keynote Speaker Fran Sinatra mewakili Kementerian Dalam Negeri, unsur politisi Wakil Sekjen DPP Golkar Riyono Asnan, Pengamat Politik Ubeidillah Badrun dari Universitas Negeri Jakarta dan H. Abdul Mun’im Ritonga Ketua PB Al Washliyah.
(rilis)