JAKARTA – Warga Al Jam`iyatul Washliyah (Al Washliyah) banyak terkena dampak kabut asap yang melanda sejumlah wilayah di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Karena itu, pemerintah didesak untuk lebih proaktif mengatasi masalah tersebut, termasuk menangani dampak kesehatan kepada warga korban kabut asap.
“Warga Al Washliyah memang banyak yang terkena korban kabut asap, baik di Sumatera atau pun di Kalimantan, ” jelas Sekretaris Pengurus Besar Al Jam`iyatul Washliyah, H.Syamsir di Jakarta, Selasa (13/10/2015).
Zulkarnaen Panjaitan, warga Duri, Riau, mengaku kepungan asap dialami mereka sejak beberapa bulan terakhir ini, namun saat dihubungi kabarwashliyah.com via telepon genggamnya, kabut asap pada hari Selasa (13/10) agak menipis, jika dibandingkan hari-hari sebelumnya.
“Belakangan ini ada dua kali hujan turun. Sekarang kabutnya agak menipis,” kata Zulkarnaen Panjaitan, aktifis Himpunan Mahasiswa Al Washliyah (Himmah) IAIN Sumatera Utara dekade 80-an.
Masrial, yang tinggal di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, juga mengaku tiupan kabut asap, meski tidak separah di daerah Riau atau Jambi, namun bencana tersebut tetap mereka rasakan. “Asap sampai juga ke mari (Lubuk Linggau-red), tapi tidak separah di daerah lain,” kata Masrial, tokoh senior Himmah ini.
Al Washliyah sebagai Ormas Islam terbesar ketiga di Indonesia, berdiri 30 Nopember 1930 di Kota Medan, Sumatera Utara. Organisasi ini bergerak di bidang pendidikan, dakwah dan sosial. Karena itu, pimpinan organisasi ini mengimbau seluruh warganya untuk bersama-sama membantu penanganan kabut asap, sekaligus pemadaman titik-titik api. Tidak kalah pentingnya, warga Al Washliyah juga melakukan koordinasi penanganan dampak kesehatan akibat kepungan kabut asap ini.
OPERASI UDARA
Sementara itu, tim gabungan operasi udara dari Indonesia, Singapore dan Malaysia bersama-sama memadamkan api akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera Selatan.
Kepala Pusat Data Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, total ada 7 helikopter dan 3 pesawat fix wings melakukan water boombing, dan satu pesawat Casa untuk hujan buatan.
“Operasi dikonsentrasikan di daerah Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan,” jelas Sutopo.
Ketujuh heli dan 4 pesawat tersebut terdiri dari 6 heli BNPB, 1 heli dari Singapore, 2 pesawat Air Tractor dari Kementerilah LHK, 1 pesawat hujan buatan BNPB, dan 1 pesawat Bombardier dari Malaysia. Pemerintah Malaysia telah mengirimkan 1 pesawat jenis Bombardir 415 MP dengan kapasitas 6 ton. Cara loading air dengan scooping di laut.
Sementara Singapura telah mengirimkan 1 Heli Chinook dengan kapasitas 5 ton yang tiba Sabtu siang. Heli ini akan dioperasikan selama 13 hari yaitu 11-23 Oktober 2015.
Sedangkan bantuan dari Australia akan menggunakan pesawat “Thor” type Hercules L 100 dengan kapasitas 15 ton dan diperkirakan akan tiba pada Selasa/Rabu besok. Metode pengisian air dengan memompa dari mobil tangki.
(esbeem)