JAKARTA – Mantan Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah, ustad HM.Ridwan Ibrahim Lubis, mengajak pengurus dan warga Al Washliyah untuk kembali ke `ruh` Al Washliyah, yakni peningkatan bidang pendidikan, dakwah dan amal sosial.
Hal ini dikemukakannya dalam tausyiah jelang buka puasa bersama di Kantor PB Al Washliyah, Jl Jenderal Ahmad Yani No 41 Cempaka Putih Timur, Minggu (28/6/2015) sore.
Menurut ustad Ridwan, program pendidikan, dakwah dan amal sosial adalah ruh organisasi yang sudah berusia 85 tahun ini. Ustad ini menyatakan Al Washliyah sekarang ini harus kembali ke rumah sendiri. “Mulak tu bagas” (kembali ke rumah-red),” katanya mengutip Bahasa Batak Mandailing.
Hadir pada acara itu, antara lain Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr.H. Yusnar Yusuf MS, Sekjen PB Al Washliyah, Drs.H.Masyhuril Khamis SH MM, para pengurus lain seperti Drs.H.Lukman Hakim Hasibuan, Drs.H.Aris Banaji, M.Rasvi Lubis, S.Sos, H.Ridwan Tanjung SH M.Si, Drs.H.Budiman Sinaga, Drs.H. Aziz Ritonga, MA, Drs.H.Edi Suwarno (Ketua PW Al Washliyah Banten), Ketua Umum PP HIMMAH, Aminullah Siagian S.Pdi, PW Himmah Banten, Zulhamdi. M.Ag dan pengurus muslimat.
Dihadapan pimpinan dan kader Al Washliyah, Ustad Ridwan mengenang perkembangan Al Washliyah di Pulau Jawa. Ia sempat dua kali menjabat Ketua Umum PB Al Washliyah setelah PB Al Washliyah hijrah dari Kota Medan ke Jakarta pada tahun 1986 lalu.
Selain itu ia dipercaya menjabat beberapa periode sebagai Ketua Dewan Fatwa PB Al Washliyah.
Pada bagian lain da`i kondang Al Washliyah menyatakan gembira dan kecewa atas pelaksanaan muktamar ke-21 Al Washliyah di Asrama Haji Pondokgede, Jakarta Timur, April silam.
Uustad Ridwan gembira dan senang karena produk muktamar ke-21 melahirkan personel PB Al Washliyah periode 2015-2020 memiliki latarbelakang pendidikan tinggi. Sebagian besar Strata Satu (S1), S2 hingga S-3. Malah ada pula yang profesor. Ia bandingkan ketika ia menjabat Ketua Umum PB Al Washliyah dan Sekjen H.Aziddin SE periode 1986-1990. Saat itu masih banyak sarjana muda.
Akan tetapi ia kecewa saat pelaksanaan muktamar belum lama ini. Menurut dia, peserta muktamar lebih fokus kepada calon ketua daripada membahas program-program kerja strategis. Bahkan pengurus dewan fatwa pun tidak sempat bersidang, gara-gara suasana muktamar lebih banyak membicarakan isu calon pengurus baru.
Ia juga mengingatkan supaya muktamar mendatang lebih baik. Jangan seperti itu lagi. Ia mensenyalir suasana muktamar itu bergaya-gaya partai politik. “Saya kecewa muktamar itu, kenapa orang Aceh dan orang Kalimantan langsung pulang?” tanya Ustad Ridwan, dengan nada lembutnya.
Dengan demikian, menurut Ustad Ridwan, orang Washliyah haruslah memiliki ilmu. Karena itu Washliyah harus mengenyam dan memiliki lembaga pendidikan berkualitas. Kemudian mampu berdakwah dan beramal sosial. Akan tetapi dakwah yang dimaksudkannya bukanlah bersifat normatif, namun harus dapat diaplikasikan di tengah-tengah kehidupan umat.
Dahulu sibghoh, menurut Ustad Ridwan, adalah penampilan. Tapi sekarang sibghoh adalah ruh organisasi Al Washliyah. “Dulu saya bilang sibghoh itu adalah penampilan, tapi sekarang adalah ruh.”
Sebelumnya, Ketua Umum PB Al Washliyah, Dr.H.Yusnar Yusuf MS, menyatakan telah terjadi sesuatu yang hilang di kalangan Al Washliyah, yaitu sibghohnya. Hal tersebut menjadi kegelisahan bersama pengurus dan sekjen. “Saya merasakan bahwa ada sesuatu yang hilang dari Al Washliyah yaitu sibghohnya,” kata Yusnar.
Yusnar mengungkapkan ada beberapa panti asuhan yang melawan kebijakan pengurus besar, namun hal ini sudah dapat ditangani dengan baik, katanya.
Usai buka puasa bersama, dilanjutkan dengan Sholat Maghrib berjemaah. Sebelum meninggalkan tempat acara, Ustad Ridwan meninjau lantai dua gedung Kantor PB Al Washliyah, yang masih butuh dana pembangunan berikutnya. Turut mendampingi Ketua Umum dan Sekjen PB Al Washliyah, cucu almarhum pendiri Al Washliyah, HM Arsyad Thalib Lubis, yakni M. Razvi Lubis, kini menjabat Sekretaris PB Al Washliyah.
(esbeem)