BerandaDunia islamMengenal Sosok Srikandi Washliyah

Mengenal Sosok Srikandi Washliyah

MENYAMBUT Hari Ulang Tahun (HUT) ke-85 Al Jam’iyatul Washliyah, saya  mengenalkan  sosok seorang Srikandi Al Washliyah. Saya sebut srikandi karena beliau pantas mendapat gelar kehormatan itu, mengingat perjuangan dan pengorbanannya mencapai nilai-nilai tertinggi dan contoh utama pada masyarakat melalui wadah Al Washliyah.

Sesungguhnya banyak srikandi-srikandi Al Washliyah mulai sejak berdirinya Al Washliyah pada 30 November 1930 di Kota Medan, Sumatera Utara, hingga sekarang tahun 2015. Mereka orang yang kuat mental, sabar dan memiliki semangat jihad yang tinggi. Mereka memegang prinsip “berjuanglah dikala ada dan tiada”. Mereka selalu siap menjadi tulang punggung perjuangan kaum bapak dan para pemuda.

Di balik suksesnya perjalanan Al Washliyah mengabdi selama 85 tahun, ada tangan orang-orang yang berperan, kadang bersama-sama berdampingan, kadang mendorong dari belakang, memberi sokongan maupun semangat, sering didapati mereka ikut terjun secara bersama-sama dengan kaum pria berdakwah ke daerah terpencil. Merekalah para srikandi Al Washliyah.

Siapa yang bisa membantah bahwa sesungguhnya kader Al Washliyah hampir setiap kali mengadakan pengkaderan disuguhkan dengan nasi umat. Itu segelintir dari sumbangan kaum ibu pengajian Muslimat Al Washliyah yg melahirkan kader-kader Al Washliyah dari masa ke masa.

Para Srikandi itu siap memberi keteladanan kepada masyarakat. Aktif menunjukkan kepeloporannya. Bagi mereka yang sudah bekeluarga selalu memberi pendidikan terutama kepada anak-anak-anaknya, suami dan tetangga.

Dalam kesempatan ini saya ingin menceritakan sosok seorang Srikandi Al Washliyah yang telah lama bermukim di Jakarta, jauh sebelum Al Washliyah dikenal di Jakarta. Dia adalah dikenal Rahmah, istri Almarhum Hawari Arsyad Thalib Lubis, atau lebih akrab disapa kak Amah.

Orangnya ramah dan gaul, ia juga menjadi ibu terhadap anak-anak muda Al Washliyah yang sering bertandang dan makan di rumahnya. Diantara anak-anak muda itu bahkan ada yang sampai diantar ke kursi pelaminan.

Di dalam ajaran Islam diyakini bahwa nama dapat menjadi doa. Nama ada maknanya dan ada pengaruhnya terhadap kejiwaan pemilik namanya bila ia memahaminya. Karena itu orang Islam dianjurkan untuk memberi nama anak yang baik-baik.

Meskipun kak Amah berpenampilan ramah dan mudah senyum, tapi asli medannya masih terlihat kental. Jika ada yang salah dia akan sikat dgn tegas. Kelihatan ia tidak perlu hawatir kehilangan simpati dari orang yang dikritik. Dia mengkritik bukan karena benci kepada orangnya, bawaan aslinya penyayang, tapi ia bisa bersikap tegas jika ingin meluruskan masalah.

Siapa yg tidak kenal dengan kak Amah?. Begitulah ungkapan umumnya orang Al Washliyah, baik yang ada di Jakarta, di Medan, maupun beberapa daerah lainnya. Beliau adalah menantu dari salah satu pendiri Al Washliyah.

Kalau terbayang kak Amah terbayang pula anak cucu dan menantunya yang selalu mengiringinya saat hadir pada acara-acara yang diadakan oleh Al Washliyah.

Hampir setiap acara Al Washliyah di Jakarta kak Amah tak pernah absen. Dia datang tidak sendiri, selalu datang membawa keluarga, kadang kenalannya. Jika menghadiri acara, selalu saja orang-orang Al Washliyah diajaknya terutama dari Angkatan Putri dan Muslimat Al Washliyah.

Jarang orang Al Washliyah seperti kak Amah yang suka bawa keluarga sehingga memiliki suatu tanggung jawab terhadap maju mundurnya Al Washliyah. Yang sering kita saksikan orang tuanya tokoh Al Washliyah, tapi keluarga tidak ikut dibawa untuk kegiatan Al Washliyah.

Kak Amah juga aktif di Dewan Dakwah, dipartai politik aktif di Partai Bulan Bintang. Masa mudanya aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) disana ia berkenalan dengan Alm Hawari.

Saatnya Al Washliyah memberi perhatian dan apresiasi atas pengabdian dan pengorbanan serta keteladanan kepada para Srikandi Al Washliyah yang telah memberikan pengabdiannya ditengah-tengah warga Al Washliyah.

Di sela-sela acara pelantikan pengurus majelis dan badan Otonom Pengurus Besar Al Washliyah tanggal 29 Nopember 2015 di Masjid Istiqlal, penulis memperhatikan kak Amah dengan seisi penghuni rumahnya hadir sampai rumah kosong dikunci.

Ketika ditanya apa kakak tidak khawatir meninggalkan rumah?, dengan enteng kak Amah menjawab sambil tersenyum mengatakan “sudah biasa”.

Acara muktamar Al Washliyah pun selalu saya bawa keluarga katanya dengan bersemangat ingin memberi contoh kepada warga Al Washliyah terhadap adanya rasa memiliki, rasa tanggung jawab dan rasa ingin berpartisipasi terhadap Al Washliyah.

Dirgahayu 85 tahun Al Washliyah mengabdi.

Penulis
Abdul Mun im
Ketua PB Al Washliyah.

About Author

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments

KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
KakekHijrah「✔ ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ 」 pada Nonton Film Porno Tertolak Sholat dan Do’anya Selama 40 Hari
M. Najib Wafirur Rizqi pada Kemenag Terbitkan Al-Quran Braille